TPMB - 07

5.4K 168 2
                                    

Komen dong siapa cast yang pantes buat tokoh TPMB❤️

*

Sesuai permintaan Bram, Hana sudah meminta ijin kepada ayah dan ibu untuk menginap di rumah eyang. Saat ini, gadis itu duduk di teras menunggu pacarnya pulang. Ekhm, pacar? Pipi Hana bersemu mengingat insiden tadi pagi yang sangat romantis itu.

Ngomong-ngomong, bibir Hana rasanya agak menebal. Reflek Hana memegang bibir bawahnya. Ia terkikik geli. Hana berterimakasih pada drakor yang sering ia tonton. Tidak sia-sia dia mengumpulkan drakor dengan scene ciuman. Tadi pagi, itu sangat berguna sekali.

Hm, Hana jadi ingin menyesap manisnya bibir Bram lagi. Astaga! Hana menepuk pipinya berulangkali. Membuang rasa agresifnya yang muncul tiba-tiba ketika mengingat Bram.

Hana tidak menyangka ciuman pertamanya untuk pacar pertama juga. Bagaimana jika nanti mereka menikah? Hana pasti akan menikmati sentuhan Bram setiap hari. Kupu-kupu di perut Hana sepertinya beterbangan. Membayangkannya saja membuat Hana tersipu sendiri.

Gadis berpiyama hitam itu berdiri ketika motor pacarnya memasuki pekarangan. Hana menyambut kedatangan Bram dengan riang. Lain halnya dengan Bram yang sedikit gugup mengingat insiden tadi pagi.

"Lama banget. Hana laper tauuu!" Kata Hana merajuk.

Tangan Hana menggandeng lengan Bram dengan manja. Bram jadi teringat Kintani, dia bahkan sangat malu-malu ketika Bram meminta kontaknya.

Senyum Bram tiba-tiba menghilang. Ia tidak boleh seperti ini. Membandingkan Kintani dan Hana adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Ia harus fokus pada Hana yang malam ini entah kenapa bibirnya lembab berwarna pink.

Bram menghampiri eyang di kamar. Sementara Hana menuju meja makan untuk memakan sate.

"Kok sudah pulang le? Masih jam sembilan kok." Eyang melepaskan kaca mata bacanya. Meletakkan buku yang sedang ia baca.

"Iya eyang. Takut eyang kesepian." Kata Bram.

"Alah, dari tadi adikmu itu nggak keluar dari kamar eyang. Ini, dia bikinkan eyang teh. Lumayan rasanya." Adu eyang sambil memasang ekspresi aneh ketika menyebut kata lumayan.

Bram terkekeh. "Eyang tidur aja, udah malam. Nggak baik tidur malam-malam"

Eyang tersenyum. "Le, Hana tidur sama eyang. Kalian sudah dewasa, apalagi kalian bukan mahram meskipun saudara."

Bram mengusap tangan eyang lembut. "Iya eyang. Lagian mana mau sih Bram tidur sama dia. Yang ada bukan tidur malah tendang-tendangan." Sangat berbeda dari apa yang berada di dalam hatinya.

Tak urung wanita tua di depan Bram tertawa.

"Panggilkan Hana le. Biar kamu bisa tidur nyenyak nggak diganggu sama Hana."

Bram mengangguk. Ia kemudian keluar dari kamar eyang menuju Hana yang sedang mencuci piring. Bram tersenyum. Meski tidak banyak, Hana memiliki kemajuan mengurusi rumah.

"Dek, tadi eyang sempat ngobrol apa sama kamu?"

Hana menoleh. Berpikir keras mengingat obrolan recehnya bersama eyang.

"Apa ya, cuma ngobrol biasa sih nggak ada yang penting menurut Hana."

Hana mencuci tangannya, ia lalu mengeringkan dengan lap bersih. "Kenapa mas?"

"Nggak apa-apa. Udah sana kamu di panggil eyang. Tidur sama eyang." Bram mengibaskan tangannya seperti mengusir ayam.

Hana cemberut. "Lho, kan mau bobo sama mas."

Maunya Bram juga begitu. Tapi eyang sudah bertitah. Bram tidak akan membantah, ia tidak mau hubungannya dengan Hana terbongkar.

