2⛅

857 84 48
                                    

2. ROTI JEPANG

Nayara mengambil tempat makan khusus untuk Cio makan. Menuangkan makanan Cio secukupnya kemudian Nayara berjalan menghampiri Cio yang sedang terduduk di pinggir sofa.

"Meong... Cio ayo makan dulu..." Nayara meletakan wadah agak jauh dari sofa.

Kucing itu menurut. Menghampiri Nayara, kemudian memakan makanannya. "Meong... Meong..."

"Iya buruan makan. Abisin ya, nanti kalo nggak di habisin gue di marahin sama majikan Lo!" Ujar Nayara. Ia sudah seperti orang gila, ngomong dengan kucing.

"Abisin ya Cio!" Nayara mengelus kepala Cio, membuat kucing itu menggeliatkan tubuhnya.

Sambil menunggu Cio makan, Nayara duduk di sofa sambil menonton tv.

Omong-omong Nayara sudah makan tadi, sebelum memberi Ciko makan Nayara sudah lebih dulu.

Nayara melirik tangga. Tak ada tanda-tanda kemunculan Gilang, sedari tadi Nayara tidak melihat Gilang. Tapi, yasudah biarkan saja, kalo pun ada pasti bikin Nayara kesel bawaannya.

Nayara sudah curiga saat tadi Gilang meminta maaf, sudah pasti ada udang di balik bakwan.

"Meong..."

Ah, sepertinya Cio sudah selesai makan. Lihatlah, kucing itu sedang tiduran, menggeliatkan badannya ke sana kemari, enak sekali Cio ini, habis makan langsung tiduran.

Nayara segera membereskan wadah makan Cio, setelahnya ia segera pergi menuju kamarnya.

***

Nayara terbangun dari tidurnya saat merasakan perutnya sakit. Ia lirik jam yang berada di nakas, menunjukkan pukul 04.35. Cewek itu bangun dari tidurnya, memegangi perutnya yang terasa ngilu, ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Nayara keluar dengan raut wajah di tekuk, ternyata ia sedang datang bulan. Mana Nayara belum membeli roti jepangnya lagi. Gimana ini? Masa harus nyuruh Gilang beliin?

Alih-alih meminta bantuan, Nayara malah mondar-mandir sambil menggigit kuku jarinya. Ia ingin meminta bantuan Gilang, tapi masalahnya Nayara malu.

Membuang rasa malunya demi kepentingan utamanya. Nayara melangkah keluar, sekarang ia berdiri di depan kamar Gilang, sepertinya cowok itu sedang shalat atau masih tidur?

"Gilang..." Panggil Nayara.

Satu panggilan tak ada sautan dari dalam. Mungkin Nayara harus mencoba lagi.

"Gilang..." Nayara menyenderkan tubuhnya di tembok depan kamar Gilang, yang kebetulan itu tembok kamarnya, karena kamar mereka berdua berhadapan.

Nayara menghela nafas pasrah. Karena tak ada sautan dari Gilang, Nayara berbalik badan, namun suara pintu terbuka membuat Nayara menolehkan kepalanya.

"Kenapa Ra?" Tanya Gilang. Sepertinya cowok itu baru selesai shalat, terlihat dari sarung yang masih melekat di tubuhnya tak lupa kaos hitam yang selalu cowo itu kenakan.

Nayara jadi bingung nih. Antara bilang apa nggaknya, kira-kira Gilang bakal mau nggak ya?

"A-anu," rasanya sulit sekali untuk Nayara ngomong.

"Kenapa?"

"G-gue minta t-tolong boleh nggak?" Tanya Nayara hati-hati.

"Minta tolong apa?"

Nayara jadi menghela nafas. Ia merasa malu. Ini dosa nggak ya? Nyuruh suami buat beliin roti jepang.

"An-anu..."

"Anu apaan si? Dari tadi anu-anuan Mulu deh!" Cowok itu jadi mengusap mukanya dengan kasar. Menunggu Nayara bicara sama aja kayak nunggu kepastian. Canda kepastian!

Nayara menghembuskan nafasnya. Ia berjalan mendekati Gilang, cewek itu sedikit berjinjit untuk menyamakan tingginya dengan Gilang.

"Beliin roti jepang ya...?" Bisik Nayara tepat di telinga Gilang.

"Hah? Apaan roti jepang?"

Nayara memicingkan matanya, ini Gilang beneran nggak tau apa emang pura-pura nggak tau?

"Ya ... Ya....?"

Gilang menghela nafasnya, kemudian cowok itu mengangguk setuju.

Nayara mengeluarkan uang berwarna biru, ia memberikannya pada Gilang.

"Ini uangnya,"

"Nggak usah, pake uang gue aja nggak papa." Gilang memberikan kembali selembar uang itu pada Nayara. "Yaudah, gue ke ruko depan dulu ya, siapa tau aja udah buka,"

Nayara mengangguk. "iya,"

"Gue pergi dulu," Gilang membalikan badannya, berjalan menuju tangga.

"Gilang...." Panggil Nayara membuat Gilang membalikan badannya.

"Kenapa?"

"Makasih ya"

***

Gilang sudah sampai di ruko yang berada tak jauh dari kompleks perumahannya.

Sekarang ia sedang bingung, hampir setengah jam mondar-mandir di tempat roti, namun ia tak menemukan roti yang ada nama jepangnya.

Ia jadi menghela nafas, mengusap wajahnya dengan kasar.

Apa jangan-jangan Nayara sengaja balas dendam soal kemarin malam?

Gilang menghampiri kasir, ia bertanya pada mbak-mbak yang ada di sana.

"Mbak?"

"Iya kenapa mas?"

"Emangnya di sini ada roti jepang?" Tanyanya dengan wajah polos.

Mbak itu menahan tawanya, kemudian mengangguk. "Ada mas,"

"Yaudah saya mau mbak,"

Mbak itu mengangguk, membawa Gilang menuju tempat roti jepang.

"Ini mas, buat pacarnya ya?"

Sialan!

Nayara kampret emang!

Jadi, roti Jepang itu pembalut?

Ya Allah.... dosa apa hamba mu ini?

Muka Gilang seketika memerah, menahan malu. Ia menghela nafasnya.

"Ini ya mbak?" Tanya Gilang, Mbak itu mengangguk.

"Buat pacarnya ya?"

"Buat kakak saya mbak." Gilang tersenyum masam. "Saya ambil yang mana ya mbak?"

"Mas mau yang mana? Yang ini ada sayapnya, kalo yang ini nggak ada, trus ini yang kecil, dan ini yang ukurannya panjang," jelas Mbak itu membuat Gilang terperangah. Ko banyak banget variannya?

Nayara emang rese banget. Udah buat malu Gilang subuh-subuh gini, nyusahin juga!

Gilang memijat hidungnya. Ia benar-benar merasa...

"Semuanya aja mbak"




Tbc

Double up nih!

Next?

CERITA KITA ( ON GOING )Where stories live. Discover now