22

2.2K 389 285
                                    

Hazel melambaikan tangannya sampai motor yang dikendarai Elnath tidak bisa dijangkau oleh matanya lagi. Hazel berada di rumah Elnath sudah sangat lama, bahkan matahari sudah mulai tenggelam seolah meminta bulan menggantikan posisinya selama beberapa saat. Kedua tangannya menyentuh dadanya sendiri, bibirnya tersenyum senang kala mengingat beberapa kejadian menyenangkan di rumah Elnath tadi.

"Neng Hazel?"

Bayangan di kepala Hazel lenyap begitu saja, matanya terbuka dan membuatnya terkejut sampai mundur beberapa langkah karena tiba-tiba saja Pak Jaya yang menjadi satpam di sekolah berdiri tepat di depan tubuhnya. Kenapa laki-laki tua ini ada di sini? Jangan bilang jika rumah Pak Jaya memang di sekitar sini?

"Pak Jaya ngapain di sini?" tanya Hazel sembari memperhatikan penampilan Pak Jaya yang terlihat memakai baju partai kebesaran dan sarung yang menutupi kakinya.

Pak Jaya menggaruk kepalanya sendiri. "Neng Hazel ngekos di rumah Mak Siti? Kebetulan banget, rumah saya di situ," ucap Pak Jaya sembari menunjuk rumah sederhana yang berdiri di depan rumah Oma Zeeti.

Hazel tersenyum masam, kepalanya mengangguk-angguk mengerti. "Hazel mau masuk ke dalam dulu, Pak," pamit Hazel agar tidak terlalu lama mengobrol dengan laki-laki itu.

"Saya juga mau keliling dulu," jawab Pak Jaya lalu berlari begitu saja meninggalkan Hazel yang masih menggeleng heran melihat kelakuan orang tua masa kini.

Sebelum kakinya benar-benar masuk ke dalam rumah, suara motor yang begitu ia kenali membuat langkahnya terhenti. Tubuh Hazel segera berbalik, ternyata Hakan yang datang kemari. Tunggu, kenapa Hakan tidak bekerja? Bukankah seharusnya Hakan sudah berada di tempatnya bekerja?

"Baru pulang? Kemana aja sama pacar lo itu?" tanya Hakan penasaran.

"Ke rumahnya," jawab Hazel santai, gadis itu mendudukkan bokongnya pada kursi yang ada di teras rumah sembari melepaskan sepatunya.

"Ngapain aja?" tanya Hakan memastikan bahwa saudarinya itu tidak berbuat hal-hal negatif.

Hazel meraup wajah Hakan yang menatapnya ragu. "Jangan mikir macem-macem, di rumahnya dia nggak sepi."

"Kalau sepi?"

"Y-ya nggak ngapa-ngapain juga," jawab Hazel gugup. "Elnath itu laki-laki baik!"

Hakan melipat tangannya di depan dada. "Gue minta libur hari ini, cepet siap-siap kalau mau gue ajak jalan-jalan."

Mata Hazel berbinar senang, tanpa mengucapkan apa pun ia segera berlari ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap. Hakan sendiri memilih menunggu di depan rumah, sengaja ia meminta libur untuk sekedar menghilangkan rasa lelahnya selama beberapa jam saja. Tidak butuh waktu lama, Hazel keluar dengan penampilan yang benar-benar memukau semua laki-laki yang melihatnya, kecuali Hakan tentunya.

"Cantik nggak?" tanya Hazel yang selalu haus akan pujian. "Pasti cantik, harusnya lo nggak malu ngajak gue jalan."

"Jelek," jawab Hakan yang berusaha membuat Hazel kesal. "Cepet naik!! Kalau nggak gue tinggal," ancamnya saat Hazel tampak jengkel padanya.

"Mau kemana?" tanya Hazel memastikan tujuan mereka.

"Makan," jawab Hakan asal. "Pamit dulu sama Oma."

"Oma nggak ada, katanya lagi ada keperluan di rumah saudaranya." Hazel segera naik ke atas motor Hakan hingga laki-laki itu mulai melajukan motornya membelah jalanan kota.

Matahari sudah sempurna menghilang dari pandangan, langit biru sudah berubah menjadi gelap. Kelap-kelip lampu membuat Hazel begitu senang jika bisa keluar malam-malam seperti ini, kota ini akan terlihat benar-benar cantik. Perasaan senangnya berganti menjadi  perasaan tidak enak saat Hakan memberhentikan motornya di pinggir jalan, tepatnya di sebelah gerobak penjual nasi goreng.

HazelnathWhere stories live. Discover now