Bab 8

250K 28.3K 1.6K
                                    

Auva langsung membawa Ranayya kerumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Auva langsung membawa Ranayya kerumah sakit. Saat tengah malam, Nenek Ani memberitahu jika Ranayya panas tinggi.

Nenek Ani menginap dirumah karena Ranayya masih takut sama Auva, Mamanya sendiri. Auva sangat khawatir sekali, karena kondisi fisik Ranayya memang lemah dan tidak tahan penyakit.

"Dia demam tifoid atau tipes, terkena bakteri salmonella typhii. Mungkin Ranayya alergi makanan atau minuman yang ia konsumsi, penanganannya sangat cepat, saya akan memberikan Antibiotik untuk, Ranayya," jelas dokter Seka.

Memang setelah dimarahi oleh Auva. Tiba tiba Ranayya jadi demam tinggi dan diare juga. Kepalanya juga ikut pusing serta sakit di tubuhnya.

Auva memasangkan pampers pada Ranayya. Ia menatap sendu anaknya yang kini tertidur, karena kalo sakit begini Ranayya akan sangat rewel dan selalu menangis yang membuat Auva kelelahan menenangi anaknya.

"Vitaminnya juga saya akan ganti yang baru," lanjut dokter Seka.

"Terimakasih dok," ucap Raka dan mengantar dokter Seka keluar dari ruang inap Ranayya.

Lagi dan lagi, Ranayya masuk kerumah sakit, dua bulan yang lalu Ranayya harus masuk rumah sakit juga karena sesak napas tiba tiba saat terjatuh di taman bermain.

Auva duduk disamping anaknya yang tertidur. Mengecup lembut tangan mungil anaknya dan begumam, "Cepat sembuh sayang. Maafin, Mama."

"Nak, Auva, lebih baik kamu besok sekolah. Biar Nenek yang jaga Ranayya," ujar Nenek Ani memegang lembut bahu Auva.

Besok ada tes lisan di kelas. Tak mungkin Auva meninggalkan tes lisannya dan ia tak bisa juga meninggalkan Ranayya dalam keadaan seperti ini.

"Ada Abang, Va, yang jagain," celetuk Raka yang baru masuk.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi dan berat rasanya meninggalkan Ranayya.

🐈

Dilapangan yang panas, didepan sang merah putih. Kini keenam remaja sedang hormat pada sang merah putih. Dihukum karena wajah yang babak belur dan guru sangat yakin, ketidakhadiran keenam remaja ini kemarin karena tawuran. Mereka tentunya tak bisa mengelak.

"Seharusnya kalo udah gini. Diobati, bukan malah dijemur kek ikan asin!" sungut Bayu.

"Dengan kekuatan gue, gue bakal ciptain gempa dan merobohkan sekolah. Libur deh," ujar Gempano mendapatkan toyoran dari Gibran si prince ice sama seperti Damares.

"Ngotak!" maki Gibran.

"Tanam tanam ubi tak perlu dibajak, tampang macam babi-"

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang