TPMB - 16

2.4K 40 11
                                    


Haloooo sayang sayangkuhhhh. Maaf banget aku menghilang hampir 2 tahun hehehe.
Hpku rusak dan aku baru inget aku nulis cerita di akun ini😭😭

Kaget donggg notifnya rame minta di up wkwk.

Okeh yukk kita lanjutkan kebrengsekan Mas Bram😜
*

Hana terbangun karena ia mendengar suara adzan. Apakah sudah shubuh? Sepertinya belum, Hana melirik jam dinding ternyata masih jam 18.45

Ia menoleh ke samping, hatinya berbunga-bunga mendapati Bram tertidur pulas. Tangan Hana bergerak mengelus pelan pipi Bram.

Alis Bram mengkerut merasakan sentuhan di wajahnya. Matanya lalu terbuka, mendapati Hana yang tersenyum lebar menatapnya.

"Mas,"

Mata Bram sepenuhnya terbuka, otaknya langsung memproses kejadian yang ia lakukan bersama Hana tadi sore.

Bram terduduk dengan muka tegang, mengabaikan panggilan manja Hana. Hana yang heran pun jadi ikut duduk.

"Mas, aku seneng bang-"

"Kita udah terlalu jauh." Ucap Bram datar.

Senyum Hana luntur seketika. Ia berharap Bram akan berbicara manis padanya setelah apa yang barusan terjadi di antara mereka.

Namun Hana berusaha tersenyum lagi. "Nggak mas. Ini semua udah benar."

Bram menatap Hana tajam. "Benar? Menurut kamu zina itu benar?"

"Iya! Mas tadi juga menikmatinya kok!" Bela Hana.

Bram mendengus. Menahan agar emosinya tidak tumpah sekarang juga. Rasanya ia ingin memukul seseorang. Kenapa bisa Bram tergoda? Astaga! Bagaimana jika Hana hamil?

"Argh!" Tangan Bram mengepal frustasi. Dadanya naik turun dengan cepat.

Ia tidak bisa berdekatan dengan Hana saat ini. Ia harus menjauh dan menghindar dari Hana. Ya. Harus!

Bram bangkit lalu mengenakan pakaiannya yang tercecer di lantai. Tangannya meraih kunci sepeda motor lalu menutup pintu kamar dengan keras. Meninggalkan Hana yang sekarang mulai menangis karena merasa terhina.

Bukan begini sikap Bram yang ia mau. Bukan Bram yang memandangnya dengan penuh amarah. Tapi Bram yang memanjakannya dan lebih menyayanginya.

Tapi apa sekarang? Setelah mereka melakukan itu semua, kini Bram memilih pergi dan meninggalkan Hana tanpa permohonan maaf yang seharusnya ia katakan.

*

Hembusan asap rokok keluar dari mulut Bram yang tertiup angin malam. Netranya memandangi kendaraan yang berlalu lalang.

Tidak pernah terpikirkan oleh Bram bahwa ia akan melakukan adegan ranjang dengan Hana. Hana, gadis kecil yang ia jaga kini telah rusak di tangannya sendiri.

Pikirannya semrawut. Satu minggu lagi ia akan bertunangan. Bagaimana tanggapan calon istrinya tersebut jika mengetahui aibnya?

Memalukan!

Bayangan adegan ranjang yang terjadi tadi sore membuat Bram semakin frustasi. Bahkan merokok pun rasanya tidak mengurangi beban pikirannya.

Di tengah kekalutan Bram, ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.

Kintani❤️‍🔥
Assalamualaikum, sibuk nggak mas?

Muka Bram langsung sumringah. Kekalutannya langsung sirna begitu saja. Bram seperti ABG yang sedang jatuh cinta sekarang. Meski ia berada di tepi jalan, ia tidak peduli orang-orang akan melihat dirinya sedang salah tingkah.

Bramantyo Hanung
Kebetulan nggak sibuk dek. Mas telpon aja ya?

Bibir Bram semakin mengembang melihat balasan selanjutnya dari Kintani. Tidak membutuhkan waktu lama Kintani menjawab teleponnya.

"Assalamualaikum, kenapa belum tidur dek?" Tanya Bram. Ia membayangkan wajah calon istrinya sedang tersenyum sekarang.

"Waalaikum salam. Habis ngerjain tugas mas. Mas sendiri kok belum tidur?"

Berbeda sekali dengan Hana, tutur kata Kintani lembut sekali. Astaga! Barusan Bram telah membandingkan dua perempuan yang ada di otaknya.

"Mas lagi di luar dek. Ngomong-ngomong seminggu lagi kita akan bertunangan."

Sementara di seberang sana Kintani semakin tersipu mendengar ucapan laki-laki pujaannya. Beginikah rasanya jatuh cinta? Mendengar suaranya membuat hati Kintani berbunga-bunga.

"Iya. Aku... senang mas. Tapi ada satu hal yang mau adek minta dari mas."

"Apa?"

"Ayah bilang, tidak baik menunda-nunda pernikahan. Lebih baik setelah lamaran kita segera menikah. Aku takut kita digoda setan mas."

Entahlah, bayangan tadi sore seketika hadir lagi dalam otak Bram. Secara bersamaan rasa bersalah mencuat dalam hatinya. Bukan rasa bersalahnya pada Hana. Melainkan pada calon istrinya. Pasti Kintani akan kecewa kalau ia tahu aib Bram.

"Mas? Halo?"

"Dek, boleh mas tanya sesuatu?" Ia sambil memikirkan kosakata yang tepat agar Kintani tidak curiga pada apa yang ia sembunyikan.

"Apa itu mas?"

"Apakah kamu akan menerima masalalu mas? Mas bukan orang suci, bukan juga orang alim. Tapi saat ini mas sedang berusaha memperbaiki diri. Mas ingin jadi imam yang baik untuk kamu." Papar Bram.

"Mas, masa lalu nggak usah dipermasalahkan. Toh aku juga bukan ahli ibadah. Aku juga masih memperbaiki diri. Aku percaya mas nggak pernah melakukan hal konyol sebelum mengenal aku. Aku akan ada di sisi mas selamanya, tapi tolong jangan khianati kepercayaanku." Ucap Kintani tegas.

Bram semakin merasa bersalah saja. Apa sudah benar langkahnya ingin melamar Kintani untuk jadi istrinya?

Tapi, Kintani barusan bilang masa lalu jangan dipermasalahkan lagi kan? Baiklah.

Malam itu dua insan yang sedang jatuh hati larut dalam obrolan yang mengarah  ke tujuan mereka kedepannya.

Bram seakan lupa, bahwa ia telah meninggalkan perempuan yang tidur dengannya begitu saja.

*

Terjerat Pesona Mas BramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang