32

1.8K 343 177
                                    

"Velyn hamil!!"

Es teh yang sudah masuk ke dalam mulut Hazel tersembur begitu saja membuat wajah Freya yang duduk di hadapannya menjadi basah akibat semburan itu.

"Sial, jorok banget!!" pekik Freya sembari meraih beberapa tissue untuk mengeringkan wajahnya. Biarlah, siapa tahu wajahnya mendadak menjadi secantik Hazel sesudah disembur oleh gadis itu.

"Lo jangan ngada-ngada, ya!" ucap Hazel pelan, takut jika orang-orang menguping pembicaraan mereka.

Freya memasukkan siomay terakhir ke dalam mulutnya. "Gue juga belum tau pasti sih," jawabnya ragu.

"Argh!!" teriak Freya sehingga membuat beberapa orang menatap pada dua gadis itu. "Sakit anj—"

"Apa?!" potong Hazel garang.

"Sakit," cicit Freya sembari mengelus-elus tulang keringnya yang tiba-tiba saja ditendang oleh Hazel.

"Lagian mulut lo nggak bisa dijaga, kalau orang lain pada salah sangka gimana? Mati lo ditangan Papa gue," ucap Hazel menakut-nakuti.

Bibir Freya mengerucut sebal, apa salahnya menduga kemungkinan yang bisa saja terjadi. Melihat dari gadis itu yang biasanya suka mencari masalah dengan Hazel, akhir-akhir ini ia tampak lebih lemah dari biasanya. Selalu pergi ke sekolah dengan wajah pucat, tubuh lemas, dan kadang menyusahkan teman sekelasnya akibat muntah di dalam kelas. Atau jangan-jangan kemungkinan terburuk, gadis itu memiliki penyakit berbahaya?

"Atau dia punya penyakit?" tanya Freya serius.

Hazel mengedikkan bahunya. "Gue nggak peduli sama dia."

"Iya karena hidup lo damai kalau nggak ada dia, lo kan bersaing sama dia," ejek Freya.

"Jangan ditendang lagi, setan!" umpat Freya saat ujung sepatu Hazel sempat menyentuh kakinya, mungkin sedang bersiap-siap untuk menendangnya.

Hazel bangkit dari duduknya, meraih sebuah bungkusan kemudian pergi dari hadapan Freya. Ia berjalan mendekati meja tempat duduk Hakan dan teman-temannya. "Hakan," panggil Hazel pelan.

Hakan berdiri dan menarik Hazel agar sedikit menjauh dari meja teman-temannya. "Lo bener-bener udah nggak bisa dibilangin, ya?"

"Maaf, gue kemarin kesel sama lo."

"Jangan main-main Hazel, kalau lo nggak serius mending putus sama Elnath. Atau gue sendiri yang bilang ke dia."

Mata Hazel membulat mendengar penuturan Hakan. "Nggak! Gue sayang sama dia."

"Kalau lo sayang, ngapain lo sembunyi-sembunyi jalan sama laki-laki lain? Kalau gue jadi Elnath, lo udah gue putusin."

Bibir Hazel terbungkam, ia akui memang ini salahnya. Mungkin Hazel harus sedikit menjaga jaraknya dengan Gwen sebelum Hakan mengadu yang tidak-tidak hingga membuat kesalahpahaman diantaranya dengan Elnath.

"Iya nggak lagi-lagi!"

Hakan membuang napasnya kasar. Ia begini juga demi Hazel, Hakan tidak akan mau jika saudarinya itu terlibat dalam masalah-masalah seperti itu. Membayangkan Hazel akan menangis-nangis sebab kesalahan sendiri saja sudah membuat Hakan pusing.

"Nih!" Hazel menyodorkan cokelat ke hadapan Hakan. "Gue minta maaf."

Hakan menerima cokelat itu, tersenyum kecil kemudian mengacak-acak gemas rambut Hazel. "Iya, besok libur gue ajak jalan-jalan. Kemarin nasi goreng, besok cobain sate."

Hazel mengangguk penuh semangat. "Gue mau ke kelas pacar," pamit Hazel. Sebelum itu, ia mengedipkan matanya genit. "Cari pacar, biar kepala lo nggak panas terus."

HazelnathWhere stories live. Discover now