Ekstra Part DPH

1K 46 0
                                    

Seminggu sudah berlalu sejak lamaran resmi terjadi. Kini, Mazaya dan Rana sama-sama menunggu hari bahagia datang.

Hari-hari yang suram akan dihiasi oleh senyuman ceria bahkan tawa bahagia. Air mata yang keluar bukan lagi tentang kesedihan, tapi diganti dengan air mata kebahagiaan.

Hidup tanpa ujian bukan kehidupan namanya, begitulah kesimpulan dari apa yang sudah dialami oleh Mazaya. Cobaan akan selalu datang, tapi kemudahan tentu pasti selalu ada. Jalani apa yang ada sekarang dengan rasa syukur walau terkadang menikmatinya juga beriringan dengan rasa sakit. Bukankah, setiap rasa sakit akan dibayar dengan kebahagiaan? Kebahagiaan yang jauh lebih besar dari perkiraan.

Ibarat sayur tanpa garam akan terasa hambar, begitulah kehidupan Mazaya. Ujian yang ia jalani memang berat, tapi seberat-beratnya ujian, Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan makhluk-Nya. Di dunia yang sementara ini, Allah ingin menguji mana makhluk-Nya yang tetap bersyukur apa pun yang diberikan dan mana makhluk-Nya yang tidak bersyukur atas segala kenikmatan. Dan tentang kesabaran, Allah sudah berjanji dalam kitab suci Al-Qur'an.

Inilah janji Allah dalam Al-Qu'ran Surah An-Nahl ayat 96;

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Gusti Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl 96)

Sabar adalah yakin bahwa musibah itu kehendak Allah, semua itu milik Allah, bakal kembali pada Allah cepat atau lambat lalu berusaha mendekat pada Allah. Bersabarlah dalam menghadapi segala cobaan yang ada dan tetap bersyukur apa pun yang diberikan. Ingat, Allah memberikan apa yang dibutuhkan makhluk-Nya, bukan apa yang diinginkan makhluk-Nya.

Siapa saja yang yakin akan hal itu lalu berbuah kesabaran, bakal diberi ganjaran.

Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦) أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaj´uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al Baqarah 155-157)

Sudah saatnya Mazaya melangkah ke depan walau sempat terhenti sesaat. Diamnya bukan berarti menyerah. Namun, diamnya adalah bentuk muhasabah dan penantian. Menanti seseorang yang Allah hadirkan untuk menggandengnya melangkah ke depan bersama-sama.

Pernikahan akan segera dilaksakan tiga hari lagi. Mazaya mau pun Rana sama-sama sudah memantapkan hati satu sama lain, saling percaya untuk membangun bahtera rumah tangga.

Kediaman Mazaya bahkan luar biasa hebohnya, bukan karena pesta yang akan digelar mewah, tetapi karena ada sahabat-sahabatnya.

"Aya, sudah siap lu?" tanya Rido untuk kesekian kalinya.

Mazaya mengangguk, "Iya siap," jawabnya.

"Yakin?" tanya Deden.

"Yakin," tegas Mazaya.

"Aya yang mau nikah, kalian yang pusing, gimana sih?" ujar Sarah yang diangguki Renaldo.

"Bukan gak setuju, tapi belum yakin sama adik kecil ini," ujar Rido.

"Gue dah gede," sinis Mazaya.

"Di mata kami, lu masih adik kecil," kekeh Rido. Deden pun tertawa.

Keadaan hening sesaat, Mazaya terlihat sedih.

"Kenapa Aya?" tanya Renaldo.

"Gue mau nanya beneran serius ini. Kalian gak setuju gue nikah sama Rana?" tanya Mazaya.

"Ya setujulah," jawab Rido yang diangguki semuanya.

"Kenapa lu sedih gitu?" tanya Deden.

"Kalian berdua terus-terus nanyain hal yang sama, lu yakin Aya?..kan buat gue berpikir kalau kalian gak setuju," ucap Mazaya.

"Kami bukan gak setuju dudul, tapi kami kayak belum rela," ujar Deden yang diangguki Rido.

"Enggak rela, adik kecil kami dah mau nikah aja," ucap Rido.

Mazaya jadi berkaca-kaca mendengar ketulusan kasih sayang sahabat-sahabatnya.

Sahabat adalah mereka yang tetap setia menemani kita dari awal hingga akhir, tetap ada disaat kita dilanda derita, kesedihan, maupun duka bukan hanya ada disaat senangnya saja.

Mazaya bersyukur memiliki sahabat seperti Deden, Sarah, Rido, Renaldo dan almarhumah Suci. Sahabat yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

"Aya sayang kalian," ucap Mazaya sambil menangis.

Sarah langsung memeluk Mazaya erat. Mereka semua terharu dan juga bahagia. Saling mengingat dalam pemikiran sendiri tentang persahabatan mereka yang masih tetap ada hingga mereka dewasa. Walau sebentar lagi mereka masing-masing akan memiliki kehidupannya tersendiri, tapi mereka semua berharap persahabatan tetap terjalin hingga ke anak-anak mereka kelak.

"Pokoknya anak-anak kita harus sahabatan juga," ujar Deden.

"Yaelah dudul, kami nikah aja belum," ujar Rido.

"Makanya buruan, lama amat." Deden tertawa lebih tepatnya menertawakan kejombloan Rido.

"Namanya juga jodoh belum ketemu," dramatis Rido.

"Jodohkuuu, di manakah dirimuu?" Nyanyi Rido menirukan suara Mas Anang.

"Saya sih yes," ujar Deden. Mereka pun tertawa lagi.

"Hentikan romaa," ucap Sarah.

"Hilih, kok nyasar ke situ sih sayang, istriku gini amat," ujar Deden dengan raut sedih yang dibuat-buat.

"Dindaa," ucap Deden.

"Sejak kapan nama Sarah jadi Dinda?" tanya Rido.

"Ihhh dudull, drama loh. Gagal jadinya kan," kekeh Deden.

"Kamera mana, mau lambaikan tangan," ujar Rido.

Memang tidak bisa berhenti tertawa kalau sudah dekat dengan sahabat-sahabat.
Simpelnya, kalau sedang sedih dan ingin tertawa, cari saja sahabat.

*****
Selasa, 9 Maret 2021.

Mak kembali🦥

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Where stories live. Discover now