08: Kiss

1.1K 88 1
                                    

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untuk
Vote kalau perlu comment
Sebagai dukungan kecil untuk author

Sebelum mulai membaca, alangkah baiknya untukVote kalau perlu commentSebagai dukungan kecil untuk author

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jung Hyunri

Plak!

Satu tamparan kencang mendarat di pipiku, membuat tanda merah. Pedih sampai air mataku terjatuh.

Kemudian perempuan berambut pendek ini menjambak rambutku. "Kamu dengan teganya merebut Jeno, kenapa?!" tanya dia membentak.

Aku terdiam, tidak tahu mau mengatakan apa. Kalau ku jelaskan juga perempuan ini tidak akan percaya.

Perempuan ini hendak memukulku pakai tas tangannya, tetapi Jeno lebih dulu memelukku sehingga tidak terkena pukulan tadi.

Jeno menarik tangan perempuan tersebut dengan amarah. "Dengar baik-baik! Sejujurnya aku sudah tidak mencintaimu lagi, aku masih menunggu kamu yang memutuskan hubungan ini. Tetapi sekarang kita resmi putus."

Aku masih diam di pelukan Jeno sambil sesenggukan. Tidak kuat untuk melihat adegan ini.

Jeno langsung menarik lenganku mendekati mobilnya yang terparkir.

"Jeno! Aku masih cinta kamu, kenapa kamu malah meminta putus?"

"Satu hal yang aku tidak suka darimu, pikirkan baik-baik sifatmu yang kekanak-kanakan itu. Oh iya satu lagi, Hyunri sahabatku bukan selingkuhan."

Aku duduk sambil menunduk di sebelah bangku kemudi, masih menangis merasakan perih pada ujung bibir dan pipiku.

"Sudah, jangan menangis," Jeno menenangkanku.

Dia mengambil gel dingin pereda rasa memar, lalu mengoleskan gel tersebut ke pipiku. "Bibirmu berdarah, kita pulang ke apartemenku. Akan aku obati lukanya."

Jeno langsung menancap gas mobil, keluar dari area parkir.

Aku menyadari bahwa perempuan yang sekarang telah menjadi mantan Jeno masih berdiri di sana sambil menangis. Aku tahu rasa sakit yang dia rasakan, tamparan yang dia berikan tidak sebanding dengan sakit yang dia rasakan sekarang.

Sungguh sakit, aku jadi ikut merasakan perasaannya yang sekarang. "Jeno," panggilku.

Jeno hanya berdeham tidak memalingkan pandangannya, ia fokus mengendarai mobil. "Tidak jadi," lirihku.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai pada basement. Setelah memarkirkan mobil, kami berdua masih tetap duduk diam di dalam mobil.

Tiba-tiba Jeno menarik tanganku, kepalaku nyaris menubruk perutnya jika saja seatbelt tidak terpasang.  "Jen—"

Aku tidak bisa berkata-kata lagi saat Jeno tiba-tiba mencium pipiku. Setetes air mata mengalir dengan halus di pipi tirus Jeno. "Maaf," katanya.

"Kenapa?"

[21+] Screams of Blood X Na JaeminWhere stories live. Discover now