16| Kita Bersama

753 61 8
                                    

"Maafin hiks hiks." Mazaya menangis sambil memeluk Rana dari samping.

Mazaya memeluk erat Rana sambil terus menumpahkan tangisannya, sedangkan Rana, ia mematung. Walau ia juga senang dipeluk begitu sama Mazaya.

Ahh lu bisa aja Mas.😂

"Maafin aku hiks hiks," ujar Mazaya penuh dengan penyesalan.

Rana menghela napasnya sambil memejamkan matanya sejenak.

"Jangan nangis," ucap Rana menggeser tubuhnya agar ia bisa memeluk Mazaya juga.

Rana membawa Mazaya dalam dekapannya sambil mengusap-usap kepala Mazaya.

Mazaya benar-benar menyesali perbuatannya. Ia terus menangis hingga baju yang dikenakan Rana basah.

Mazaya sudah lama tak menangis lagi. Sekali menangis gak tanggung-tanggung.

Tau ember cat ukuran besar? Haa...gak segitunya juga.🤣

"Udah, jangan nangis," ucap Rana untuk kedua kalinya.

"Nanti aku bantuin. Kita jelasin sama Amora ya?"

Mazaya mengangguk setuju dalam dekapan Rana. Ia sudah merasa lebih tenang.

Beberapa detik kemudian Mazaya menyadari sesuatu.

"Kamu ngapain peluk-peluk aku!" Teriak Mazaya ketus dan langsung melepaskan dirinya dari dekapan Rana.

Rana memejamkan matanya karena mendengar ucapan Mazaya yang ketus di dekatnya.

"Siapa yang peluk kamu emangnya?" tanya Rana membuat Mazaya bungkam.

"Siapa yang datang-datang sambil nangis terus tiba-tiba peluk. Kayaknya bukan aku," ujar Rana sambil berdiri.

"Kamu mau ke mana?" cicit Mazaya ikut berdiri juga. Ia hanya bisa menundukkan kepala.

Mazaya tahu kalau dirinya lah yang memeluk Rana duluan, tapi itu refleks dirinya. Ah, kebodohan apa lagi yang dibuatnya.

"Aku mau pulang udah malam," jawab Rana.

"Terus aku?" Mazaya mendongakkan kepalanya memberanikan menatap Rana.

"Kamu? Apa urusannya denganku. Kamu yang membuat masalah, kenapa harus aku yang memikirkannya. Bukannya kamu juga tak ingin aku memikirkanmu," ujar Rana sambil membereskan barang-barangnya.

Mazaya diam sambil memandang Rana yang sedang beres-beres.

Rana mengambil ponsel dan juga kunci mobilnya. Lalu berjalan hendak keluar dari ruangannya.

"Kamu mau aku kurung di dalam atau gimana?" tanya Rana berhenti setelah membuka pintu.

Mazaya langsung berdiri di dekat Rana.

Rana menggelengkan kepalanya melihat Mazaya yang malah diam saja. Ia pun keluar dan di ikuti oleh Mazaya.

Rana berjalan dengan gagahnya, tapi ada Mazaya yang membuntutinya.

"Akhh," pekik Mazaya saat dirinya malah menabrak punggung Rana.

"Kenapa kamu malah berhenti mendadak," sebal Mazaya.

"Kenapa kamu membuntuti ku?" tanya Rana tanpa memperdulikan Mazaya yang masih mengaduh kesakitan.

"Hmm..aku..tak membuntuti mu, ini juga arah ke ruangan Alexsa bukan!"

Rana pun melanjutkan langkahnya. Mazaya pun tetap sama, berjalan membuntuti Rana.

Rana acuh saja walau banyak suster yang memandang mereka sambil mengulum senyum. Entah apa yang dipikirkan para suster itu tentangnya.

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang