32| Melamar?

756 46 0
                                    

Terhitung sudah 3 hari sejak Dokter Aryo dan Amora menikah, tapi Rana tak kunjung melamarnya. Mazaya berharap Rana segera mengajaknya menikah.

Sudah dua hari juga Mazaya tak bertemu dengan Rana karena Rana sangat sibuk bekerja di rumah sakit. Komunikasi memang selalu terjaga, setiap malam Rana akan menelpon Mazaya lalu beralih ke panggilan video.

"Hari sudah malam, tidur Nak," ucap Mama Ina sambil duduk di ranjang Mazaya.

Mazaya memandang ibunya sekilas lalu kembali melamun.

"Apa yang kamu pikirkan sayang?"

Mazaya masih diam sambil memikirkan kata yang tepat untuk diucapkan.

"Menurut Mama, Rana cinta gak sama Aya?"

Mazaya menatap lekat ibunya sambil mengharapkan sebuah jawaban.

"Menurut kamu?"

"Kok Mama nanya balik sih?" Mazaya cemberut.

"Ya, habisnya kamu nanya sama Mama. Mana tahu Mama, kan kamu yang punya hubungan sama Rana, tentunya kamu yang tahu itu," jawab Mama Ina. Mazaya mengangguk setuju.

"Emangnya kamu mikirin apa sih?" tanya Mama Ina penasaran melihat putrinya yang begitu berbeda saat ini.

"Ehmm..Rana kok gak lamar aku ya Ma?" tanya Mazaya ragu mengucapkan kalimat itu. Mama Ina terkejut tentunya.

"Salah gak sih Ma, aku berharap?" tanya Mazaya paham dengan keterkejutan ibunya.

"Kamu gak salah kok. Setiap wanita pasti ingin kejelasan tentang hubungan," jawab Mama Ina sambil tersenyum.

"Emangnya kamu udah siap?" tanya Mama Ina yang diangguki Mazaya.

"Yakin?" tanyanya lagi yang tetap diangguki Mazaya.

"Syukurlah kalau gitu. Mama juga pengen punya cucu," kekeh Mama Ina membuat Mazaya kembali mengerucutkan bibirnya.

"Belum juga nikah udah minta cucu. Jangankan nikah, dilamar aja loh belumm," ucap Mazaya dengan nada merajuk. Mama Ina tertawa saja.

"Habisnya kamu serius begitu." Mama Ina semakin menggoda putrinya.

"Nama juga perempuan. Butuh K E J E L A S A N," ucap Mazaya mengeja kata kejelasan.

"Udah tidur aja kamu," ujar Mama Ina menahan tawanya. Sungguh lucu putrinya ini.

"Ma, besok Aya ke rumah sakit ya?" tanya Mazaya.

"Emang kapan Mama larang kamu ketemu Rana?"

Mazaya cengir. "Enggak pernah sih," jawabnya.

"Emangnya kamu mau ngapain?" tanya Mama Ina penasaran.

"Mau kasih tahu dia, kalau rindu itu berat," kekeh Mazaya.

"Mama seneng, kamu udah jadi Mazaya yang dulu lagi," ujar Mama Ina.

"Dan Mama bersyukur bisa mengetahui sifat kamu dan ada di dekat kamu saat seperti ini walau Mama menyesal sering mengabaikan kamu dulu."

"Yang lalu biarlah berlalu Ma. Anggap semua sebagai pelajaran." Mama Ina mengangguk.

"Ya udah tidur gih kamu, besok mau jumpa kekasih kan," kekeh Mama Ina.

Mazaya merona malu, tapi ia tetap menganggukkan kepala.

Mama Ina menyelimuti Mazaya lalu beranjak meninggalkan kamar putrinya itu.

Mazaya yang sudah terbaring belum bisa tidur karena ia masih memikirkan hal lain.

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang