Part 15

75.2K 765 10
                                    

Devina POV

Aku terbangun dengan cepat hari ini, masih tak menyangka bahwa Kak Angga tidur disampingku dengan lengan yang memelukku hangat hingga pagi hari. Setelah kejadian malam kemarin yang berakhir dengan mengeluarkan semua cairan kak Angga di toilet, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan aktivitas kemarin. Sungguh rasa cairannya aneh untukku, asin gurih dan manis? entahlah aku belum terbiasa dengan itu. Hhh mengingatnya saja membuat aku merinding, sungguh rasanya asing sekali. 

Sekarang aku sedang menyiapkan sarapan untuk kak Angga yang masih tertidur pulas. Aku tersipu dengan malu ketika melihat dia dari jarak dekat tadi, ketika aku masih terbaring disampingnya. Hidungnya yang mancung, rahangnya yang tajam, bibirnya yang seksi, dan alisnya yang tebal, sungguh dia adalah lelaki yang sempurna. Tapi sayang tidak bisa kumiliki.

"hhhhh" aku mendesah pelan. Meskipun kami secara tidak langsung telah memutuskan untuk melanjutkan hubungan yang menurutku gelap ini, tentu saja hati ini masih memiliki lubang yang menganga karena rasa bersalah. Bahkan ketika mencium, memeluk, atau hanya memegang tangannya, wajah kak Airin sekelibat muncul di pikiranku. Tapi di satu sisi aku ingin merasa egois karena perasaan ini. Ini bukan hanya nafsu semata, hati ku menghangat hanya karena mendengar tawanya, godaannya, matanya yang menatap dalam ke arahku, dan perlakuan kecilnya. Bukankan itu tanda-tanda orang jatuh cinta?

"pagi peach" suara serak kak Angga menyadarkan lamunanku, ia hanya bertelanjang dada dengan muka bangun tidur tapi masih sempat-sempatnya nyengir menghampiriku.

"peach?" Aku tersenyum manis kearahnya, siapa yang tidak senang jika diberikan senyuman setampan itu dipagi hari?

"hmm. Kamu nyadar ga aroma badan kamu kayak buah persik?" aku tertawa geli, lalu memberikan sandwich tuna padanya yang sedang duduk di meja makan.

"exactly, itu parfum kesukaan aku. Gatau kenapa parfumnya  menyatu gitu di badan aku, like we're meant for each other" jawabku panjang lebar, lalu tiba-tiba dia menarikku dipangkuannya dan mencium pipiku singkat yang  pasti sekarang dalam waktu singkat juga pipiku bersemu merah karena serangan mendadak itu.  

"aku suka kalo kamu banyak ngomong gini" dia menundukkan kepalanya di lenganku dan kedua tangannya melingkariku. Aku tak menyangka pelukan kak Angga bisa sehangat ini, seandainya waktu bisa berhenti, atau mungkin diputar sebelum kak Angga bertemu dengan kak Airin agar aku bisa bertemu dengannya duluan, pasti aku tidak akan seresah ini. 

"kamu mau suapin aku ga?"ucapnya pelan lalu mengendus pelan leherku. "aroma manis nya masih kecium" lanjutnya dan dengan jahil menggigit telinga ku. 

"kakkk masih pagii"aku mencoba melepaskan diri dari pelukannya yang kuat, astaga aku akan lupa diri jika dia terus menggangguku seperti ini. Telinga adalah salah satu kelemahanku, bulu kudukku selalu berdiri jika dia mencium, atau bahkan bernafas disekitar sana.

"Devvv" tiba-tiba suara orang dari luar disertai dengan ketokan pintu  memberhentikan kejahilan kak Angga. Aku menguraikan pelukan kak Angga, mencium dahinya, lalu berjalan ke arah jendela untuk mengecek tamu tak diundang ini. 

Astaga, aku benar-benar lupa kalau hari ini aku punya janji dengan  Marvel untuk jalan-jalan ke Kota Tua. Kuiintip ia dari jendela rumah yang sekarang tengah memegang handphone dengan baju nya yang super modis bak model majalah. Ck, dia ingin jalan-jalan atau mau berjalan di panggung runway?

Kringg kringggg

Aku segera berlari ke kamar dan mengambil telefon ku yang berbunyi, sudah pasti itu Marvel. Ia pasti berpikir aku masih tidur. 

"woyy bangun kebo" ucapnya keras setelah aku mengangkat telfonnya.

"iyaaaaa, mang lu udah nyampe mana" jawab ku pura-pura. Tidak mungkin bukan aku berkata jujur bahwa aku membutuhkan waktu yang lama untuk membuka pintu karena ada kak Angga dirumahku sepagi ini?

Hidden Love.Where stories live. Discover now