17: Telephone

502 53 12
                                    

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author.

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untukVote kalau perlu comment Sebagai dukungan kecil untuk author

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jung Hyunri

Aku terbangun dari tidurku karena hentakan dari dalam mimpiku. Rasa sakit kepala menyerang saat aku mencoba merubah posisi tubuh.

"Selamat pagi, Hyunri!" teriak Haechan membuka korden kamar. Aku langsung menutup mataku sebentar karena silau cahaya matahari.

"Ayok semangat! Hari ini, hari pertama kamu bekerja bukan?"

Haechan mendorong tubuhku untuk segera masuk ke dalam kamar mandi, dia juga membawakan aku mantel handuk. Kalau di lihat oleh orang lain, pasti orang-orang melihat handuk itu melayang sendiri. Hahaha.

"Haechan, biarkan aku duduk sebentar." pintaku, tapi Haechan menolak. "Tidak, kamu tidak boleh terlambat."

"Oh ayolah."

"Tidak."

Tok... Tok... Tok...

Aku membuang napas dengan kasar sambil berjalan mendekati pintu. "Ck orang mana lagi yang mengetuk pintu pagi-pagi kalau bukan Jaemin."

Haechan mengangguk, setuju dengan pendapatku.

Kubuka pintu dan hasilnya... Salah!

"Selamat pagi." sapa Jeno. Dia memamerkan sebuah kantung plastik. "Mari kita makan," ajak Jeno.

"Tapi aku harus mandi."

Jeno mengangguk sambil melambai-lambaikan tangannya, menyuruhku untuk pergi mandi.

Di kamar mandi, aku membiarkan air yang keluar dari shower mengenai wajahku. Di sela-sela air mengalir membasahi tubuh, aku memikirkan hantu wanita yang tiba-tiba hilang di ingatan Haechan dan Goeun.

Sebenarnya apa maksud hantu wanita itu. Bikin rusuh pikiranku saja.

Selesai dengan mandi, kini saatnya aku untuk mengeringkan tubuh dan juga berpakaian rapi sebelum keluar dari kamar mandi.

Tidak lama kemudian aku keluar dari kamar mandi bersamaan dengan ketukan pintu. Aku melihat Jeno yang mulai berdiri dari duduknya.

"Biar aku saja," kataku sambil membuka pintu.

Di hadapanku terlihat Jaemin yang tersenyum lebar, dia memegang mangkuk kecil yang mengeluarkan aroma sedap makanan. "Untuk sarapan kamu," katanya.

Aku langsung menerima dengan senang hati. "Terima ka-"

Bang!

Aku ditarik paksa untuk masuk kedalam oleh Jeno dan dia langsung menutup pintu apartemenku dengan sangat kencang.

Aku membulatkan mata, menahan emosi di pagi hari. "Apa yang kamu lakukan, Jeno?!"

Jeno menjawab dengan santai. "Menjauhkanmu dari laki-laki itu."

"Kenapa? Dia tetanggaku loh, dia baik kok." Aku membuat pembelaan tentang Jaemin.

Tapi Jeno malah terdiam, kemudian merebut mangkuk yang ada di tanganku. Dengan teganya dia membuang makanan serta mangkuk yang di berikan Jaemin.

"Kenapa dibuang?" tanyaku.

Jeno mendekat, lalu mendekap tubuhku. "Kamu tidak boleh sering makan makanan yang berlemak. Maaf, ya."

Aku mendorong tubuh Jeno dan duduk di sofa. "Ya sudah, nanti aku akan meminta maaf pada Jaemin." kataku lesu sambil membuka kotak makanan yang Jeno bawa. "Cepat kemari, aku sudah lapar." tambahku.

Di lain sisi, Jaemin tersenyum tipis sambil memandangi dinding yang penuh dengan foto-foto Hyunri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di lain sisi, Jaemin tersenyum tipis sambil memandangi dinding yang penuh dengan foto-foto Hyunri. Foto-foto tersebut ia ambil secara diam-diam saat Hyunri beraktifitas di luar maupun di dalam apartemen.

Senyumnya semakin melebar dan seram saat melihat salah satu foto dimana Hyunri sedang berjalan berdua bersama Jeno. Tatapannya tajam mengarah pada duplikat Jeno, lalu melempar bola mata anjing tepat mengenai sasarannya.

"Bodoh, Hyunri ku jadi ikutan kotor deh." katanya sambil mengambil foto yang terkena cipratan darah dari bola mata yang dia lempar.

Tiba-tiba amarahnya memuncak, ia mengepalkan kedua tangan sampai tubuhnya ikut gemetar. Jaemin mengambil pisau di dapur lalu menusuk-tusuk dengan brutal tubuh bangkai anjing yang dia simpan.

"Hahaha Jeno, Jeno hahaha Jeno!"

"Jeno!"

"Jeno hahaha Jeno!"

Teriaknya berulang kali menyebut laki-laki yang bernama Jeno sambil tertawa keasikan. Dapat di bayangkan kondisi tubuh anjing yang malang tersebut.

Drrttt... Drrtt...

Aksinya menusuk-tusuk bangkai anjing terhenti oleh getaran panggilan telepon pada handphone yang ada didalam sakunya.

Jaemin pergi ke dapur untuk mencuci tangannya dan meletakan pisau apa wastafel, kemudian mengangkat telepon.

"Ada apa?" tanyanya.

"Bagaimana dengan kabar anak kesayanganku."

"Hahaha pria tua bangka yang menjijikan, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku sangat baik terlebih lagi aku sudah menemukan pujaan hatiku yang baru."

Jaemin menggertakan giginya menahan emosi. "Selamat bermain dengan wanita barumu, bajingan."

"Apakah kamu tidak senang? Lagi pula apa itu, bajingan? Aku ini ayahmu loh."

"Seorang ayah tidak akan tega menjadikan anaknya yang sakit sebagai alat percobaan."

Tuut...

Jaemin melempar handphone nya ke tembok sampai hancur.

"ARRGHH-!" Teriaknya sambil menginjak, injak kepala anjing yang sudah hancur.

"ARRGHH-!" Teriaknya sambil menginjak, injak kepala anjing yang sudah hancur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[21+] Screams of Blood X Na JaeminWhere stories live. Discover now