19

2.2K 419 275
                                    

Mata Hazel perlahan-lahan terbuka, pandangannya mengedar ke sekeliling kamarnya yang masih sepi. Sudah berapa lama Hazel tertidur? Sepertinya benar-benar lama. Hazel menurunkan kedua kakinya, sesuatu lembut menyapa telapak kakinya hingga membuat Hazel menatap ke arah lantai yang ternyata sudah dilapisi karpet berbulu seperti yang ada di kamar Hazel dulu, pasti Hakan yang membelikannya. Hazel berdiri, berjalan mendekati makanan yang ada di atas meja dan lagi-lagi pasti Hakan yang meletakkan makanan ini di sini. Matanya memicing menatap layar ponselnya yang menyala, apa Hakan juga telah mengisi daya baterai pada ponselnya?

Mengabaikan semua hal itu, Hazel memilih duduk dan menyantap makanannya yang terasa benar-benar lezat. Pantas saja Hazel merasa benar-benar lapar, saat ini sudah menunjukkan pukul enam sore dan gadis itu tidak sempat makan siang. Tidak butuh waktu lama, Hazel menyelesaikan makannya dan segera membersihkan badannya sebelum ia kembali tidur. Hazel hanya ingin tidur karena badannya masih sedikit sakit.

"Hazel, udah makan? Hakan tadi berangkat kerja, jadi nggak bisa temenin lo."

Hazel mengangguk lemah mendengar penuturan Oma Zeeti, tanpa berbasa-basi lagi gadis itu masuk ke dalam kamar mandi sesuai tujuan awalnya. Sekitar dua puluh lima menit, Hazel sudah terlihat lebih segar. Gadis itu membaringkan tubuhnya kemudian mengecek ponselnya yang sudah bisa digunakan. Dahinya mengernyit kala tiba-tiba Freya meneleponnya.

"Kenapa?" tanya Hazel pelan saat panggilan itu mulai tersambung.

"Gila!! Pacar lo ganteng banget," pekik Freya dari seberang sana hingga membuat Hazel sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Lo nelepon gue cuma mau bilang ini? Tanpa pengakuan dari lo, gue juga tau kalau Elnath ganteng," jawab Hazel sembari mengubah posisinya menjadi tengkurap.

Freya berdecak kesal dari tempatnya. "Bukan Elnath. Tadi di sekolah, pacar lo ngamuk."

Hazel mengernyit bingung, apa yang sedang menjadi topik pembicaraan mereka saat ini? Hazel benar-benar belum paham.

"Hazel? Lo masih dengerin gue, kan? Tau nggak? Gue salut banget sama lo, setiap hari kerjaannya bikin geger terus."

Hazel memposisikan dirinya menjadi duduk. "Maksudnya apa?"

"Satu sekolahan geger gara-gara pacar lo bener-bener ngamuk, tapi ngamuk aja masih ganteng sih." Freya menggigit bibirnya ketika mengingat wajah laki-laki tadi, sayangnya itu pacar Hazel. "Tapi menurut gue kurang sopan. Bukan cuma yang bully lo, orang tua mereka, guru-guru, bahkan waktu ngomong sama Papa lo juga ngegas banget."

"Gue yang disuruh jadi saksi bener-bener gemeteran lihat dia ngebentak semua orang, untung gue nggak dimarahin juga," lanjutnya.

Mata Hazel melotot. "Ciri-cirinya gimana?"

Freya tersenyum-senyum sendiri di tempatnya. "Ngapain tanya gue? Dia kan pacar lo! Tapi dia udah pasti bukan satu sekolahan sama kita, seragamnya beda."

Hazel menggigit pipi bagian dalamnya, pasti itu Hakan. Laki-laki itu sepertinya sudah tidak waras. "Terus gimana?"

"Dia kayaknya sayang banget sama lo. Kalau Elnath udah nggak dibutuhkan, gue ikhlas lahir dan batin menggantikan posisi lo."

"Mulut lo belum pernah digesek di atas aspal, ya?" tanya Hazel tidak santai.

Tawa Freya pecah di seberang sana. "Siapa tau iseng-iseng berhadiah."

"Gue mau tidur, awas kalau lo nyebarin berita macem-macem!" Hazel segera memutuskan panggilan itu kemudian melamun di dalam kamarnya. Pikirannya sekarang hanya tertuju pada Papanya, laki-laki itu masih peduli padanya? Hazel kira tidak, tapi jujur Hazel merindukan laki-laki paruh baya itu.

HazelnathTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon