Part 3

256K 2K 9
                                    

Angga POV

Matanya yang baru kusadari berwarna coklat membuat ku tanpa sadar ingin menatapnya jauh lebih lama hingga sedikit demi sedikit hasrat yang baru hilang karena melihat ia kesakitan kembali lagi dan dari yang sebelumnya melihat mata coklatnya yang indah dengan perlahan aku melihat kearah bibirnya yang berwarna pink.  Kudekatkan wajah ku secara perlahan hingga kulihat ia menutupkan matanya. 

Melihat hal seperti itu kubawa bibirku pelan pelan menuju bibirnya, dan  kutempelkan secara perlahan untuk memastikan dia menerima atau menolaknya.

Setelah melihat ia diam saja segera saja kulepas segala hasrat ku yang terpendam selama ini dengan melumat perlahan lahan hingga akhirnya makin lama semakin cepat hingga tanpa sadar ia ikut membalas lumatan ku walaupun secara tertatih tatih karena mungkin ini awal yang baru baginya.

Ku belit lidahnya dan ku hisap bibirnya secara kasar karena hasrat yang sudah tak terpendam lagi. Akal sehat dengan segera hilang dari kepala ku. Bibirnya yang pas dan terasa manis membuatku kecanduan. Gerakan lumatan Devina juga sudah bisa mengimbangiku sehingga hasrat ku sudah mulai naik dan membuat juniorku membesar

Kuangkat dia keatas ku hingga aku dan dia terduduk diatas sofa melupakan bahwa ia adalah adik iparku dan aku adalah kakak iparnya. Ku usap leher dan kepalanya hingga ia tanpa sadar mendesah.

"ah.. Kak" desahnya lalu ia bergerak pelan hingga tanpa sadar menggesek kepala junior ku hingga  aku menggeram dan junior ku makin membesar dan membuat lumatanku dibibirnya semakin kasar.  Hal itu membuat ia semakin mengeratkan badannya padaku, ketika aku ingin mencium dan mencumbu lehernya sembari mengelus pahanya. Tiba tiba terdengar bunyi bel pintu tanda ada tamu diluar

Dengan segera saja Devina melepaskan pelukannya padaku dan permainan kita berhenti begitu saja.  Kulihat bibirnya yang membengkak dan memerah,  menambah kesan sexy dan imut dengan rambutnya yang berantakan, sehingga aku ingin mendekatkan diriku kembali kearahnya namun terhenti ketika ia dengan cepat berdiri dan berkata

"kak.. Ada orang diluar" ah benar,  aku lupa.  Dengan cepat aku kedepan sembari merapihkan rambutku dan kemeja ku karena Devina mencengkramnya dan mengacaknya dengan keras. Entah karena ini pertama kali atau karena ia menikmati,  mungkin bisa saja keduanya.  Yang kurasakan sekarang hanyalah kesal karena tidak dapat melanjutkan itu dengan Devina.

Setelah kubuka ternyata itu hanya Pak Satpam yang membawa barang dari kantor Airin, pak pos ternyata hanya menggeletakannya di depan pagar sehingga pak satpam takut itu nanti akan hilang jika tidak segera di masukkan ke rumah.

"makasih banyak ya pak" aku tersenyum lalu menutup pintu.  Ketika aku kembali keruang TV kulihat Devina sudah tidak ada. Hal itu membuatku malah diliputi rasa bersalah dan tidak enak.

Kuusap wajah ku kasar sembari melihat kotak pemberian pak satpam, Devina..  Bisa dengan cepat membuatku melupakan istri ku sendiri. Hal yang sebenarnya baru kali ini kurasakan, aku tidak pernah merasa cepat sekali tergoda dengan wanita seperti ini.

Ini benar benar membingungkan.

###
Devina POV

Ini tidak baik, sangatlah tidak baik.  Harusnya aku tidak melakukannya.

Lukanya masih sakit, aku yang menaiki tangga tadipun masih dengan terpincang pincang masuk ke kamar.  Namun debaran yang kurasakan jauh lebih besar dari rasa sakit yang kualami.

Kenapa ini bisa terjadi?  Bagaimana dengan Kak Airin? Ahhhhh ini salahku yang terlalu terpesona dengan wajah dan kebaikan Kak Angga. Hingga lupa bahwa Sebenarnya ia adalah suami kakak ku sendiri.

