5| Berkunjung

971 70 15
                                    

Mazaya berdiri mematung di depan rumah yang banyak menyimpan kenangan baginya. Ia sedang berada di rumah yang selalu ia kunjungi kala rindu menyapa dirinya dahulu. Namun, sekarang menyisakan rasa sakit di hatinya. Ya, Mazaya sedang berkunjung ke rumah Alien nya-Rehan Adinata.

Mazaya masih belum bergerak dari tempat ia berdiri. Ia harus menyakinkan dirinya sendiri bahwa sudah saatnya menjalani hidup tanpa takut akan masalalu.

Mazaya menghela napasnya lalu melangkah dengan pasti walau di hatinya juga masih ragu karena takut masa-masa itu kembali ia ingat dan berakhir dengan menangisi.

Pintu yang dulu selalu terbuka kini sudah tertutup. Selama 4 tahun ia tidak pernah sedikit pun berkomunikasi dengan keluarga alien nya itu. Rasa bersalah pasti Mazaya rasakan, tapi bagaimana pun itu keinginan hatinya.

Tingg tong..

Mazaya menekan bel.

Tak lama pintu pun terbuka menampakan sosok wanita paru baya seumuran dengan ibu Mazaya. Wanita paru baya itu mematung begitu juga Mazaya.

"Bunda," ucap Mazaya membendung air matanya.

Bunda Lina-ibu dari Pak Rehan langsung memeluk tubuh Mazaya.

Mazaya memeluk Bunda Lina sangat erat menghantarkan sesak di dadanya. Air matanya bahkan sudah mengalir.

"Aya," lirih Bunda Lina yang juga menangis.

Mereka berdua saling melepaskan rindu juga saling menguatkan.

Mazaya melonggarkan pelukan. Lalu, menghapus air mata yang menetes membasahi pipi Bunda Lina.

"Bunda jangan nangis," ujar Mazaya sambil tersenyum. Bunda Lina pun mengangguk lalu tersenyum.

"Bunda rindu banget sama kamu, Aya." Mereka berjalan masuk ke dalam rumah.

"Aya juga rindu sama Bunda dan sama yang lainnya juga."

Mereka pun duduk di sofa.

"Maafin Aya ya Bun, gak pernah hubungin Bunda selama ini," ucap Mazaya merasa bersalah.

"Gak papa sayang, Bunda paham kok. Lagian ibu Aya terus kasih kabar ke Bunda," jawab Bunda Lina membuat Mazaya lega. Ternyata selama ini ibunya tetap berkomunikasi dengan keluarga Pak Rehan.

"Kapan kamu pulang, Aya?"

"Belum lama kok Bun, beberapa hari yang lalu."

"Bunda sehat?"

"Alhamdulillah sehat, Aya."

"Yang lain gimana Bun, Ayah, Bang Reza dan Rena?"

"Mereka juga sehat dan baik-baik aja, Aya."

Mazaya pun mengangguk.

Hening untuk sesaat. Mazaya bingung harus bicara apa lagi karena ia sedikit canggung.

"Hmm, Bunda boleh nanya sesuatu?" tanya Bunda Lina hati-hati. Mazaya mengangguk dengan tersenyum.

"Aya..hmm sudah dapat pengganti?" tanya Bunda Lina ragu-ragu.

Jlebb..

Pertanyaan itu sungguh membuat Mazaya terkejut juga sesak. Pengganti?

Mazaya paham maksud pertanyaan Bunda Lina.

Mazaya diam sejenak memikirkan semuanya.

"Gak papa Aya, kalau gak mau jawab, Bunda paham kok." Bunda Lina bisa melihat perubahan dari raut wajah Mazaya.

"Gak papa kok Bun," ucap Mazaya pada akhirnya.

"Pengganti Pak Rehan, hmm bahkan Aya gak pernah berpikiran seperti itu Bun. Pak Rehan gak bisa digantikan oleh siapa pun dan sampai kapan pun."

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Where stories live. Discover now