Bab 53

159K 21.4K 5K
                                    

*Rame-rame gini ga ada yang mau follow gue apa? Gue 'kan rajin update wkwk

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

*Rame-rame gini ga ada yang mau follow gue apa? Gue 'kan rajin update wkwk.
Instagram : siska.fbrnti4
Hitung-hitung gitu 'kan kita mutualan virtual. Kek doi virtual aja anjir wkwk. Dah skip gaje.

Part ini pendek. Ada bagian yang aku hapus. Karena ga masuk akal aja wkwk. Secepatnya diganti

🐈

Auva memasuki ruang inap Ranayya dengan terburu-buru. Mengambil gendongan Ranayya dari Gibran yang menenangkan Ranayya bersama Jenisha.

"Nggak mau sama Uncle jahat, Maa," rengek Ranayya yang terisak.

"Nggak sayang. Kamu sama Mama sekarang. Rayya, nggak akan pergi kemana-mana lagi."

Diruang inap Ranayya ada teman Auva dan Damares. Ada Nenek Ani juga yang membantu menenangkan Ranayya.

Ia tau jika gadis kecil ini masih ketakutan dan trauma. Auva duduk di atas brankar, mengusap punggung Ranayya yang masih terisak dan selalu berkata "Tempatnya gelap dan ia takut berada disana."

Damares pun datang setelah mengambil obat Ranayya. Duduk di atas brankar juga, ikut menenangkan Ranayya yang masih trauma.

"Kasihan banget sih, Rayya, keponakan gue," lirih Yuni menjatuhkan kepalanya di bahu Mel. Mereka duduk di sofa.

Mereka semua juga khawatir setelah mendapatkan kabar dari Gempano dan berakhir memilih ijin dari sekolah. Inilah alasan Gempano datang sangat awal membawa sarapan kerumah, Auva.

Kali aja gitu Auva luluh dan mau berbesanan dengan Mamanya. Masih berharap jika Angin bisa bersama Ranayya. Mempererat pertemanan, gitu.

"Jangan nangis, sayang," ucap Damares mengusap pipi Ranayya yang basah karena air mata gadis kecil itu.

Ranayya tak mau melepaskan pelukan Auva. Ia takut dibawa kerumah itu lagi. Melingkarkan kakinya di pinggang Auva dengan posesif.

Damares meletakkan kedua tangannya di paha Auva. Memperhatikan wajah anaknya dari samping dan memberikan kecupan lembut pada pipi basah itu.

"Jangan nangis lagi, Rayya. Nanti digigit sama Uncle Gempa," timpal Bayu ngasal.

Bukannya meredakan tangisan Ranayya. Malah membuat tangisan itu semakin kencang, Bayu kelabakan sendiri saat ditatap tajam oleh Damares.

Sedangkan tawa Gempano dan Nevano sudah pecah. Seno hanya terkekeh pelan saja, diam-diam ia memperhatikan kedekatan Gibran dan Jenisha.

Jenisha tersentak kaget saat tangannya di genggam oleh Gibran. Ia mendongak menatap Gibran yang tampak tenang.

Hatinya berdebar hebat. Hingga siulan dan ejekan terdengar dari teman-temannya yang menyadari dengan cepat Jenisha melepaskan genggaman tangan itu. Tak aman buat jantungnya.

"Tidur, Dam," kata Auva saat Ranayya tak menangis lagi berkat Bayu juga yang membantu menenangkannya.

"Akhirnya gue bermanfaat juga untuk anak kecil. Kirain manfaat gue cuman bisa bikin anak doang," celetuk Bayu tanpa dosa dan menatap Yuni dengan genit.

Yuni melemparkan tatapan tajam-nya membuat Bayu kicep.

"Ambil minyak kayu putih, Dam," titah Auva.

Damares pun mengambilnya dan memberikan pada Auva. Ia mengusap punggung belakang anaknya dengan minyak kayu putih.

Ranayya terlelap lagi. Raka, Ayah, dan Tuan Dirga mengurus kedua mayat Fela dan Roni.

Teman Auva dan Damares berpamitan pulang setelah menjenguk Ranayya. Auva merasakan pegal dibagian belakang saat duduk terus di atas brankar.

"Nggak mau lepas, Dam."

Auva berusaha melepaskan pelukan Ranayya untuk membaringkan gadis kecil itu. Namun, pelukannya sangat erat sehingga susah untuk dilepaskan. Tetapi, Ranayya tetap terlelap dengan tenang.

"Coba maju," suruh Damares.

Auva pun memajukan tubuhnya dan berusaha agar anaknya tak bangun. Damares duduk dibelakang Auva.

Menarik pelan tubuh Auva agar bersandar pada dada bidangnya itu. Auva terkekeh pelan sedangkan Damares mengernyit heran.

"Baper adek, Bang," goda Auva.

Tak mengindahkan godaan Auva. Damares memeluk keduanya dari belakang sembari Auva bersandar padanya. Mengelus surai rambut anaknya dengan sayang.

"Nikah muda mau, Va?" tanya Damares berusaha tenang.

"Siapa yang mau nikah sama kamu!"

Damares berdecak pelan, "Jangan bikin aku paksa kamu ya!"

Auva tertawa pelan. Mendongak menatap Damares. Lelaki itu mengecup bibir Auva sekilas sembari tersenyum tipis.

"Nyosor terus!" ketus Auva.

"Kapan lagi! Kalo udah bertiga susah mau berduaan."

"Nyindir anak sendiri nih? Gak bakalan dengar orangnya tidur."

Damares semakin mengeratkan pelukannya. Menempelkan pipinya di pipi Auva. Tidak ada yang mengganggu momen ini, Nenek Ani juga sudah pulang.

Cklek

"Eh maaf, salah ruangan." Ayah yang ingin masuk tak jadi saat melihat pemandangan di depannya ini.

Dengan cepat ia menutup pintu dan tersenyum penuh arti. "Proses punya cucu baru!" Ayah tampak semangat.

Ia akan melakukan cara sendiri. Mengambil kesempatan persyaratan hak asuh untuk menikahkan Damares dan Auva. Ah ia harap ini tak akan gagal.

-JAGA JARAK KEMATIAN-

Tim mana nih

Happy end

Apa

Sad end

SEE YOU

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Där berättelser lever. Upptäck nu