15: A Dream

375 55 23
                                    

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untukVote kalau perlu comment Sebagai dukungan kecil untuk author

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jung Hyunri

Sudah lebih dari lima minggu sejak hilangnya Rinyoung dan polisi belum mendapatkan bukti lain. Kasus ini sama seperti kasus Haechan, lebih parahnya tidak ada bukti sama sekali. Tidak banyak yang tahu informasi tentang hilangnya Rinyoung. Ini semua sangat membingungkan.

Sore ini, aku telah selesai dengan wawancara di calon tempatku bekerja nanti, semoga saja aku di terima. Aku harus mendapatkan uang, aku tidak seharusnya terus mendapatkan uang dari orang tuaku.

Di kala aku letih, Haechan datang membawa Goeun dan wanita tanpa nama penuh darah. Seperti sedang berpesta dan aku tokoh yang tengah mabuk, mereka bermain kejar-kejaran sambil berteriak.

"Kalian! CUKUP!" teriakku karena habis kesabaran. Mereka seketika terdiam sambil membulatkan mata mengarah padaku. "Apa kerjaan kalian cuma seperti ini? Arwah penasaran yang tak tahu tujuannya, bukannya mencari kebenaran sendiri, tetapi menyusahkan orang. Malah aku yang terlibat."

Aku menghela napas panjang sambil berjalan mendekati kamarku. "Maaf aku lelah. Kalian boleh berbuat apapun, tapi tinggalkan aku sendirian di kamar."

"Hyun-"
Suara Haechan lemah terpotong karena pintu kamar sudah aku tutup. Tetapi Haechan datang menembus pintu. Aku yang sedang menenggelamkan wajahku pada bantal terkejut saat tangan Haechan yang dingin mengusap kepalaku. "Kamu seperti anak-anak, ya," katanya sambil tertawa.

"Pasti susah merantau dan jauh dari orang tua. Seperti aku, arwah tidak tenang yang sedang mencari kebenaran," Haechan ikut merebahkan tubuh transparannya di sebelahku, tangan kanannya masih setia mengusap rambutku. "Sebenarnya aku ingin tidur dengan kedamaian dan kamu lah orang yang bisa mengantar kami."

"Kenapa harus aku?" tanyaku.

"Cepat atau lambat kamu akan menyadari sesuatu. Insting hantuku mengatakan seperti itu."

"Aku harus mengiyakan saja," balasku pasrah. Setelah mengatakan itu, kantukku telah menguasai diriku. Tetapi Haechan menyentil dahiku dengan keras, sehingga menimbulkan nyeri dan kemerahan. "Haechan!"

"Kamu harus hati-hati. Oke, sampai jumpa. Aku mau berkeliling lagi."

Aku mengerang keras sambil meregangkan otot-otot tubuh. Dan teringat beberapa hari ini aku jarang bertemu atau bertelponan dengan Jeno. Ya aku sempat menghubungi Jeno, tetapi tidak tersambung. Korden balkonnya pun selalu tertutup, aku hanya bisa melihat samar-samar bayangan Jeno dari balik korden lace.

Apa yang sedang di lakukan Jeno sekarang?

Ku letakan tangan kanan menutupi mata, lalu kemudian tertidur.

"Aakkhh!!!" aku berteriak kencang karena mendapatkan mimpi buruk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aakkhh!!!" aku berteriak kencang karena mendapatkan mimpi buruk. Tubuhku gemetar dengan kasur yang basah karena keringat. Tanpa aku sadari, aku telah tertidur lama. Iya lama, karena aku tidur dari sore dan sekarang sudah pagi.

Tidak lama kemudian Goeun datang sambil membawa segelas air mineral. "Kamu tidak apa-apa, Hyun?" Tanya dia khawatir.

"Katakan padaku, dimana hantu perempuan yang selalu bersamamu?"

Goeun kelihatan bingung. "Hantu perempuan? Aku rasa tidak tahu, yang bersamaku hanya Haechan saja."

Aku menghembuskan napas kasar lalu bertanya lagi pada Goeun. "Ha-hantu perempuan ya—?"

Drrtt... Drrtt... Drrtt...

Ku tatap sekali lagi Goeun yang berdiri tidak berpijak. Aku mengambil handphone dengan tangan yang gemetar, kemudian mengangkatnya. "Halo?" sapaku lebih dulu dari sang penelpon.

"Selamat pagi, dengan Jung Hyunri?" Tanya seseorang di ujung sana dengan suara yang sangat asing di telingaku.

"Iya, saya sendiri Hyunri."

"Maaf atas ketidaknyamanannya karena mengganggu waktu pagi anda. Saya diberi tahu dari atasan untuk menghubungi anda supaya anda dapat menemui Dr. Jung di kantor. Terimakasih."

"A-apa aku di terima kerja?"

"Yang saya tahu kemungkinan besar iya. Saya sudahi telepon ini, permisi."

Tuuuttt...

Aku menatap Goeun sambil menahan air mata bahagiaku keluar. Dia kelihatan bingung. "Aku di terima kerja!" teriakku di depan wajah Goeun.

Kuperhatikan Goeun sama sekali tidak tertarik, dan malah dia kelihatan lebih waspada sekarang. Gimik wajahnya sangat serius melihat ke arah luar jendela. Aku ikuti arah pandangan Goeun. Iya benar ada sesuatu bayangan yang menggantung di sana.

Tok... Tok... Tok...

Aku maupun Goeun terkejut karena suara pintu yang di ketuk. Lalu kami berdua pergi dari kamar untuk membuka pintu.

"Hai," sapa orang tersebut.

Aku langsung memeluknya kencang. Sudah berhari-hari aku tidak bertemu orang ini, rasanya sangat haru. "Kamu kemana saja? Aku khawatir, Jeno."

Jeno mengusap-usap kepalaku sambil tersenyum tiba-tiba dia mencium puncak kepalaku. "Maaf tidak mengabarimu," katanya.

Aku menunduk malu menyembunyikan pipiku yang kemerahan karena ulahnya. "Mari masuk."

"Maaf berantakan hahaha."
Jeno tersenyum tipis menanggapiku.

Atmosfer kecanggungan menyelimuti di antara kami berdua, Jeno sibuk dengan handphonenya. Mengetik sesuatu yang aku tidak tahu. Bukan mengirim pesan, tetapi seperti note penelitian.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanyaku untuk basa-basi.

Jeno menjawab pertanyaannya singkat tanpa melihat ke arahku. "Cukup lancar."

Goeun yang sedari tadi berdiri di belakang Jeno pun menggeleng pasrah, lalu mendekati seraya berbisik di telinga. "Buatkan sesuatu, minuman atau camilan."

"Ah tunggu sebentar, Jeno."

"Iya?" Jeno melihat ke arahku sebentar dan fokus kembali pada handphonenya.

"Akan aku buatkan teh," kataku sambil berjalan menuju dapur. Tetapi Jeno menghentikanku, "Tidak usah, aku akan pergi sebentar lagi."

"Tapi—" aku menghentikan bibirku yang ingin mengatakan sesuatu karena tatapan Jeno begitu meyakinkan.

Jeno menutup matanya selama beberapa detik. "Siapa gadis cilik yang di sebelahmu, Hyunri?"

 "Siapa gadis cilik yang di sebelahmu, Hyunri?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[21+] Screams of Blood X Na JaeminWhere stories live. Discover now