Part 4

249K 2.5K 45
                                    

Hujan deras..

Poris terkena hujan lebat saat ini.  Ini sudah 2 minggu sejak Devina pindah kerumah Airin. Kuliah sudah dimulai dan hubungan antar Airin-Angga dengan dirinya makin membaik, Devina dan Angga juga sudah semakin seperti adik dan kakak, Devina pun mencoba melupakan kejadian itu karena Devina tentu tak bisa melupakannya karena itu adalah ciuman pertamanya.

Sekarang ia sendiri dirumah. Ia sudah tak pernah mengenakan tanktop dan celana pendek lagi, semuanya sudah berganti drlengan baju kaos gombrong dan celana basket.  Ia harus terbiasa.

Devina yang tengah mengupas apel di dapur tiba-tiba terkejut dengan pintu depan yang terbuka secara keras hingga menimbulkan suara.

"sorry sorry,  ga sengaja" ah..  Hanya Angga.  Devina hanya tersenyum lalu melanjutkan mengupas apel.

"lagi ngapain? " tiba tiba saja orang itu berada tepat dibelakang Devina hingga membuat Devina kembali terkejut.

"Kak! Kagett" teriak Devina kasar,  namun Angga hanya tersenyum geli.  "serius amat. Mau dong apelnya satu"  setelah itu ia pergi menjauh dan mendudukkan diri ke sofa ternyaman di depan tv

"kakak cepet banget pulang, baru jam 7" apel diletakkan tepat depan meja ruang keluarga yang tengah diduduki Angga sambil menonton tv

"urusannya cepet kelar. Mau gimana?. " balas Angga lalu mengigit apel yang telah dikupas Devina.

Devina duduk disebelahnya. "Kak Airin gimana? Dari tadi ku chat ga dibales..  Jadi bingung. "

"dia lembur lagi..  Tugasnya lagi banyak.." ucapnya lirih.  Terlihat ada kesedihan di suaranya.  Devina kasihan,  ia tau jika Kak Angga mengkhawatirkan istrinya. 

"kakak udah makan?" Angga mengangguk. melihat itu Devina berdiri "Kalo gitu aku kekamar yaaaa..  Kak Angga jangan kemaleman nonton tvnya, ntar gabisa nganterin Devin lagi buat kuliah."

Angga melirik Devina sebentar lalu tertawa "bawel, gih sana bobo"

"kalo butuh apa apa bilang yaa" lanjut Devina kembali. Tidak ingin memperkeruh dan membuat Kak Angga merasa tak nyaman

###
Angga pov

Devina..
Jika aku melihat dia tentu saja hal itu masih menjadi pikiran.  Dia adalah orang kedua yang pernah kucium setelah istriku sendiri. Dan lucunya,  dia adalah adik iparku sendiri.

Sikapnya yang terlalu dewasa kadang membuat ku berpikir bahwa ia bukan anak kuliahan lagi.  Dia juga terlalu positif sehingga membawa keceriaan disekitarnya,  termasuk untukku.  Aku yakin dia memiliki banyak penggemar di kampusnya.

Jika ada yang bertanya apa aku kadang masih suka terpesona akan dia? Tentu saja sering.  Entah kenapa dia memiliki magnet kuat untuk mataku,  namun disamping itu aku diliputi juga oleh perasaan bersalah. Ini memanglah perasaan yang salah.

Istriku sendiri sedang sibuk belakangan ini,  banyak hal yang terjadi perusahaan besar tempat ia bekerja. Maka dari itu,  kadang ia khawatir namun merasa kecewa karena terlalu banyak hal yang dikerjakan sehingga lupa bahwa suaminya juga perlu diperhatikan dibanding pekerjaan. 

Hujan yang deras membuatku tak tenang, sudah jam 8 namun istriku juga belom pulang..  Aku tau dia melembur,  namun kasian juga di cuaca seperti ini ia harus bekerja semalaman.  Ingin rasanya aku marah,  namun hati ini tak mampu juga karena ini adalah perusahaan impiannya.  Aku luluh dengan senyuman bahagianya.

Tiba-tiba gelegar petir menyambar dan lampu dirumah mati, sepertinya seluruh komplek mati melihat tidak ada terang satupun diluar sana. 

Dengan segera aku. Mengambil senter dan mencari lilin,  lalu aku mengingat bahwa di rumah ini ada Devina.  Aku pelan pelan mengecek keatas,  berharap ia tertidur dan baik baik saja.

Hidden Love.Where stories live. Discover now