35. Oven listrik

5.7K 841 81
                                    

Hallo👋

H A P P Y R E A D I N G💬💜



Oven listrik, itulah barang yang Feby menangkan saat di event toko elektronik. Toko itu baru buka jadi mereka mengadakan pembagian barang elektronik gratis bagi orang yang berhasil menjawab pertanyaan dan kebetulan Feby berhasil menjawab, jadi ia memenangkan oven listrik keluaran terbaru.

Feby berjalan berdampingan bersama Venus, sambil membawa oven listrik di tangannya, Feby berjalan dengan suasana hati yang sumringah, sedangkan Venus berjalan dengan malunya.

"Habis ini kita kemana?" Tanya Feby dengan senyum sumringahnya.

Venus melirik kesal Feby "Kita pulang." Jawab Venus penuh penekanan.

"Kita kan mau ke tempat yang lo janjikan? Masa mau pulang sih?" Tanya Feby tidak percaya.

"Gue mau pulang!" Jawab Venus dengan nada sama seperti tadi.

"Gue gak mau! Gue udah janji sama lo tadi." Ucap Feby.

"Batalkan saja janjinya gue gak keberatan kok." Ucap Venus membuat Feby memutar malas bola matanya.

"Gue gak bisa kayak gitu! Kalau gue udah janji berarti gue harus nepatin janji itu!" Ucap Feby tidak terbantah.

Venus terdiam setelah itu ia melirik Feby "Tadi kenapa lo jawab pertanyaannya sih? Jadi bawa-bawa barang beginian kan ujung-ujungnya?" Tanya Venus kepada Feby yang setia memeluk oven listrik yang menjadi rezekinya.

"Loh kok ngomong gitu sih? Harusnya lo itu bersyukur karena punya temen secerdas gue, tadi disana banyak banget orang bahkan tante-tante culik aku dong juga ada, tapi tidak satupun dari mereka yang bisa ngejawab pertanyaannya, cuma gue saja yang bisa menjawab." Jawab Feby panjang lebar.

"Tapi..ahk gak gini juga! what is this woman thinking?" Seru Venus mengusap kasar rambutnya.

"Terus gimana?" Tanya Feby tidak mengerti.

"Lo bawa-bawa oven! Sedangkan lo masih pakai baju sekolah! Lo gak malu? Masih mending gue pake jaket, lo nggak!" Tanya Venus kesal kepada Feby.

"Gue gak malu! Serius gue gak malu sedikitpun!" Jawab Feby tidak mempersalahkan seragamnya.

"Kita pulang sekarang!" Ucap Venus tidak terbantah.

"Kita gak pulang sekarang!" Ucap Feby sama-sama tidak mau di bantah.

Mendengar jawaban Feby yang seperti itu, mau tak mau Venus hanya akan menuruti perkataan Feby. Semua rencana Venus telah gugur sedari awal tapi tidak ada rasa menyesal di dalam diri Venus, meskipun ia harus menanggung malu.

•••

Feby meletakan oven listrik itu di atas meja. Di atas meja sana sudah terpampang berbagai makanan, bukan Feby yang pesen tapi Venus yang mentraktir. Itung-itung upah karena Venus sudah di temani bolos.

Mereka sekarang sedang berada di sebuah restoran yang cukup banyak orang. Sedari tadi Venus sudah mati-matian menyembunyikan wajahnya agar tidak kelihatan, bukan apa-apa tapi Venus merasa malu.

"Oven nya jangan di taroh di atas meja!" Seru Venus menyuruh menyingkirkan oven itu dari atas meja.

"Lalu dimana gue harus taroh di mana? Di kursi lo?" Tanya Feby.

"Kalau di taroh di kursi gue, terus gue duduk dimana?" Tanya Venus.

"Ya terus ini di taroh dimana?" Tanya Feby nyerongot.

"Di lantai aja." Jawab Venus sambil menunjuk lantai.

"Gila! Ini oven berharga gue ya! Gue gak mau!" Ucap Feby tidak kalem.

"Serah lo aja deh!" Ucap Venus lagi-lagi harus mengalah, setelah itu ia memakan makanan.

"Ven lo bisa potongin daging gue gak? Susah gue potongnya tangan gue gak bebas," Ucap Feby menyuruh Venus memotong dagingnya. Tangannya tidak bisa bergerak bebas karena terhalang oleh oven listrik itu.

Venus membawa piring Feby setelah itu ia memotong-motong dagingnya agar mudah di makan. Venus tidak memotong daging itu dengan kelembutan, tapi ia memotongnya dengan kasar sehingga potongannya tidak merata. Setelah selesai ia menyerahkan piring itu kepada Feby.

"Lo motongnya kenapa di tai-tai gini sih?" Tanya Feby merasa sedih karena dagingnya bukan di potong melainkan di acak-acak.

"Makan aja!" Ucap Venus penuh penekanan.


(kepentingan penerbit;)

BACK YOUNG [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang