part 2

272K 2.2K 28
                                    

"sorry ya semalem bobo sama adek hehehe" cengenges Airin didepan Angga suaminya ketika Airin telah turun kedapur dan melihat suaminya yang berbaju lengkap khas pergi ngantor.

Airin mengecup sekilas bibir Angga yang tengah mengunyah Apel dengan wajah datarnya.

"iya aku ngerti. " Angga ikut mengecup dahi sang istri dengan gemas. "ngomongin apa aja ampe bisa ketiduran gitu dikamar hm?  Ampe suaminya dicuekin"

"ada deh. Banyak intinya" balas Airin rahasia.  "tolong bangunin Devina dong say,  aku udah laper banget. Mau buat sarapan."  mendengar itu Angga hanya mengangguk lalu berjalan ke lantai atas.

Ketika ia sudah berada di atas, cukup lama ia untuk mengetuk pintu sang adik ipar,  entah kenapa. Mungkin efek baru.

Namun ketika akhirnya ia ingin membuka pintu sekaligus mengetuknya.  Sang empunya pintu ternyata telah menariknya lebih dahulu dari dalam dengan kuat, sehingga Angga yang memang tengah santai saat itu terdorong kedepan hingga jatuh ke pelukan Devina

"Kak Angga?!" ucap Devina kaget dengan suara pelan ketika Kak Angga berada di atasnya.  "ngapain? "

"maaf,  kakak cuman mau manggil kamu makan.  Disuruh Airin" ucapnya sambil berusaha bangkit.  Namun bodohnya,  ketika ia menunduk,  tepat sekali mata nya mengarah kepada dua gundukan yang menonjol di dada Devina. Ia kaget, Devina memiliki payudara sebesar itu.  " kamu kenapa cuman pake tanktop? " ucapnya menepis hasrat yang harusnya tidak boleh ada.

"maaf kak, panas.  Ini abis dari toilet buat mandi,   nnti langsung ke bawah kok dengan pakaian lengkap.  Kakak jangan khawatir" Devina tersenyum,  tidak menyadari bahwa hal itu fatal akibatnya untuk Angga. 

Namun Angga hanya tersenyum kecil lalu berbalik menganggap semuanya tak terjadi.

"datar banget, serem" bisik Devina.

****
Angga pov

Entah kenapa hari ini pekerjaan ku begitu cepat selesai dari waktu yang semestinya.  Sekarang baru pukul 5 dan aku begitu bahagia memikirkan kasur empuk yang akan menungguku untuk ditempati.

Dering ponselku yang berbunyi membuyarkan lamunanku akan tidur cepat.  Segera saja ku angkat telfon itu.

"say, aku kayaknya bakal pulang telat deh.  Ada rapat terus ada beberapa tugas yang mesti aku kerjain dan kumpulin hari ini juga.  Maaf ya? " Ucap Airin ku ketika baru saja kuletakkan ponsel ditelinga.

"kamu pulang jam berapa? "

"duh, gatau sayang. Mungkin jam 11  bisa kali.  Aku udah kasih tau Devina buat delivery aja makanannya.  Jadi kamu gabakal kelaparan.  Love you ya sayang"  ucap istriku cepat.  Dan aku memakluminya.  Mengingat Devina,  dia sudah bertahan 3 hari lamanya disini.  Tapi kami jarang berbicara,  hanya menyapa biasa pada pagi dan malam hari.

Ah istriku ini.  Sebagai city head di Tangerang yang memang menurutku agak jauh dari Poris (rumahku)  hal itu memang agak melelahkan.  Apalagi di usia pernikahan kami yang masih muda, dan belum dikaruniai anak.  Hal itu juga membuat ku frustasi melihat kesibukan dia saat ini,  dan membuatku agak, kecewa.

"gamasalah. Jangan capek-capek ya, nanti sakit. Terus ketunda lagi mainnya" ucapku nakal.  Bagaimana tidak?   Sudah 1 bulan aku tidak mencumbunya. Mulai dari dia yang datang bulan,  lalu mood swing nya yang datang tak diundang,  dan lagi kesibukannya.  Untung saja aku penyabar. Walaupun aku merasa ada kejenuhan, karena sikap dia yang menurutku agak egois belakangan ini.

"gausah mesum.  Nnti lagi ya sayang.  Bye" kikik Airin lalu terdengar rekan kerja nya memanggil,  sehingga dia menyudahi telefon nya.  Aku menghembuskan napas kasar.  Jangan marah pada istrimu Angga.

*****
Setibanya dirumah, tanpa mengetuk pintu,  langsung saja aku masuk kerumahku. Toh rumah sendiri.

Dan aku kaget kembali melihat Devina dirumah ini hanya dengan menggunakan tanktop dan celana pendek. Yang sekarang sedang mengunyah makanan ringan tanpa mengetahui keberadaan diriku.

Apa benar Poris sepanas itu?  Sehingga dia sekarang terlihat mempesona dengan badannya yang menurut ku sangat sempurna?  Ini mungkin salah,  tapi payudaranya yang besar, pantatnya yang bulat, disertasi badannya yang tinggi semampai membuat ku kehilangan akal.

"Lho Kak Angga?  Kok udah pulang? " mendegar suara nya itu segera saja aku melihat ia kembali.

"baju kamu. Apa emang sepanas itu? " tanyaku,  sebagai alasan bahwa aku melihatnya karena menurutku itu memang tak sopan.  Padahal aku harus menyembunyikan hasrat ku yang tiba2 naik.

"yaampun.  Maaf kak Angga,  ku pikir Ka Angga gapulang jam segini" dengan segera Devina berlari kekamarnya diatas dengan terburu buru.

Jeduk..

"duh..  Sakit" mendengar itu aku yang baru saja menaruh jaket di gantungan depan ruang keluarga segera menoleh dan berjalan cepat kearah sumber suara.

"yaampun Devina..  Gapapa?" melihat Devina tertunduk sambil meringis membuat ku cepat cepat menggendongnya dan menaruhnya di atas sofa depan televisi.

"tadi padahal cuman lari ketangga kak, gatau kenapa bisa kepeleset" jawabnya sambil membersihkan luka di lutut nya. Terlihat cukup parah memang, ada goresan besar karena terkena pinggiran tangga yang memang tajam di undukannya.

"Kak Angga ambilin p3k sebentar " dengan segera aku mengambilkan p3k di dapur dan cepat cepat menemuinya.

"kamu tahan sebentar, kalau kesakitan pegang aja pundak kakak keras keras. Ok? " perintahku yang segara disetujuinnya dengan anggukan kepalanya. Aku segera duduk dilantai sedangkan dia kududukkan diatas sofa.

Perlahan lahan aku membersihkan luka Devina menggunakan alkohol. Saat yang bersamaan juga ia meringis kesakitan sembari memegang erat erat pundakku.

"ah kak, pelan-pelan" ucap dia dengan lirih. Aku menggangguk lalu tersenyum kecil kearahnya.  Lalu tertegun melihat ia saat ini tengah menatap ke arahku

####

Devina pov

Ini berlebihan, harusnya Kak Angga tidak sebaik ini padaku. Ketika dia menggendongku ke sofa juga adalah hal yang salah untuk jantungku karena bisa melihat dia dengan sedekat itu. 

Dan melihat ia yang tengah telaten membersihkan luka ku, walaupun saat ini lukanya sangatlah sakit. Wajahnha yang tegas dan tampan tidak bisa kuhindari.  Aneh, aku lupa kenapa aku bisa tidak ingat dengan wajah Kak Angga.

"Ah kak pelan-pelan" mungkin dia yang terlalu telaten hingga membersihkannya dengan keras sehingga luka yang saat ini kurasakan sangatlah sakit atau karena aku baru menyadari rasa sakitnya sekarang.  Entahlah.

Kulihat dia hanya mengangguk kecil dan melihat kearahku. Dengan cukup lama... Entah kenapa matanya yang tajam membuatku ikut terhipnotis hingga tanpa sadar dia semakin dekat kearahku dan tanpa sadar aku bisa merasakan hembusan nafas di wajahku. Hal itu membuat mataku otomatis menutup dan setalah itu kurasakan bibirnya yang kenyal menyentuh bibirku.

####
Tbc

Hidden Love.Where stories live. Discover now