Bab 52

167K 21K 4K
                                    

Auva terbangun, membuka matanya dan melihat wajah Damares yang terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Auva terbangun, membuka matanya dan melihat wajah Damares yang terlelap. Ia semakin mendekap hangat tubuh lelaki itu, perasaannya semakin tidak baik tentang Ranayya.

Ia yakin jika anaknya sedang tak baik saja saat ini. Melihat jam dinding di nakas dan mendudukkan dirinya.

Ternyata hari sudah malam. Seharian ini ia tanpa Ranayya, teman-temannya sudah pulang. Raka dan Ayah sempat pulang sebentar saja kemudian pergi lagi menemui pengacara.

Auva sudah meminta maaf sama Ayah. Ia mengaku salah, namun Ayah memaklumi itu semua. Karena salah Ayah dan Damares juga yang tidak berunding bersama Auva.

Hingga menimbulkan kesalahpahaman sendiri bagi, Auva.

Auva keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di kepalanya. Turun ke lantai bawah menuju dapur hanya membuat teh hangat dan duduk di sofa saja.

"Mau aku buatin minuman?" tawar Auva saat melihat Damares sedang menuruni anak tangga menghampiri dirinya.

"Nggak usah."

Damares duduk disebelah Auva. Menyeruput teh hangat milik gadis itu.

"Rayya, apa kabar ya, Dam?" Auva tersenyum miris, menertawakan nasibnya sendiri.

Hatinya sedang tak baik saja. Bahkan dari tadi ia gelisah dan pikirannya hanya tertuju pada anaknya saja saat ini.

"Mungkin bersama orangtua kandungnya dia akan baik-baik aja," jawab Damares tanpa tau apa yang terjadi.

"Apa selama ini dia nggak baik di asuh sama aku?"

"Bukan begitu, Auva."

"Dam, aku benar khawatir sama keadaan Rayya. Apa kita nggak bisa jenguk dia sebentar aja. Aku janji nggak akan minta, Rayya, balik sebelum waktu yang ditentukan. Aku cuman mau memastikan kalo, Rayya, baik-baik aja."

Tersirat wajah kekhawatiran dimata Auva. Damares tau jika sekarang Auva gelisah pada anaknya. Membawa kekasihnya kedalam dekapannya.

"Kita nggak bisa kesana. Tidak punya ijin dari keluarga Dirga."

"Aku takut anak aku nggak baik-baik disana."

"Tenang ya, kita lewati ini semua. Hanya seminggu, Auva. Setelah itu Rayya milik kita sepenuhnya."

🐈

Ranayya terbangun tengah malam. Saat tubuhnya semakin lemah dan wajahnya sangat pucat sekali.

Bahkan darah dari hidungnya mengering di pipi karena Ranayya tidur miring saat darah segar itu keluar.

"Maaa..."

Berusaha berdiri namun tubuhnya sangat lemah. Ia pun menyeret tubuhnya menjauhi pintu. Pusing di kepalanya menyerang tiba-tiba.

Tak bisa berbuat apa-apa. Saat ini yang ia rasakan adalah ketakutan besar pada gudang dan suasana gelap ini. Tak ada penerangan sama sekali. Hanya ada sedikit cahaya masuk lewat celah-celah kecil saja.

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang