14

2.1K 364 246
                                    

Tok... tok... tok!

Hazel menautkan kedua tangannya karena merasa benar-benar cemas. Matanya melirik ke sekelilingnya yang tampak sunyi. Harapan Hazel hanya satu, semoga seseorang yang ia cari masih berada di tempat ini. Sepuluh detik menunggu, pintu di hadapannya terbuka menampakkan wajah laki-laki yang tampak terkejut menatapnya. Berbeda dengan respon laki-laki itu, Hazel menerjang tubuhnya dan memeluk erat laki-laki itu.

"Hakan, gue udah tau," lirih Hazel di sela-sela pelukan mereka.

Laki-laki bernama Hakan itu masih mematung di tempatnya, bahkan tidak membalas pelukan Hazel. Selama beberapa detik melamun dengan segala pikirannya, akhirnya Hakan tersadar sesaat isakan Hazel terdengar semakin keras. Hakan menatap sekelilingnya yang untungnya sepi, cepat-cepat ia menarik Hazel ke dalam kamar kosan yang berukuran tidak terlalu luas tapi cukup untuk tempat tinggalnya sendiri. Hakan memerintahkan Hazel untuk duduk di pinggir ranjang sementara dirinya memasukkan kedua koper yang masih dibawa oleh Hazel.

"Ngapain kesini?" tanya Hakan setelah menutup dan mengunci pintu kamar itu.

"Gue nggak mau tinggal sama Papa, gue mau tinggal sama lo," ucap Hazel dengan tatapan kosongnya.

Hakan menarik rambutnya sendiri. "Kenapa?"

Mata cantik Hazel menatap mata laki-laki di hadapannya. "Alasannya sama kayak alasan lo pergi dari rumah beberapa tahun yang lalu."

Hakan termenung, apa saudari kembarnya ini memang benar-benar sudah mengetahui semuanya? Tapi kenapa? Selama ini semuanya berjalan baik-baik saja, tidak mungkin Papanya mengaku dengan sendirinya mengenai kebenaran yang selama ini disembunyikan pada Hazel. "Nggak, sekarang balik ke rumah Papa!"

Hazel menggeleng menolak. "Nggak mau, Hakan!! Gue mau tinggal sama lo, gue bisa pergi kalau lo nggak mau tinggal sama gue."

Bibir Hakan berdecak kesal. "Lo nggak akan bisa hidup tanpa harta!"

Hazel tidak menyanggah pernyataan saudara kembarnya itu. Memang benar bahwa Hazel tidak akan bisa hidup tanpa harta. Nanti siapa yang akan memberikannya uang? Siapa yang akan membelikannya barang-barang mewah?

"Itu alasan kenapa gue nggak pernah ngasih tau lo, gue nggak mau ngajak lo hidup susah."

Hazel memperhatikan kamar yang menjadi tempat tinggal Hakan, memang rapi tapi ukurannya mungkin hanya sebesar kamar mandi Hazel di rumah sebelumnya. "Gue kecewa sama Papa."

Hakan terdiam, mungkin semuanya juga terjadi karena salahnya sendiri. Tepat sebelum mereka masuk ke kelas sepuluh, Hakan memutuskan untuk meninggalkan rumah karena tidak sengaja mendengar pembicaraan Papanya dengan seseorang lewat telepon. Penyebab perdebatannya dan Papanya bahkan tidak pernah diketahui oleh Hazel, memang sengaja Hakan rahasiakan karena ia paham betul bagaimana sifat Hazel.

Hakan tidak mau jika Hazel harus hidup susah bersamanya. Papa mereka baik dan tidak pernah memperlakukan mereka dengan buruk, maka dari itu Hakan membiarkan Hazel tetap tinggal di rumah itu. Walau Papanya bersikap sangat baik, ia sudah terlanjur kecewa sama seperti yang dirasakan oleh Hazel saat ini.

Hazel menghapus air matanya. "Lo jahat banget ninggalin gue, kalau gue tau dari dulu mungkin gue ikut sama lo."

"Hakan, cepet beresin barang-barang lo. Kita pindah ke apartemen biar lebih bagus," ucap Hazel cepat.

"Ada uangnya nggak?" tanya Hakan pada Hazel yang mulai membuka satu kopernya.

Mata Hakan terbelalak melihat uang yang berserakan di dalam koper itu. Hakan semakin terkejut setelah Hazel mengeluarkan dua kotak beludru berwarna merah yang di dalamnya berisi beberapa perhiasan. "Dapet darimana? Lo nggak nyolong, kan?"

HazelnathWhere stories live. Discover now