29🌥️

323 27 0
                                    

29. Gagal




Perlahan mata Nayara terbuka dengan pelan, gadis itu meringis kala ia mengubah duduknya menjadi bersandar.

Menyapukan pandangannya keseluruh penjuru kamar, namun nihil tidak ada siapa-siapa.

Pintu kamar mandi terbuka, munculah Gilang yang hanya mengenakan celana hitam pendek.

"Udah bangun,"

Gilang menghampiri Nayara, bersikap biasa saja. Padahal Nayara malu melihat tubuh atas cowok itu tanpa baju.

"Heem," Nayara menaggguk. "Mau minum,"

Dengan sigap Gilang meraih gelas yang berada di nakas, memberikannya pada Nayara.

"Aku bantuin," ujar Gilang, beberapa detik Nayara menatap Gilang kemudian menaggguk.

"Kamu pake baju dulu gih," titah Nayara, cowok itu hanya diam saja sambil menatap lamat padanya.

"Nggak ah, enakan gini,"

"Sana pake baju dulu," Nayara yang masih lemas tidak bisa meninggikan suaranya. "Mata aku nggak nyaman liatnya,"

"Nggak papa Yara," Gilang malah mendekatkan wajahnya pada Nayara, sedikit mengarahkan kepala gadis itu agar mau menatap tubuh bagian depan cowok itu. "Udah halal kan."

"Yaudah iyaa pake baju,"

Gilang pasrah menggoda Nayara, karena gadis itu kekeuh tak mau menolehkan wajahnya.

Selesai memakai baju, Gilang naik ke kasur' duduk di samping Nayara.

"Maaf ya nggak nungguin kamu pulang," cowok itu membuka suara. "Ada urusan mendadak tadi."

"Iya nggak papa."

Gilang merapatkan tubuhnya dengan Nayara, tidak sadar situasi jika gadis itu baru saja bangun dari pingsannya.

"Kamu kenapa sih?" Nayara mengernyit heran.

"Kamu kenapa bisa pulang diantar Zio?" Nada bicaranya Gilang usahakan pelan, ia tak ingin menyelesaikan urusan dengan emosi.

Nayara sedikit linglung, terakhir ia duduk di pinggir trotoar seingatnya. "Zio?"

"Iya sayang, kamu pulang di gendong sama Zio."

Nayara mengangguk, tangannya memegang tangan Gilang. "Kamu jangan mikir yang enggak-enggak ya,"

"Aku pulang telat soalnya nyatet dulu tugas Bu Zeta. Aku kira kamu nungguin aku dan ternyata kamu nggak ada."

"Disitu, Zio sempet nawarin pulang bareng tapi aku nolak karena aku nggak mau buat kamu marah."

"Aku coba persen taksi atau ojek tapi ponsel aku habis baterai. Jadi aku mutusin buat ke halte, disitu keadaan aku benar-benar nggak ngedukung,"

"Badan aku lemes Gi, kepala aku pusing ditambah perut aku sakit karena hari pertama menstruasi."

"Aku nunggu angkutan umum tapi sayangnya aku nggak punya uang. Kalo seandainya aja aku terima uang dari kamu mungkin aku bisa pulang tanpa diantar Zio."

"Aku berharap kamu lewat jalan itu, dan liat aku,"

"Belum sampe ke halte aku udah nggak kuat, kepala aku pusing jadi aku duduk di pinggir trotoar Gi. Disitu pandangan aku udah buyar, semuanya udah gelap."

Penjelasan panjang lebar Nayara membuat Gilang merasa bersalah, cowok itu merengkuh tubuh Nayara kedalam dekapannya. "Maafin aku..., Harusnya aku tungguin kamu,"

"Aku nggak becus jadi suami."

Dalam dekapan hangat cowok itu tubuh Nayara bergetar pelan. Nayara sangat takut jika Gilang akan marah padanya, takut jika cowok itu tidak bisa menerima alasannya.

CERITA KITA ( ON GOING )Where stories live. Discover now