23

2.1K 398 379
                                    

"Ternyata gini kelakuan lo." Seseorang berkata dengan suara kerasnya, tatapan menjijikkan ia lemparkan pada Hazel seolah sedang menatap sesuatu yang benar-benar kotor dan jorok.

Hazel berusaha tidak peduli dengan manusia-manusia di sekolah ini. Pagi tadi semuanya masih baik-baik saja, pada jam istirahat ini tiba-tiba sudah berubah dengan begitu cepat entah karena alasan apa. Tujuan Hazel saat ini hanya untuk mencari Elnath. Sebelum sampai ke dalam kelas pacarnya, beberapa orang laki-laki menghadangnya.

"Boleh juga nih," ucap seseorang dengan senyum menyebalkan.

"Biasa dibayar berapa?" bisik laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya.

Hazel mengernyit bingung, apa yang mereka katakan? "Maksud kalian apa? Kalau nggak penting, mending minggir!!"

"Kasih tau dulu harga lo berapa, siapa tahu ada yang mau jadi pelanggan lagi."

Setelah kalimat itu keluar, gelak tawa memenuhi telinga Hazel. Bukan cuma beberapa laki-laki tadi, sekarang bahkan siswa/siswi mulai mengerumuninya seolah ada sesuatu yang tidak boleh dilewatkan oleh mata mereka. Belum sempat Hazel berbicara, seorang laki-laki menyentuh lehernya. Napas Hazel memburu, matanya melirik tangan itu yang semakin turun. Sedikit lagi laki-laki itu berhasil menyentuh apa yang tidak boleh disentuhnya, Hazel segera menyentak tangan laki-laki itu. Mata Hazel menatap marah pada laki-laki yang tampak tersenyum meremehkannya.

"Jangan bersikap kurang ajar!!" bentak Hazel kencang.

Laki-laki itu tertawa, diikuti oleh siswa/siswi lainnya. "Di sekolah pura-pura mahal," ucapnya kencang hingga membuat kerumunan itu semakin puas menertawakan Hazel. "Bisa kali kapan-kapan ajak gue ke kosan lo," godanya.

Hazel masih tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Ia merasa ketakutan, terlebih saat laki-laki tadi menatapnya dari atas sampai bawah. Tatapan yang benar-benar membuat Hazel tidak nyaman.

"Kalau modelnya begini, gue berani bayar mahal sih."

"Gue nggak nyangka dia beneran jual diri," bisik-bisik perempuan di belakang tubuh Hazel. "Atau gratisan? Dia kan murahan."

"Maksud kalian apa?!" teriak Hazel tidak terima saat ia baru sadar bahwa detik ini juga orang-orang ini berusaha menjatuhkan harga dirinya.

Tangan Hazel bergemetar hebat, tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya. Semua orang hanya ingin menertawakan sesuatu yang tidak Hazel ketahui. Hazel ingin pergi, tapi ia takut memecah kerumunan itu. Ketakutannya bertambah besar saat laki-laki kurang ajar tadi kembali mendekatinya. Hazel memejamkan matanya, ingin berteriak tapi suaranya pasti akan kalah oleh hinaan orang-orang di sekelilingnya.

"Bubar!!!"

Mata Hazel terbuka, ia sangat kenal suara itu. Seorang laki-laki membelah kerumunan, tidak lama dari itu memeluk Hazel yang tampak benar-benar ketakutan.

"Ini dia pelanggannya semalem," celetuk salah seorang siswa hingga membuat yang lainnya bersorak.

"Gimana rasanya, bro? Mantep nggak?"

"Ada video nggak? Bagi-bagi lah!"

Hakan masih memeluk Hazel, matanya menatap tajam pada beberapa siswa yang masih mengeluarkan suaranya. Ia sudah tahu penyebab kegaduhan hari ini, salah satu temannya di kelas memperlihatkan sebuah foto yang membuat semuanya berantakan. Kenapa orang-orang sangat mudah termakan berita bohong, bodoh!

"Otak lo semua masih berfungsi, kan? Kalau nggak tau apa-apa, mending diem!" bentak Hakan membuat sekelilingnya menjadi sunyi. "Jangan tunjukkan kualitas diri kalian yang asli, sampah!!"

HazelnathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang