36

1.7K 315 332
                                    

Setelah izin sebab sakit, hari ini gadis yang bernama Velyn itu terlihat kembali masuk ke sekolah. Velyn yang sering mereka sebut sebagai saingan Hazel, dua gadis itu kini mengobarkan tatapan penuh kebencian karena suatu hal. Pagi mereka berdua sama-sama rusak saat mereka tanpa sengaja menginjakkan kaki dengan waktu yang bersamaan pada gerbang sekolah. Sekarang mereka tampak berjalan beriringan, membuat Hazel dengan sengaja menyenggol Velyn dengan cukup kencang.

"Jangan deket-deket sama gue!" ketusnya.

Velyn menjaga jaraknya, takut tersungkur dan membuat badannya sakit jika didorong lebih kencang oleh Hazel. "Gue denger-denger, ada yang baru putus." Velyn membuka suaranya, tapi jelas bukan pertanda baik.

Telinga Hazel memerah, ingin tidak mendengarkan tapi telinganya masih berfungsi dengan baik. "Diem lo!"

"Tapi gue akui, lo emang hebat." Velyn bertepuk tangan, entah maksudnya memuji atau justru mengejek. Walau sempat kesal dipertemukan dengan Hazel pagi-pagi begini, tak mengelak bahwa ia sedikit senang mendengar cerita-cerita dari Freya yang bisa ia gunakan untuk memanasi Hazel.

"Dihari yang sama setelah diputusin Elnath, lo langsung jadian sama Gwen."

Velyn tersenyum sinis, dengan gaya sombongnya ia meniup-niup kukunya yang dipoles cat kuku berwarna biru pastel. "Gue denger-denger sih beritanya gitu."

"Makanya gue tanyain langsung, itu bener atau nggak?" Velyn mengibaskan rambutnya ke belakang.

Tangan Hazel mengepal kuat, mungkin ini alasan orang-orang memperhatikannya dengan tatapan sinis. Tentu ia bisa menebak apa yang mereka pikirkan. Hazel juga bodoh, bagaimana bisa dia menerima tawaran Gwen dihari yang sama saat ia baru saja putus dengan Elnath? Bahkan hanya berselang waktu beberapa jam. Tanpa gadis itu sadari, Hazel yang dulu belum bisa benar-benar lepas darinya. Hazel masih sama, tidak bisa hidup tanpa laki-laki disisinya.

"Maaf untuk kalimat ini, tapi lo kelihatan terlalu murah." Dengan gaya angkuhnya ia menutup mulutnya seolah sedang keceplosan mengatakan sesuatu.

Habis sudah kesabaran Hazel, gadis itu mencengkram kuat kedua bahu Velyn. Menatapnya tajam seolah akan menguliti Velyn di koridor ini. "Mau lo apa?!"

"Nggak mau apa-apa," jawab Velyn polos.

Udara pagi yang seharusnya segar berubah saat siswa/siswi mulai mengerumuni mereka, bau parfum dari badan yang berbeda bercampur di penciuman Hazel. Tapi Hazel beruntung, pagi-pagi begini mereka semua masih wangi. Setidaknya tidak bau keringat yang memenuhi penciumannya.

"Terus kenapa lo suka banget bikin gue emosi?"

"Gue cuma bicara, sebagai makhluk yang punya mulut apa gue nggak bisa mempergunakan mulut gue?" tanya Velyn terdengar menyebalkan.

Hazel menggeram marah. Dari tatapannya saja sudah bisa dilihat betapa bencinya Hazel pada Velyn. Mengabaikan kebencian Hazel, Velyn membenarkan hoodie yang menutupi seragamnya kemudian berjalan semakin mendekati Hazel. Gadis itu mendekatkan wajahnya, semakin dekat sampai bibir Velyn berada di dekat telinga Hazel.

"Lo tanya mau gue apa?" bisik Velyn. "Elnath buat gue aja, ya?"

Velyn mengembuskan napasnya, masih bertahan di posisi yang sama dengan senyum liciknya saat merasa kedua tangan Hazel lagi-lagi mencengkram lengan atasnya.

"Gue janji deh, Elnath gue jaga baik-baik. Nggak akan gue sia-siakan sama kayak cara lo."

"Bitch!!"

Bersamaan dengan teriakan Hazel, tubuh Velyn terhuyung ke belakang. Jika saja tidak ada seseorang yang menahannya, mungkin bokong Velyn sudah mendarat pada lantai koridor. Velyn melirik siapa yang menahan punggungnya, senyum penuh kemenangan terukir sedetik saat ia melihat Elnath masih menopang tubuhnya.

