13: Dress code

545 69 2
                                    

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untukVote kalau perlu comment Sebagai dukungan kecil untuk author

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Jung Hyunri

Jeno mendesis dengan suara yang gemetar di ujung panggilan. Dia sangat takut, khawatir dan kondisinya sekarang sedang tidak baik-baik saja. Aku lihat unitnya pun gelap, sudah 3 hari dia tidak membuka kordennya.

"Apa yang harus kujelaskan pada orang tuanya. Aku orang terakhir yang di temuinya sebelum menghilang."

Aku mendesah kasar. "Kamu ini bodoh sekali, kenapa harus bertanya padaku? Kamu jelaskan sedetail mungkin."

"Aku tidak mampu. Pikiranku melayang memikirkan hal yang aneh, bagaimana kalau dia—"

"Jeno! Berpikirlah hal yang positif!" Bentakku memotong perkataan Jeno. Kemudian terdengar suara isak tangisnya, membuatku merasa tidak enak karena sudah membentaknya tadi. "Maaf, Jeno."

Panggilan pun terputus setelah aku mengatakan maaf pada Jeno. Tubuhku mendadak lemas, mungkin karena aku belum makan dari pagi.

Tadi pagi Jaemin memberiku makanan, kenapa aku tidak memakan makanannya? Bodoh sekali. Aku memanaskan daging sekitar dua menit di microwave sebelum kumakan.

Satu suap, dua suap dan sampai entah suapan ke berapa, aku baru menyadari ada dua helai rambut panjang bergelombang yang bercampur dengan makanan. Tadinya aku berpikir ini rambut Jaemin yang rontok lalu jatuh ke dalam masakan, tetapi rambutnya tidak sepanjang ini.

Terserah, aku tidak mau banyak berpikir. Itu membuatku menjadi mudah lelah. Wajar saja kalau sedikit tidak bersih, ya karena Jaemin seorang laki-laki.

"Hyunri."
Haechan merentangkan tangannya sambil melayang mendekatiku, niatnya ingin berpelukan tetapi dia malah menembus tubuhku. "Dalaman mu berwarna hitam."

Aku memutar bola mata malas, kemudian mendekati dapur. "Tebakan mu kali ini benar," balasku.

"Memang benar, aku 'kan pintar," kata Haechan sombong.

"Itu karena kamu mengintip kakak saat sedang memakai baju," tambah Goeun yang tiba-tiba muncul di sampingku. Wajah Haechan berkerut tidak suka, hal ini membuatku curiga terhadapnya.

Kutatap Haechan lebih dalam dengan ekspresi sedatar mungkin. "Benar itu, Lee Haechan?"

"Ti-tidak, itu tidak benar. Goeun yang menyuruhku," jawab Haechan terbata-bata. Lalu aku melirik ke arah Goeun. "Goeun?"

"Aku hanya mengatakan bahwa kak Hyunri sedang memakai baju dan tidak untuk menyuruhnya mengintip. Memang pada dasarnya dia sangat bodoh," jelas Goeun.

Tadinya Haechan ingin menghampiri Goeun yang sudah bersembunyi di balik tubuhku, tapi aku tahan dia dengan tatapan tajam. "Dasar laki-laki mesum, kenapa kamu tidak—"

[21+] Screams of Blood X Na JaeminDonde viven las historias. Descúbrelo ahora