Aku menoleh kearah cermin dan kulihat rambutku yang acak acakan dengan bibir yang merah membengkak.  Aku mengelus bibirku dan tanpa sadar pipiku ikut memerah.

"malu-maluin banget"  gumamku dan berteriak tanpa suara sambil menghentak-hentakan kaki.   Ini tidaklah benar.. Debaran ini pun juga tak benar.  Aku sekarang hanya menyalahkan diriku yang dari SMA memang terbiasa menggunakan tanktop keluar kamar.  Sehingga tanpa sadar membawa kebiasaanku kesini dan akhirnya mengalami kejadian sensual yang seharusnya tidak terjadi.

Aku akan berusaha semampuku untuk tidak kembali melakukan kesalahan yang sama. Dan semoga aku bisa memegang janji ku.

#####
Author pov

"dee...  Banguuunn" teriak Airin didepan telinga Devina yang saat ini tertidur dengan pulas sambil menarik narik selimut adiknya.

"enghh..  Bentar lagi kak" Balas Devina dengan suara serak khas bangun tidur.  Matanya malas sekali untuk dibuka... Dia benar benar butuh waktu yang cukup lama untuk bangun sepenuhnya. 

"Ayo kuliahhh.. Bukannya masih banyak yang mesti diurusin disana?  Nanti  Angga aku suruh anterin.  Kamu mandi" celoteh Airin yang membuat Devina membuka matanya secara cepat. 

Sebersit kepingan memori yang kemarin tiba tiba terlintas dikepalanya.  Diantar Kak Angga ke kampus bukanlah hal yang tepat.

"Kakak ga dianterin Kak Angga? Aku bisa jalan sendiri kesana" sergah Devina cepat.  Ia merasa bersalah dan malu dalam waktu yang bersamaan.

"kamu aja belom ngerti naik transjakarta.  Yang ada kamu nyasar terus gatau jalan pulang.  Kakak bawa mobil sendiri kok..  Lagian Angga dan kamu searah" ucap Airin lalu memukul pantat adiknya.

"udah sanaa mandiiiii" sambungnya kembali yang membuat Devina skakmat

"hmm iya iyaaaaa" jawab Devina akhirnya. Sebenarnya selain ia tidak mau bertemu Kak Angga,  melihat Kak Airin yang begitu baik sedangkan dia bermain dibelakangnya adalah hal yang membuatnya diliputi rasa bersalah yang amat sangat.  Itu tidak benar. 

Ia hanya berharap tidak akan terjadi apa apa setelahnya.

####

Atmosfer menjadi sangat berbeda ketika Keduany sudah berada didalam ruangan yang sama.

Devina hanya melihat kearah jendela sedangkan Angga hanya fokus menyetir.  Keheningan meliputi keduanya.  Mereka bingung dengan situasi ini.

"kaki kamu udah gapapa? " ucap Angga memcah suasana sepi yang baru saja terjadi.

Devina yang awalnya melamun menengok pelan pelan dan tersenyum "hmm. Makasih ya kak,  udah bisa lari dan jalan kok"

Angga mengangguk,  lalu hening kembali.  Ia sebenarnya ingin mengucapkan maaf. Ia tau kejadian kemarin adalah tindakan gegabah dan tidak baik untuk hubungan srlanjutnya.

"masalah kemarin.. " mendengar Angga berkata itu,  sontak Devina melihat kearahnya seakan menunggu kata selanjutnya.  "kakak minta maaf..  "

"aku ngerti kak. Itu..  Kemarin hanya sebuah kesalahan..  Kita bisa mengendalikannya dikemudian hari.  Itu gaakan terjadi lagi. " ucap Devina tenang dengan nada dewasanya.  Hal itu membuat ketegangan mencair dan Angga bernafas lega.

Ia suka dengan sikap Devina yang dewasa.  Ia kira Devina akan memendamnya,  lalu berpikir yang tidak tidak,  atau bisa saja marah marah. Ia tau itu bejat,  dan ia berterimakasih Devina mengerti.

"makasih Dev"
.
.
.
Mungkin mereka bisa saja mengendalikannya,  bisa saja tidak.

Tbc

Hidden Love.Kde žijí příběhy. Začni objevovat