Bab 43

176K 19K 3.9K
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

Bonus satu part yaw. Nanti malam up lagi kok

Sepulang sekolah. Damares langsung kerumah Auva, mengajak Ranayya untuk kerumah Gempano karena dia ada urusan dengan lelaki jahil itu.

Rain, Mamanya Gempano, mempersilakan Damares masuk. Kedatangan Ranayya membuat senyuman Angin terukir dan menghampiri gadis kecil itu.

"Hai, Rayya," sapa Angin.

Ranayya menoleh ke sumber suara dan melihat ada Angin disampingnya. "Hai."

"Ikut aku yuk," ajak Angin.

Ranayya pun menatap Damares. Lelaki itu mengangguk, dengan cepat Angin menggenggam tangan Ranayya membawanya ke taman rumah. Disana ada ayunan.

Tak membuang waktu. Damares segera ke kamar Gempano. Sedangkan Ranayya bermain ayunan.

"Rayya, Angin boleh tanya?" disela bermainnya Angin menyempatkan diri bertanya.

Gadis kecil yang sedang mengayunkan kakinya agar ayunan bergerak pun hanya mengangguk saja.

"Tadi itu, Papa. Rayya?"

"Iya, kenapa?"

"Kok, Papa, Rayya, mau sih temanan sama Bang Gempa?"

"Emang kenapa, Mama aja temanan sama Uncle Gempa. Seharusnya yang jadi pertanyaan itu, kenapa Rayya mau temenan sama Angin!" Ranayya terkikik geli.

Angin mendengus sebal. "Emang Rayya nggak mau temanan sama, Angin?"

Angin memang tampan. Kecil aja tampan apalagi besar, cuman tingkahnya itu sebelas dualima sama Gempano. Nyebelin banget kadang.

"Enggak!" jawab Ranayya jujur.

Angin pun turun dari ayunannya. Memberhentikan ayunan Ranayya menatap gadis kecil itu lekat.

"Yasudah kalo ngga mau temanan sama Angin. Menikahlah sama Angin, ngga perlu jadi teman tapi bisa dekat."

"Menikah itu untuk orang dewasa. Lagian nikah juga butuh teman hidup, sama aja namanya teman!"

"Kalo begitu, berjanjilah jika nanti Angin dan Rayya udah jadi orang dewasa kita akan menikah. Bagaimana?" tawar Angin mengulurkan tangannya.

Ranayya tertawa menerima uluran tangan Angin dan turun dari ayunan. "Menjadi dewasa itu tidaklah mudah, Angin."

"Angin harus gimana biar Rayya mau temanan sama Angin. Angin belain belajar terus agar sekelas sama Rayya 'lho."

"Tapi, Rayya nggak minta Angin belajar biar sekelas sama, Rayya."

Gadis kecil itu menjawab sembari bermain permainan yang ada ditaman milik Angin.

Tak menyerah, Angin pun kembali menghampiri Ranayya yang sedang memainkan scooter miliknya.

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Where stories live. Discover now