TPMB - 06

5.7K 206 10
                                    


*

Pandu terkekeh melihat Bram yang berlarian menuju lokernya. Tidak biasanya laki-laki itu telat setengah jam. Pandu kira Bram tidak akan masuk karena sakit. Tapi ternyata laki-laki itu telat. Padahal Bram biasanya datang lebih pagi dari dirinya sendiri.

Bram ngos-ngosan ketika sampai di dekat kasir. Ia barusan mengendari motornya seperti tidak takut mati. Beberapa kali ia diteriaki orang karena hampir saja membuat kecelakaan.

Pandu sengaja menghampiri Bram di tempatnya. "Waduh telat nih!" Seru Pandu sok asik.

Bram mendengus. "Udah tau nanya!"

Pandu menahan tawanya agar tidak menggelegar. "Kali ini lo aman sih. Bu Rika nggak masuk. Katanya sakit sih!"

"Balik sana!" Usir Bram seperti mengusir ayam saja.

"Ck! Nanti malem abis isya' ke rumah lah. Hari jadi pernikahan. Jangan lupa bawa kado jangan makan doang. Kali aja dapet jodoh tetangga gue." Pandu terkikik membayangkan Bram menikah dengan tetangganya.

"Nggak janji! Udah sana nanti kena tegur!"

Pandu menurut, ia kembali ke tempat yang biasanya ia jaga. Padahal kalau di pikir-pikir. Tugasnya hanya berdiri saja di depan pintu. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain memerhatikan orang-orang yang masuk ke dalam supermarket.

Sekembalinya Pandu, Bram memikirkan kejadian tadi pagi yang membuat dirinya sampai telat begini. Ia tak habis pikir, Hana yang ia pikir polos ternyata sangat berani menciumnya.

Bram sampai tidak bisa berkata-kata. Di meja makan, ia memakan sarapannya dengan buru-buru. Lalu memakai sepatunya dengan tergesa-gesa.

Darimana Hana belajar ciuman seperti itu? Apa Hana pernah berpacaran tapi Bram tidak tahu? Rasanya tidak mungkin. Ia sangat ketat menjaga pergaulan adiknya.

Bram tersenyum kecil. Ia yang jomblo dari lahir, sama seperti Hana sekarang memiliki pacar. Asal orang rumah tidak ada yang tahu, pasti aman-aman saja.

Mana mungkin akan ketahuan? Tingkah laku Bram dan Hana sudah seperti itu sejak mereka masih kecil. Kadang mereka juga tidur di kasur yang sama saling berpelukan. Semua orang memaklumi itu. Hana dan Bram tidak terpisahkan sejak kecil.

Ah, orang rumah juga tidak akan curiga kalau Bram dan Hana main aman. Pepatah yang mengatakan sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga baunya akan Bram patahkan. Hubungan rahasia ini hanya Hana dan Bram yang tahu. Lagipula, Hana dan Bram tidak akan serius. Hanya main-main saja.

Tidak mungkin sekali jika Bram akan menikah dengan Hana. Selain soal restu, ini juga akan dianggap aib. Pasti orang-orang mengira Bram menikahi Hana karena 'kecelakaan'. Karena yang selama ini terjadi di lingkungannya. Tidak pernah ada saudara sepupu menikah.

Terlepas dari pikiran Bram yang rumit, dalam hati ia senang sekali. Ia membuktikan rasa sayangnya pada Hana dengan ciuman.

*

"Eyang, Bram mau memenuhi undangan teman. Ada syukuran di rumahnya. Nggak apa-apa?" Bram memijiti kaki eyang di tempat tidur dengan perlahan.

"Walah, pantesan udah rapi begini. Ya nggak apa-apa le. Kalau nggak dateng, malah kamu nggak menghormati orang yang mengundang kamu." Eyang tersenyum hangat.

"Kalau butuh apa-apa, bude sama pakde ada di ruang tengah." Bram meraih tangan eyang. Diciumnya punggung tangan keriput yang mengurusnya selama ini.

"Iya. Hati-hati, siapa tahu dapat jodoh."

Bram tersenyum kecil. "Aamiin."

