13. Renata

5.8K 975 393
                                    

BAGIAN TIGA BELAS

Hai aku update lagi.

Yok banyakin komen dan like, sekalian kalau berkenan bantu untuk infoin ke yang lain kalau cerita Taksa Rasa akhirnya lanjut lagi.

Follow juga ya igku : Bellazmr dan Senandirasa

__

"Kurang mandiri apa sih, jatuh cinta aja sendirian"-Erick Ravelio

"Salah satu cara untuk bahagia hanyalah berdamai dengan segala hal yang tidak bisa diubah"-Renata Sasmita

___

Orang bilang bahwa menjadi baik akan menuntunmu juga pada takdir yang baik. Namun bagaimana kalau ternyata sebaik apapun manusia, tidak akan pernah bisa menjamin bahwa takdir yang akan selalu mereka hadapi adalah kebaikan.

Renata membenci itu, namun setahun berjalannya waktu dia mulai menerima kondisinya sekarang. Sempat diambang kematian sudah cukup membuatnya setidaknya harus lebih banyak bersyukur tentang apa yang dia jalani sekarang.

Munafik tidak ya jika seseorang seperti Renata mengatakan kata bersyukur.

Tubuhnya sudah penuh dengan luka. Dia bahkan mampu melihat seperti ada sebuah cahaya selayaknya malaikat maut yang sedang menunggunya dia atas, menjulurkan tangan seolah sedang mengajaknya untuk pergi dari dunia ini.

Lelah. Dia terlalu lelah.

Tenaganya sudah tidak ada, tetapi lelaki di sebelahnya ini masih saja menyuntikkan sesuAtu ke pergelangan tangan Renata, tidak peduli bahwa nadinya saja sudah hampir terlihat di kulitnya yang membiru itu.

"Kamu sayang aku kan Re. Kita harus mati sama-sama Re," ujar lelaki itu setengah teler. Wajahnya mendekat ke arah wajah Renata, lalu dengan mata yang terpejam dia berusaha memberi kecupan pada pipi perempuan itu. "Aku gak mau kesepian di akhirat nanti."

Ucapan paling tidak waras yang pernah Renata dengar, ingin sekali dia melawan. Namun tidak bisa. Tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan penolakan. Entah karena cairan pada jarum suntik itu sudah kembali menyatu dengan tubuhnya atau karena bekas pukulan demi pukulan yang sudah lelaki itu berikan pada sekujur tubuhnya.

"Ampun Wil," suara Renata terdengar merintih.

Willy menggeleng. Dia memeluk Renata. "Gak akan ada ampun untuk kamu sayang."

Air mata Renata sudah jatuh, entah sudah berapa kali. Sejak seminggu lalu bahkan dia tidak melihat matahari karena Willy, mantan pacarnya itu sudah menyekap mereka berdua di sebuah rumah yang Renata saja tidak tahu dimana mereka sekarang berada.

Renata terus saja menangis tanpa suara dan itu membuat Willy memasang tampang sedih.

"Kamu kenapa sayang?" Setengah tidak sadar karena di bahwa pengaruh obat, Willy mengusap-usap pipi Renata. Renata mencoba menolak namun Willy masih punya kekuatan untuk menolak halauan Renata tadi.

Willy adalah pacar pertamanya, mereka sudah berpacaran lebih dari tiga tahun. Pertemuan mereka pada sebuah organisasi kampus merupakan cinta paling manis yang pernah Renata miliki. Bersama Willy, Renata selalu merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.

Jatuh cinta dengan Willy adalah kenangan paling manis, sekaligus kenyataan pahit yang harus Renata hadapi.

Dia tidak pernah tahu bahwa kisah mereka akan berubah menjadi ini. Sejak tahu bahwa Willy mulai kecanduan narkoba di akhir semester perkuliahan mereka, Renata menginginkan pisah. Namun hubungan mereka sudah terlanjur berubah menjadi hubungan abusive, Willy tidak segan-segan akan memperlakukan Renata dengan kasar.

Taksa RasaWhere stories live. Discover now