BAGIAN ENAM
Ada yang akan selalu mengalahkan ekspektasi manusia yaitu kejutan dari semesta—Raksa
Terkadang kita akan selalu memaklumi kesalahan seseorang, hanya karena kita takut pada akhirnya jika kita mengeluarkan semua keluh kesah, dia akan jauh lebih marah—Erick
Mahendara Raksa
Tania Ravenia
-Taksa Rasa-
"Tuh." Tanpa merasa bersalah Raksa melempar handuk kering yang baru saja dia ambil kepada Tania, handuk itu melayang tepat jatuh ke kepala Tania.
"Yang ikhlas kalau nolongin orang, Raksa," dumel Tania sambil mengangkat handuk tersebut.
Raksa mengangkat bahu, dia memilih duduk di lantai setelah menaruh laptopnya ke atas meja. Sedangkan Tania terlihat mengeringkan rambutnya yang agak basah akibat hujan tadi, beruntung hujan tadi hanyalah hujan lokal di Kawasan Salemba, tidak sampai sepanjang perjalanan.
"Lo mau copy bagian yang mana?" Raksa bertanya, meskipun matanya lurus menatap laptop.
Tania mencondongkan tubuhnya, ikut menatap layar. Jaraknya dengan wajah Raksa jadi cukup dekat, menyadari itu Raksa langsung menoyor kepala perempuan itu agar menjauh.
"Modus ya lo," tuduh Raksa.
Tania mendengkus akibat tuduhan Raksa. Dia kini hanya bisa menatap laptop dari jarak jauh.
"Copy semuanya aja, Rak," cengir Tania.
Kepala Raksa menengok ke belakang, tatapannya berubah sinis.
"Pahala, Raksa cakep," kekeh Tania.
Lelaki itu hanya dapat berdecak, meskipun begitu dia akhirnya tetap menduplikatkan semua data pengajuan proposal penelitiannya untuk Tania.
Masih sambil mengusap-usap rambutnya, manik mata Tania berputar mengelilingi kondisi rumah Raksa yang sepi. Hanya ada mereka berdua di sana, bahkan tadi Raksa masuk pakai kunci rumah yang dia bawa.
YOU ARE READING
Taksa Rasa
Teen Fiction[UPDATE SETIAP SELASA, PUKUL 19.30 WIB] "Kadang kedua orang bisa bertemu tanpa sebuah alasan, semesta yang menciptakan. Tapi saat berpisah, selalu saja alasan untuk mengakhirinya entah karena berpisah jarak, keadaan, atau mungkin takdir." Seharusnya...