71. Gak keroyok gak seru

3.1K 558 121
                                    

Hallo🤗

Happy reading 💜

Sedangkan orang yang jadi bahan pembicaraan malah santai dan sekarang ia tengah makan di angkringan, sungguh nikmat di suasana sore ini Feby makan nasi goreng sambil mendengarkan lagu vibes 95an.

"Kok gue berasa kayak nostalgia ya?" Gumam Feby sambil melihat suasana sekeliling yang bisa terbilang ramai dengan background bapak-bapak pejuang rupiah.

"Neng sendiri aja?" Tanya bapak-bapak yang duduk di sebrang meja Feby.

"Iya pak sendiri aja, kalau berdua kan susah di tambah aku gak bakal kenyang makannya." Jawab Feby tersenyum.

"Udah lama di sini neng?" Tanya bapak yang satunya lagi.

"Belum terlalu lama juga pak, aku cuma baru habis satu porsi." Jawab Feby cengengesan.

"Tapi kamu gak malu? Di sini banyak bapak-bapak loh? Hampir gak ada anak muda di sini?" Tanya bapak itu lagi masih penasaran.

"Aku punya jiwa kolot pak, jadi gak malu kalau makan di tempat yang banyak bapak-bapaknya." Jawab Feby.

"Oh iya iya, ngomong-ngomong kamu sekolah di mana?" Tanya bapak itu menatap lebih penasaran sama Feby.

"Aku sekolah di Sma Dharmawangsa pak." Jawab Feby.

"Oh, anak-anak sekarang beruntung bisa sekolah dengan lancar dan tenang." Ucap bapak itu membuat jiwa kepo sejarah Feby langsung keluar.

"Emangnya apa yang beruntung? Aku gak terlalu beruntung karena banyak tugas sama pr rumah." Tanya Feby memancing agar bapak itu bercerita tentang masa sekolahnya dulu.

Entah kenapa Feby sangat suka mendengarkan cerita tentang sejarah seseorang yang berpengalaman di tahun 90an.

"Dulu bapak sekolah cuma pake satu buku tulis, dulu itu sangat jarang orang yang pakai tas kesekolah kebanyakan pake kantong kresek dan dulu sangat susah untuk bersekolah di karenakan biaya yang tidak memadai." Jawab bapak itu membuat Feby mendekat kearahnya.

"Pasti sekolahnya di tengah gurun pasir nih." Batin Feby menebak.

"Oh gitu ya? Berarti dulu nenek aku juga gitu ya? Apalagi dulu kan kertas jarang di temuin? Gak seperti sekarang?" Tanya Feby terbawa suasana.

"Bener itu, nenek kamu pasti ngalamin nulis di papan kecil." Jawab bapak itu.

Saat sedang asik-asiknya mengobrol, ponsel Feby berbunyi, karena hal itu mau tak mau Feby harus mengecek ponselnya siapa tahu ia dapat pesan dari orang penting.

Ternyata Feby mendapat pesan dari nomor yang tidak di kenal, karena pesannya cukup mengkhawatirkan ia pun berpamit pergi dari sana, Feby pikir kalau ada orang yang butuh bantuannya.

"Pak aku ada urusan, aku pulang dulu ya? Nanti kita cerita lagi tentang perjalanan bapak mengejar cinta istri bapak kalau kita ketemu lagi okee?" Ucap Feby merasa tidak bersemangat karena harus pergi padahal ia masih betah di sana.

"Iya siap neng, hati-hati di jalan ya neng? Soalnya banyak yang suka sama neng." Jawab bapak itu membuat Feby tersipu malu.

"Hehe maksih pak." Ucap Feby malu-malu.

•••

Saat Feby sedang berjalan di sebuah gang sendirian, tiba-tiba segerombolan cowok yang bisa terbilang seperti preman mencegatnya. Sekitaran 10 preman itu langsung mengepung Feby dan mengelilinginya.

"Apa? Ada apa ini? Kenapa mereka malah ritual di depan gue?" Gumam Feby bertanya.

"Pegang dia cepetan!" Titah salah satu preman itu dengan suara yang tegas, mendengar perintah itu dua orang cowok itu langsung memegang kedua tangan Feby.

BACK YOUNG [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang