19| Obrolan Seputar Cucu

717 58 12
                                    

Pagi harinya, Mazaya sudah bersiap-siap dengan penampilannya yang lebih cantik dari 4 tahun yang lalu. Sekarang ia seorang desainer jadi penampilannya sesuai dengan profesinya.

"Tumben lu pakai dress begitu, emangnya lu mau ke mana?" tanya Alexsa heran.

"Iya," ucap Alex setuju dengan pertanyaan adiknya.

"Seorang desainer harus tampil menarik bukan," ujar Mazaya sombong sedikit.

"Sombong amat luu," kekeh Alex.

Tak lama pintu ruangan Alexsa pun terbuka ternyata orang tua Mazaya yang datang. Padahal Mazaya berharap orang lain yang semalam membuat ia merasa sangat bahagia.

Yang tadinya raut wajah Mazaya senang tiba-tiba murung karena tak sesuai dengan harapannya.

"Kenapa tiba-tiba murung gitu anak Mama?" tanya Mama Ina.

"Biasa Ma, berharap orang lain yang datang," ujar Alexsa sambil tertawa karena ia tahu siapa yang Mazaya harapkan muncul.

Semalam setelah Mazaya dan Rana kembali lagi ke rumah sakit hari sudah sangat malam bahkan hampir larut membuat Alexsa dan Alex tak tenang dan khawatir. Pas Mazaya masuk langsung dech pertanyaan dan amarah Alexsa dan Alex meledak, mau tidak mau Mazaya menjelaskan yang sebenarnya.

"Ohhh siapa?" tanya Mama Ina penasaran.

"Tuh orangnya baru masuk," ujar Alexsa sambil menunjuk pintu masuk yang sudah ada Rana berdiri dengan senyum mengembang.

Semua orang menoleh ke arah pintu dan langsung membuat Mazaya tersipu malu kala Rana memandangnya.

Rana pun mendekat lalu salim kepada sekutunya-Mama Ina, tak lupa ia juga salim kepada sekutu Mazaya-Papa Adi walau Rana sedikit gugup dan takut.

"Gimana keadaan kamu Alexsa?" tanya Rana basa basi dulu sebelum mengutarakan niatnya.

"Baik seperti yang kamu lihat Abang Ipar eehhh..keceplosan kan," ujar Alexsa sengaja sambil pura-pura kalau dia benaran keceplosan.

Papa Adi langsung menatap sinis Rana membuat Rana menunduk takut. Berbanding terbalik dengan Mama Ina yang kesenangan.

"Ahhhh calon mantuu," ucap Mama Ina kegirangan sambil melompat kecil lalu memeluk Rana. Oh tidak bukan memeluk, tapi seperti mencekik sangking pendeknya Mama Ina untuk sekedar memeluk Rana yang tinggi.

"Tantee tantee, ini Rana kecekik," ujar Rana pelan, rasanya ia tak bisa bernapas.

Mama Ina langsung melepaskan pelukannya lalu memeluk Rana dari samping. Tinggi Mama Ina hanya di bawah ketiak Rana. Mini sekali bukan.

"Mama menang Paa," ujar Mama Ina meledek suaminya sendiri.

Papa Adi langsung bermuka masam pagi hari. Lalu memandang Mazaya sekilas tanda ia merajuk.

Mazaya mendekat lalu memeluk ayahnya dengan erat. "Ngambek yaa?" tanya Mazaya.

"Gak osa ditanya pun, semua orang tahu," ujar Papa Adi.

"Uluh-uluh makin tua nanti kalau ngambekan, gak bisa lihat cucu loh nanti," ucap Mazaya lalu ia sadar apa yang baru saja ia ucapkan.

"Kamu do'ain Papa cepat mati!"

Astaga, Mazaya mengutuk dirinya sendiri, lancang sekali mulutnya padahal niatnya tidak begitu.

"Bukan gitu maksud Aya, Pa. Maksud Aya, Papa gak boleh ngambekan gitu, nanti cucu Papa gak mau main sama Papa, hayoo lohh," goda Mazaya.

"Emang kamu mau kasih Papa cucu?"

"Mau lah kan ada Rana, tinggal buat," ucap Mama Ina antusias.

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Where stories live. Discover now