01: Idiot

1.6K 161 53
                                    

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untukVote kalau perlu commentSebagai dukungan kecil untuk author

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jung Hyunri

Tiga bulan berlalu sejak kejadian itu menimpa padaku. Teman sejatiku sudah berbaring tenang di tepian sana dengan hanya menyisakan beberapa helai rambutnya, tulang kering yang sudah di pisahkan dari dagingnya dan tentu saja ibu jarinya.

Beberapa bukti sudah di temukan saat hari itu juga, tetapi sampai sekarang polisi belum juga mendapatkan tanda-tanda pelaku yang membunuh Haechan.

Dan semuanya tenggelam begitu saja.

Pihak kepolisian yang menyelidiki kasus dan detektif-detektif handal sudah angkat tangan, juga orang tua Haechan sudah mengikhlaskan kepergian putranya yang sangat periang.

Menurut pengakuan kedua orang tua Haechan, dia tidak pernah terlibat pertengkaran hebat ataupun terlilit hutang. Kalaupun ada pasti dia sudah cerita pada diriku dan orang tuanya.

Setelah mengirim doa untuk Haechan, aku bergegas pergi dari pemakanannya yang sederhana.

Saat tubuh ini berbalik, alangkah terkejutnya aku mendapati pria bertubuh jangkung dengan tudung hoodie hitam yang menutupi kepalanya dan sekuntum bunga anggrek di tangan kirinya.

Mungkin orang ini keluarga jauh Haechan, aku tidak mengenali dia.

"Silakan," aku bergeser sedikit mempersilakan orang ini.

Dia mengangguk lalu menahanku sebelum menghindar. "Siapa dirimu?" tanyanya tanpa melirik ke arahku. Wajahnya terus-terusan menunduk dan poni rambut menutupi matanya.

"Aku Hyunri, teman Haechan. Dan kamu?"

"Jaemin, Na Jaemin. Aku adalah kakak dari mantan Haechan," jawabnya sambil melempar bunga anggrek atas tanah, tempat terkuburnya Haechan, lalu dengan seenaknya pergi begitu saja.

Aku membelalakan mata terkejut dengan apa yang di lakukan Jaemin. "Hei, kamu!" teriakku tidak santai.

"Apa?"

"Tidak sopan!" kataku memukul dada bidang Jaemin dengan tas tangan. "Mengapa kamu melakukan itu? Niat mendoakan dia tidak?"

"Mendoakan? Untuk apa? Gara-gara dia mati, adikku jadi jatuh sakit!" Jawabnya.

Karena tidak kuat menahan emosi, aku langsung mencengkram kerahnya. "Gara-gara dia? Musibah tidak ada yang tahu, bodoh. Adikmu saja yang lemah, seharusnya dia mengikhlaskan kepergian Haechan."

Jaemin menarik tanganku, mengangkat ke atas udara sampai-sampai kakiku tak menginjak bumi. "Lepaskan! Hei bodoh!" aku meronta-ronta.

"Tarik perkataanmu!"

"Apa-apaan? Kamu gila."

"Tarik perkataanmu!"

"Dasar gila, kenapa kamu tidak pergi kerumah sakit jiwa saja?"

Jaemin melepaskan aku tiba-tiba, membuat tubuh ini terjatuh ke atas tanah. "Ide yang sangat bagus. Andai aku mempunyai seorang adik," balasnya sambil berlari menjauh dari tempatku.

"Apa?!" tanyaku pada diri sendiri.

Apa yang di maksud Jaemin, benar-benar tidak waras. Semoga saja aku tidak akan pernah bertemu dia lagi.

 Semoga saja aku tidak akan pernah bertemu dia lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[21+] Screams of Blood X Na JaeminWhere stories live. Discover now