Chapter 71: Hampa

609 68 16
                                    


Alana menatap dinding di depannya dengan tatapan kosong. Athaya menepuk pundaknya dan menyodorkan air mineral untuk Alana. Gadis itu menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya, Athaya menghela nafas panjang lalu duduk di sebelah Alana. Keheningan pun terjadi.

Mereka menatap Carla, Richard dan Valerie yang sedang berbicara tak jauh dari tempat mereka duduk saat ini. Disana Carla tampak menundukkan kepalanya di hadapan Richard dan Valerie. Alana menghela nafas panjang sementara Athaya mengepalkan tangannya kesal. Jika saja Carla tidak menyuruhnya untuk tidak ikut campur ia sudah menghabisi ayahnya sendiri.

Alana menangis melihat Richard merangkul Valerie. Alana sesak melihat nya begitupun dengan Athaya. Athaya tak bisa menahannya, ia juga mengeluarkan air matanya melihat Carla yang menangis seraya membaca kertas yang ia yakini surat gugatan cerai.

Entah apa yang sedang dibicarakan mereka entah itu ancaman atau apapun itu dipikiran Alana dan Athaya adalah ketakutan mereka saat sidang nanti.

"Gue denger papa mau bawa gue buat hidup sama dia dan cewek itu" ucap Alana setelah sekian lama diam.

"Gue gak mau pisah sama lo dan mama bang... selamatin gue.."

Air mata Alana turun dengan deras dari matanya, Athaya menarik Alana dan memeluk gadis itu. Alana menangis terisak seraya membalas pelukan Athaya. Ia tidak mau berpisah dengan abang kesayangannya dan mama tercintanya. Alana akan merasa sangat berdosa jika ia benar benar harus ikut papanya.

Alana mengeraatkan pelukannya dan menangis sejadi jadinya. Hidupnya sangat hancur sekarang jika ia harus memilih ia lebih memilih untuk mati daripada harus melayani Valerie dan mengurus anaknya. Athaya memejamkan matanya membiarka air matanya turun dengan deras. Ia sangat menyayangi Alana. Ia pikir ia tidak akan berpisah dengan adik kesayangannya, nyatanya ia juga harus meninggalkannya juga.

***

Setelah empat hari cemas karena Calla belum boleh di jenguk, akhirnya hari ini ia sudah bisa di jenguk sayangnya hanya boleh dua orang yang memasuki ruang ICU, itu pun hanya diberi waktu satu jam dan tidak bisa berkontak fisik langsung dengan Calla. Farrel menghela nafasnya menatap Calla dari balik pintu transparan yang ada di hadapannya saat ini. Lara yang berada di sampingnya menatap lesu sahabatnya yang terbaring lemah.

"Kata dokter Calla udah boleh dibangunin dia tadi udah sadar" ucap Lara.

Farrel menggeser sedikit pintu transparan yang menghalanginya berkontak fisik dengan Calla, ia meneteskan air matanya sejenak. Ia menangis lagi.

"Calla..."

Calla masih memejamkan matanya.

"Calla.."

Lara ikut menangis melihat Farrel yang menangis menatap kosong Calla. Lara pun ikut memanggil Calla dari celah pintu,

"Woy Calla anjing bangun dong bangsat lo kan kuat masa gak bangun bangun dasar kebo kita khawatir bangun dong bitch biar lo bisa dipindahin ke kamar inap terus gue bisa jitak lo- CALLA!"

Calla yang terbaring lemah itu perlahan membuka matanya dan menggerakan tangannya. Melihat itu Farrel langsung berlari memanggil dokter, sementara Lara menangis haru bangga atas pencapaiannya yang berhasil membangunkan Calla dengan kata kata kasarnya.

Dokter pun datang lalu masuk ke dalam ruangan memeriksa keadaan Calla. "Halo Camalla gimana keadaannya?"

Calla hanya diam tak menjawab. Dokter muda itu pun tersenyum lalu keluar dari ruangan itu menghampiri Farrel dan Lara.

"Calla sudah sadar, tapi.. kondisi dia sudah sangat lemah saat ini saya dan yang lain akan berusaha tapi melihat kondisinya.."

Dokter itu menoleh melihat Calla dan menatap gadis itu lama. "Kita tidak bisa berharap banyak, tapi kita akan berusaha dan berdoa"

Athalla (TAMAT)Where stories live. Discover now