"Nggak jadi. Udah sana sama eyang!" Bram menjitak kepala adiknya pelan.

Hana membalas menggeplak lengan kokoh Bram. "Ya udah! Babay! Mas jelek kayak eek kebo! Wlee!"

Gadis itu buru-buru berlari menuju kamar eyang. Ia menghindari serangan Bram yang menggunakan lap kotor untuk membekap mulutnya.

Hana tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan Bram dari dapur. Memperingati Hana agar gadis itu berhati-hati besok pagi.

Bram mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Berbagai pertanyaan bercokol dalam otaknya yang kecil. Tumben sekali eyang membatasi pergerakannya dengan Hana. Biasanya semua orang tidak peduli dengan apa yang ia lakukan bersama adiknya. Tapi malam ini berbeda. Eyang seperti memberi tanda untuk Bram agar menjaga jarak dengan Hana.

Di kepalanya muncul spekulasi yang tidak bisa ia temukan jawabannya. Sekelebat rasa bersalah hadir di hatinya. Kenapa ia bisa kelepasan mencium Hana seperti itu?

Sepertinya Bram membutuhkan kafein untuk sekedar menjernihkan pikirannya yang serba ruwet. Bram menuju lemari kabinet yang berisi berbagai macam kopi instan. Ia memilih satu, lalu diseduh.

Benar kan? Setelah menyeruput kopi, otaknya kembali cerah. Ia merogoh ponsel di kantong celananya. Lalu mengetikkan sesuatu untuk seorang gadis yang mencuri perhatiannya.

Bramantyo Hanung
Assalamualaikum 🙏

Bram menunggu balasan dengan hati berdebar. Seperti inikah jatuh hati? Ia tidak pernah merasakan kekaguman yang mendalam selama ini. Kintani hadir di depan matanya, lalu berhasil membuat ia terpana.

Kintani Dewi
Waalaikumsalam😊

Akhirnya, ponsel yang berada di genggamannya menampilkan balasan yang sangat manis. Padahal kalau dilihat lagi, isinya hanya jawaban salam dengan emot tersebut.

Bramantyo Hanung
Mas ganggu Kintani?

Kintani Dewi
Gk kok mas, ada apa?

Bramantyo Hanung
Sblmnya mas mohon ijin🙏
Mas ingin lebih dekat dengan Kintani
Apa Kintani berkenan?

Bram diam-diam bangga dengan dirinya yang mampu memilih kosakata yang tepat dan sopan. Dalam bayangannya, Kintani kini tengah tersenyum malu-malu. Membayangkan saja membuat hatinya dingin. Sama seperti cuaca Malang yang jarang sekali terasa panas.

Kintani Dewi
Trmksih mas sudah mengutarakan niat baik😊
Kintani memiliki beberapa syarat,
Kintani berharap mas tidak tersinggung😊

Syarat apa pun asal tidak nyeleneh pasti Bram kabulkan. Ia akan melakukannya demi bukti keseriusannya. Bram terkikik, sepertinya ia akan membucin pada Kintani.

Bramantyo Hanung
Syarat apa Kintani? 😊

Bram tersenyum, ia jadi ikut-ikutan memberi emot senyum di akhir chatnya.

Kintani Dewi
Pertama, mas sedang tidak dekat dgn perempuan lain
Kedua, mas tidak perlu memanggil Kintani. Cukup Kiki saja😊🙏

Bram memandangi ponselnya lekat-lekat. Dia hanya perlu meyakinkan dirinya kalau ia tidak ada apa-apa dengan Hana. Ini adalah hubungan murni sepupu antar sepupu.

Dengan hati mantap Bram mengetikkan balasan kepada Kiki.

Bramantyo Hanung
Mas kurang setuju mengenai persyaratan kedua😊
Gmn kalau panggilnya 'dek' aja?
Lebih sopan😊

Rupanya Bram sudah bisa menggombal. Buktinya dia berhasil membuat Kiki di seberang semakin tersipu. Pipinya memanas, hingga Kiki tak dapat mengontrol ekspresi wajahnya sendiri.

Kintani Dewi
Terserah mas kalau gt😊

*

Ckckck Bram jgn serakah yaa👊

Terjerat Pesona Mas BramWhere stories live. Discover now