2. Untuk Kesekian Kalinya

9.1K 1.7K 2.1K
                                    

BAGIAN DUA

Jika kamu sedang mencintai seseorang, sisakan satu bagian kecil di dalam ruang hatimu untuk kecewa. Karena tidak semua cinta selalu bahagia, terkadang porsi terbanyak adalah lukanya—Tania

Seharusnya kita selalu paham ada seseorang yang raganya bisa dimiliki, tapi hatinya terlalu sulit untuk digapai—Erick

Tim yang nonton drama selalu kena sindrom second lead, good ... kalian berada di cerita yang benar

-Taksa Rasa-

"Misi Bos Tantan kita mau lewat." Perkataan itu terdengar dari bibir seorang laki-laki berhoodie hitam yang sedang bertindak layaknya bodyguard, tangannya terentang seolah menghalau siapa saja untuk menyentuh perempuan yang berada di sebelahnya itu.

"Minggir dong-minggir dong, Bos Tantan kita yang cantiknya baik di dunia maupun nanti alam barzah mau lewat." Suara lainnya terdengar, kali ini dari laki-laki berambut mangkok dengan jaket jeans yang melekat sempurna di tubuhnya.

Tania yang berada di tengah-tengah keduanya hanya bisa menunduk, apa lagi jika mengingat bahwa sekarang dia sedang berada di Kantin Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Depok itu terlihat sangat ramai. Dia yang sebenarnya bukan mahasiswi fakultas tersebut tidak bisa menutupi rasa malunya.

Lelaki berhoodie membersihkan bagian bangku kantin sebelum Tania duduk, seolah memang mempersiapkan tempat itu untuk Tania.

"Dipersilakan kepada Bos Tantan untuk menempati singgasana."

"Singgasana pala lo peyang," geram Tania, tangannya terulur menjitak dahi lelaki berhoodie itu, namanya Raffi, tapi yang ini bukan Raffi Ahmad sultannya Andara, bukan ya. Yang ini Raffi biasa, dari mulai kantung sampai muka semuanya standar. Raffi Bamsaka, sobat karib Erick sejak hari pertama kuliah, istilahnya you always be my day one.

Dan lelaki rambut mangkok dengan jaket jeans biru yang tampaknya Tania kenali betul belum pernah dicuci dalam sebulan itu duduk di hadapannya, kalau yang satu ini namanya Ansel Hutapea. Orang Batak asli yang meskipun bermarga Hutapea, tapi tidak ada sangkut pautnya dengan Hotman Paris.

"Suatu kehormatan loh Bos Tantan bagi kita bisa menyambut Bos Tantan di sini," kata Ansel. Setiap kata yang dia ucapkan terlalu terlihat bahwa lelaki ini berasal dari tanah Batak. Dia memang perantauan, dua tahun sekali balik kalau natal dan libur semester saja. Sama seperti Raffi, lelaki ini sobat karibnya Erick sejak hari pertama masuk ke Universitas Indonesia.

Tania hanya mendengkus, sejak kenal dekat dengan Erick. Tania juga secara tidak langsung mengenal circle pertemanan Erick, dua lelaki somplak ini memang selalu memperlakukan Tania secara khusus. Mereka berdua selalu bisa Tania andalkan, selain Erick pastinya.

Memang kadang berteman dengan laki-laki itu lebih asyik ketimbang perempuan, dengan catatan ... kamu gak naksir sama dia. Kalau udah naksir, wassallam.

"Erick masih bimbingan?"

Ansel mengangguk. "Iya nih, udah dua jam dalam ruang dosen entah jadi bakwan atau jadi lemper Bos Erick di dalam sana."

Raffi terkekeh. "Bos sih bilang kayaknya dia bakalan dapat acc untuk sempro, cok mau cepat-cepat aja lulus si bos," celetuk lelaki berdarah Surabaya tersebut. Tapi sekali lagi ditekankan, Raffi ini bukan crazy rich Surabayan ya, gak ada China-Chinanya sedikit pun. Wong Jowo tulen.

"Lo berdua?" Tania menatap Ansel dan Raffi bergantian.

"Santai Bos Tan, loh yo gue belum punya gandengan, sabar-sabar aja. Pokoknya lulus ada gandengan," sahut Raffi bersemangat.

Taksa RasaWhere stories live. Discover now