11. Harus Bagaimana

15.3K 2K 1.3K
                                    

BAGIAN SEBELAS

Waktu sebenarnya tidak pernah benar-benar mendewasakan seseorang, seseorang dewasa atas dasar keadaan yang dia hadapi bukan banyaknya waktu yang dia lewati. Tuntutan dewasa, hadir karena masalah yang membutuhkan solusi—Raksa

Terkadang, kamu harus bersama orang yang beruntung ketika bersama kamu. Begitu juga sebaliknya, sebab cinta membutuhkan kata saling—Tania

Harapan akan selalu jadi harapan, jika tanpa sebuah gerakan untuk mencapai tujuan—Erick

-Taksa Rasa-

Tania merasa kepalanya sedang dihujani oleh batuan ketika kesadarannya mulai kembali, dia mengerjap beberapa kali, berusaha mengatur kontras cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya. Hampir sepuluh menit Tania masih terdiam dalam posisi berbaring untuk menyempurnakan kesadarannya.

Dia lupa, sudah berapa lama tertidur, tapi yang jelas tidurnya kali ini sangat panjang.

Matanya mengedar ke seluruh sisi ruangan dan dia sedikit bernapas lebih legah saat sadar jika dirinya sekarang berada di kamar apartemennya, bukan di rumah. Setidaknya, hal itu menjadi informasi baik untuknya.

Tania beranjak dari atas tempat tidurnya, dia menyempatkan diri untuk ke toilet di kamarnya guna membasuh wajahnya yang tampak sangat kusut. Setelah cukup, dia segera keluar setelah sempat mendengar suara benda jatuh dari luar.

Langkah kaki Tania menderap menuju sumber suara yang datang dari dapur. Hal yang langsung Tania tangkap dari matanya adalah punggung seseorang yang saat ini sedang berkutat dengan peralatan dapur.

Tania masih terdiam.

Hingga sosok itu membalikkan badan dan spatula yang dia genggam terjatuh ke lantai karena kaget.

"Tan," katanya. "Sejak kapan di situ?" Lelaki itu memunggut spatula yang tadi dijatuhkannya, lalu menaruhnya di wastafel. Dia masih menatap Tania yang terlihat bingung.

"Are you okay, Tan?"

"Gue gak sadar sejak kapan Rik?" Sungguh Tania tidak mengingat apapun yang terjadi dengannya semalam, selain ... Tania menatap mata Erick sejenak.

Bukannya semalam ....

"Sejak tadi malam. Semalam lo mabuk."

"Lo yang bawa gue ke kamar?"

Erick mengangguk sambil tertawa ringan, dia melanjutkan kegiatannya di dapur. "Memangnya siapa lagi Tan?"

Tania sempat memikirkan beberapa hal, berarti ingatannya mengenai semalam agak keliru. Lagi pula mana mungkin juga seorang Raksa datang menghampirinya? Seketika pemikiran konyol itu Tania singkirkan jauh-jauh, dia mendekat ke arah bar kitchen untuk melihat Erick lebih dekat.

Pernahkah Tania mengatakan bahwa Erick lumayan jago masak? Kalau belum, maka Tania akan mengatakan itu sekarang. Seraya menopang dagu, Tania memperhatikan Erick yang terus mengerjakan banyak hal di dapur apartemennya itu, mengiris beberapa bawang, menuangkan bumbu, sampai membersihkan kabinet.

Merasa diperhatikan, Erick melirik Tania.

"Kenapa?"

Tania langsung menggeleng sambil celingukan. Aroma masakan Erick memenuhi seisi ruangan. Tania masih sibuk memperhatikan lelaki itu, hingga tiba-tiba Erick menyodorkan segelas susu di hadapan Tania.

"Diminum."

Tania tidak menjawab.

Erick memperhatikan Tania saksama. "Bukannya kita sudah pernah sepakat untuk lo ngurangi minum alkohol?"

Taksa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang