14: Police

506 70 10
                                    

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untukVote kalau perlu comment Sebagai dukungan kecil untuk author

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jung Hyunri

"Jaemin," panggilku yang duduk canggung di sebelahnya. Dia hanya berdeham tanpa menoleh sedikit pun karena matanya fokus pada lalu lintas.

Aku tidak tahu alasannya kenapa tadi aku memanggil Jaemin, mungkin bibirku hanya usil agar suasana tidak canggung. Tapi, sungguh ini benar-benar canggung.

Omong-omong soal kendaraan, mobil yang aku tumpangi adalah mobil milik Jaemin yang sudah pasti harganya bermiliaran. Aku baru tahu ada orang kaya yang mau berteman denganku, maksudku sangat kaya. Iya, Jaemin begitu kaya sampai-sampai ia sudi mengajakku naik mobil dengannya, dan menggratiskan aku makan di restoran paling mahal di kota ini.

Tidak lama kemudian kami berdua sampai dan sesuai yang aku pikirkan. Jaemin sudah mempersiapkan meja eksklusif beserta menyewa pegawai di sini. Dia pun sudah memesan makanan yang ada di menu sebelum kami datang kesini. Yang menjadi pertanyaan, kenapa Jaemin rela mengeluarkan banyak uang untuk ini? Bagaimana bisa dia sangat kaya? Sedangkan yang aku lihat dia selalu di dalam unitnya dan tidak melakukan apapun.

"Kamu sampai repot seperti ini?" tanyaku agak ragu, takut menyinggung perasaannya. Tiba-tiba dia tersenyum hangat, "Tidak. Lagi pula tempat ini milik kenalanku."

Aku mengangguk. Suasananya sangat canggung, apa karena Jaemin yang terlalu kaku atau aku yang terlalu malu. Jujur saja aku malu karena memakai pakaian seperti ini, sangat kuno.

"Ada apa?" tanya Jaemin.
Aku langsung menatap Jaemin, lama. Sampai akhirnya aku memalingkan wajahku karena malu.

Bisa-bisanya aku menatap dia dengan waktu lama.

"Ada yang bisa di bicarakan?" tanya Jaemin lagi.

Mau tidak mau aku harus mengatakan ini. "Kenapa kamu kaku, Jaemin? Maksudku, aku tidak pandai berbicara pada orang baru."

"Apa aku baru bagimu?"

"Ah bukan begitu, maaf Jaemin."

"Tidak apa-apa."

Hening kembali, hanya ada musik jazz yang menemani. Aku mengedarkan pandangan kesekitar, membiarkan mataku ini beradaptasi dengan hal-hal yang begitu mewah.

"Ah!" Aku terkejut dan hampir berteriak mendapati tangan Jaemin menyentuh pahaku yang tidak tertutup kain. "Dingin," katanya sambil membuka tuxedo, ia menyelimuti pahaku dengan tuxedo miliknya.

"Maaf, tadi aku lancang."

Aku menggeleng cepat, "tidak, terima kasih."

Aku kira orang ini cabul dan akan berbuat hal yang aneh. "Jaemin, maaf."

Jaemin yang ingin meminum alkohol jadi terhenti karenaku. Dia tersenyum sambil menatap dalam mataku. "Ada apa?" tanya Jaemin. Suaranya sangat lembut menyusup ke telinga.

Kalau dia seperti ini terus, nantinya aku bisa-bisa salah tingkah. "Begini, apa kamu tidak malu?"

"Maksudmu apa?" Jaemin mulai menyesap sedikit demi sedikit alkohol di gelas yang langsing.

"Aku tidak cantik, pakaianku—"

"Untuk apa kamu berpikir seperti itu? Apa kamu merasa tidak nyaman? Kalau tidak nyaman dengan pakaian itu, kamu buka saja."

Seketika aku terdiam sambil tersipu malu. Lalu Jaemin memegang punggung tanganku. "Kamu cantik, tidak usah di pikirkan tentang pakaianmu. Aku sangat menyukainya, dan aku sangat kenal dengan seseorang yang mempunyai selera pakaian seperti ini."

Sesampinya kami berdua di lantai unit, kami melihat ada beberapa polisi yang sedang memeriksa sesuatu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesampinya kami berdua di lantai unit, kami melihat ada beberapa polisi yang sedang memeriksa sesuatu. Salah satu polisi tersebut menghampiri aku dan Jaemin. "Selamat malam, dengan nyonya Jung?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Iya, aku Jung Hyunri."

Polisi tersebut mengeluarkan selembar foto dan memperlihatkan padaku. Aku menoleh sebentar ke arah Jaemin, dia sangat santai sambil tersenyum.  Tidak sepertiku yang mulai gemetar. "I-itu Han Rinyoung," kataku.

"Iya, benar sekali. Apa anda bisa memberikan beberapa informasi sebelum dia menghilang?"

"Beberapa hari yang lalu aku dan temanku bertemu dengannya di basement mall. Ia sempat bertengkar kecil dengan temanku, karena kesalahpahaman. Sejak saat itu aku tidak mengetahui kabarnya," aku menjelaskan pada polisi ini secara singkat dengan peristiwa yang kuingat.

"Apa teman yang anda maksud bernama Lee Jeno?"

Aku mengangguk.

"Apa yang di sebelahmu tahu tentang Han Rinyoung?"

"Aku rasa tidak, Jaemin baru pindah ke kota ini."

"Baiklah, maaf mengganggu kalian berdua. Terima kasih dan selamat malam."

Aku bisa bernapas lega setelah para polisi tadi itu pergi. Sungguh aku sangat kaku dan takut, baru pertama kali aku di interogasi seperti ini. "Semoga Rinyoung cepat di temukan," kataku.

Jaemin jalan lebih depan dariku. "Dia sudah mati," balas Jaemin. Aku menanggapinya dengan kekehan garing sambil memukul-mukul pelan punggungnya. "Hahaha, itu tidak lucu, Jaemin."

"Lagi pula siapa yang sedang melawak?" tanya Jaemin.

Seketika mataku membulat. Apa yang di maksud Jaemin, apa dia tahu tentang Rinyoung?

"Kamu sangat lucu. Aku hanya bercanda, hahaha."

Jaemin menepuk-nepuk pelan puncak kepalaku, lalu di susul dengan mencium pipiku. "Selamat malam," kata Jaemin sambil berjalan mendekati unitnya.

 "Selamat malam," kata Jaemin sambil berjalan mendekati unitnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[21+] Screams of Blood X Na JaeminWhere stories live. Discover now