Kedua manik mata itu bertubrukan, Hazel dan Elnath menatap cukup lama sebelum Hazel mengalihkan pandangannya pada genggaman tiba-tiba di telapak tangannya. Gwen menariknya lebih mundur, menarik pinggang Hazel mendekatinya untuk memperlihatkan bahwa Hazel sekarang menjadi miliknya.

Hazel menguatkan dirinya, terus mensugesti dirinya bahwa Elnath bukanlah cintanya. Hazel tetap menolak meski hatinya berdenyut melihat kedekatan Velyn dan Elnath. "Urusan kita belum selesai!" ucap Hazel sebelum akhirnya menarik Gwen pergi dari kerumunan itu.

Elnath tidak diam, laki-laki itu hendak mengejar. "Hazel!!"

Hazel tidak berbalik, bahkan semakin cepat melangkah bersama Gwen. Saat Elnath melangkah, Velyn menahan lengan laki-laki itu. "Buat apa ngejar dia?"

"Mereka udah pacaran." Lanjut Velyn.

Elnath menatap Velyn, tatapannya seolah bertanya-tanya.

"Iya, mereka beneran pacaran. Semua orang juga udah tau."

Elnath menggeleng, tidak mungkin secepat itu. "Nggak mungkin."

Velyn menghela napasnya. "Gue punya buktinya." Gadis itu mulai mengotak-atik ponselnya, mencari akun Instagram Gwen kemudian memperlihatkan sebuah foto yang laki-laki itu posting semalam.

Foto Hazel yang Gwen posting dengan caption mengatakan bahwa Hazel itu miliknya. Sekarang apa yang dikatakan Om Dimas berputar pada pikirannya. Penyesalan, bahkan terjadi lebih cepat dari yang dia bayangkan. Lalu mengenai cinta, apa memang itu tidak ada?

"Elnath? Lo nggak kenapa-kenapa, kan?" tanya Velyn perhatian.

"Elnath!! Sempak, gue cari-cari ternyata disinii!!" Teriakan Jack membuat Velyn benar-benar terkejut.

Tidak berselang lama, Jack dan Beno berada di depan mereka dengan napas tersengal-sengal. "Lo! Udah tau belum?" tanya Beno sambil menyeka keringatnya.

"Gue ke kelas duluan," pamit Velyn dan segera pergi kala menangkap tatapan mengusir dari Jack dan Beno.

"Gue baru aja selesai gosip sama Freya, dan berita ini bikin geger banget!!" jerit Jack sembari menangkup pipinya dengan kedua telapak tangan.

Beno mengangguk membenarkan, laki-laki itu bertolak pinggang dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan ia gunakan untuk mengipasi wajahnya yang panas. "Bener, geger segeger gegernya!!" histeris Beno menirukan perempuan-perempuan yang menjadi teman bergosip lima menit yang lalu.

"Apa?" tanya Elnath walau ia sudah tau apa yang ingin mereka adukan.

"Mantan l—"

"Hazel sama Gwen resmi jadian!!!" pekik Beno memotong ucapan Jack, membuat laki-laki itu cemberut.

Melupakan kekesalannya karena Beno memotong ucapannya, Jack menatap wajah Elnath dengan sungguh-sungguh. "Sekarang rencana lo apa?"

"Sekarang gimana?" Beno bertanya lebih lebay.

"Lo mau mundur atau gimana?" tanya Jack serius.

Beno mengguncang-guncang bahu Elnath. "Iya, mau mundur atau nggak?!"

Jack menarik tubuh Beno, menjauhkannya dari Elnath yang tampak marah karena Beno menyentuhnya. "Bisa berhenti lebay? Elnath mau muntah liatnya."

Beno menggeleng mantap. "Terus gimana?"

Elnath tersenyum miring. "Ini bukan yang pertama kalinya buat gue."

Sungguh diluar dugaan, mereka kira bahwa Elnath akan menjadi laki-laki menyedihkan dan mengeluarkan tampang seperti ayam yang akan dibunuh esok hari, lesu.

Elnath tersenyum miring, meyakinkan dirinya bahwa cinta untuknya itu ada. Dan untuk mendapatkan itu semua tidak gratis, Elnath perlu mengeluarkan tenaganya. Keadaan sekarang memang berbalik, bukan Hazel lagi yang mengejarnya, tapi ia yang akan mengejar Hazel. Atas semua keputusannya, Elnath tidak mau semua ini gagal.

"Gue pasti rebut Hazel."

***

To be continued...

Next?

Kesel sama Hazel?

Setuju dengan keputusan Elnath?

Give me 💛!!!

HazelnathWhere stories live. Discover now