Laki-laki tampan itu sudah siap dengan kemeja lengan pendek merah hati dan celana jeans panjang hitam. Tidak lupa di tangannya ada paper bag berisi satu set guci kecil yang Bram beli saat pulang kerja tadi.

Bram sudah mengatakan niatnya untuk menghadiri undangan temannya pada pakde dan bude. Tidak lupa Bram mencium tangan kedua orang yang otomatis telah menjadi ayah dan ibunya.

"Hana mana bude? Nggak keliatan dari tadi."

"Tidur dari tadi sore." Kata bude.

Bram mengangguk, ia akan segera berangkat agar tidak telat. Setelah salam, ia mengemudikan motornya ke rumah Pandu. Ngomong-ngomong soal Hana, semenjak Bram pulang kerja gadis itu belum menampakkan diri.

Pandu tergolong laki-laki yang sangat beruntung. Di usianya yang sekarang, pernikahannya telah mencapai usia tiga tahun. Pandu menikahi perempuan berjilbab yang kini tengah mengandung anak pertama. Wajahnya yang ayu dan tutur katanya yang santun. Namanya Mega.

Bram ternyata sampai lebih awal. Terbukti ketika belum ada tamu sama sekali ketika ia memasuki pekarangan Bram.

Setelah memencet bel, seorang perempuan berjilbab namun bukan Mega membuka pintu.

"Waalaikumsalam. Silakan masuk mas. Mas Pandu dan Mbak Mega ada di dalam." Perempuan di depan Bram menyingkir untuk memberi jalan Bram.

Bram terpesona. Kecantikan alami perempuan di depannya membuat ia terpaku. Bram tersenyum manis. Ia menangkupkan tangannya di depan dada. Sadar diri di depannya kini perempuan yang sangat taat pada agama.

"Saya Bram."

Perempuan berjilbab lavender membalas menangkupkan tangannya.

"Kintani mas."

Bram jatuh hati. Jangan salahkan kriterianya yang ingin memperistri perempuan berjilbab. Semoga Kintani belum terkhitbah orang, lebih parah lagi, Kintani adalah istri orang. Semoga saja tidak.

Bram akan menanyakannya pada Pandu. Semoga ucapan Pandu benar adanya, ia dapat istri setelah menghadiri acara syukuran ini.

Ia bergegas menghampiri Pandu di ruang tengah. Sesuai arahan Kintani ketika ia bertanya Pandu berada di mana.

"Weh, biasa aja dong ngeliatinnya. Adik ipar gue itu!" Pandu menonyor Bram yang memperhatikan Kintani ketika perempuan itu melewatinya.

Bram tergelak. "Oh adik ipar. Kirain tetangga."

"Kenapa? Tertarik?" Pandu menaikkan alisnya kepo.

"Gue kira cuma orang gila yang nggak tertarik sama dia."

Pandu tersenyum. "Kalau mau, gue bisa bantu kalian pdkt. Ntar gue bilang sama Mega kalau lo mau kenal Kintani lebih dekat."

"Boleh tuh!" Seru Bram semangat.

Lalu mengalirlah cerita kalau Kintani adalah mahasiswi kedokteran. Ia berusia 23 tahun saat ini. Kintani memutuskan berhijab seperti Mega sejak masuk SMA. Ia pernah menjalani ta'aruf namun tidak berhasil.

Setengah jam kemudian tamu-tamu telah memenuhi ruang tamu. Bram mencuri pandang ke Kintani. Kintani yang sadar jika diperhatikan menoleh juga. Bram tersenyum merutuki kebodohannya.

Ponsel di sakunya bergetar menampilkan nama Hana yang seolah tahu kalau dirinya tengah memperhatikan perempuan lain.

Princess Hana
Plg bawain sate ya. Pengen nih😉
Hana kangeeeen😶

Bram tersenyum. Adiknya ini sangat menggemaskan.

Bramantyo Hanung
Imbalannya apa dulu nih?

Princess Hana
Peluk🤗

Bramantyo Hanung
Mainstream bgt. Gk mau

Princess Hana
Mas minta, Hana kabulin😒

Bramantyo Hanung
Nginep ya, bobo sama mas

Princess Hana
Okedeh!

*

Terjerat Pesona Mas BramOnde histórias criam vida. Descubra agora