[UPDATE SETIAP SELASA, PUKUL 19.30 WIB]
"Kadang kedua orang bisa bertemu tanpa sebuah alasan, semesta yang menciptakan. Tapi saat berpisah, selalu saja alasan untuk mengakhirinya entah karena berpisah jarak, keadaan, atau mungkin takdir."
Seharusnya...
Bukan karena aku tidak menyukainya, hanya saja aku ragu bisa membahagiakannya—Raksa
Raksa
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tania
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
-Taksa Rasa-
"Dokter Tika ada?" Tania bertanya pada laki-laki yang sedang membaca map dan duduk di depan ruang dosen yang menjadi pembimbing skripsi Tania, jujur sebenarnya dia enggan bertanya apalagi karena dia tahu jika laki-laki yang berada di hadapannya ini adalah jelmaan setan.
"Nggak tahu."
"Kan lo habis masuk dari ruangannya, gimana sih."
"Ya kalau lo sudah tahu ngapain nanya," balasnya dengan suara sinis. Lelaki itu sama sekali tidak mendongak atau menatap Tania saat berbicara, lelaki hanya fokus menatap map yang berulang kali dia bolak-balik.
Tania berdecak, lalu melirik-lirik pintu.
"Lo mau nunggu sampai kapan lagi, masuk." Suara Raksa yang sama sekali tidak bersahabat membuat Tania nyaris tersentak, kali ini lelaki itu menatap dirinya dengan ekspresi datar.
Tania masih bergeming di tempatnya.
Raksa berdecak, lalu dia bangkit dari posisi duduknya tadi. Tangannya mendorong bahu Tania untuk maju, tadi mereka memang tidak sengaja bertemu. Raksa duluan menghadap ke Dokter Tika untuk keperluan tanda tangan berhubung Dokter Tika adalah pembimbing keduanya, sedangkan Dokter Tika adalah pembimbing pertama Tania yang sudah menolak berpuluh judul skripsnya.
"Masuk," kata Raksa memerintah. Tangannya baru saja terulur mengetuk pintu ruangan Dokter Tika. Tania tidak punya pilihan lain selain masuk, Raksa ini ngeselin banget. Dia membuang napas dalam sebelum melangkahkan kaki, sedangkan Raksa yang sudah melihat Tania mulai melangkah masuk kembali duduk pada tempatnya tadi.
Tangan Tania menenteng map yang di dalamnya sudah terdapat lembaran kertas proposal dengan judul yang akan dia ajukan beserta beberapa refrensi yang dia dapat—atau sebenarnya Raksa dapatkan. Sebab semua refrensi yang Tania bawa sekarang adalah milik Raksa.
