05

23.4K 1.4K 62
                                    

Setelah kejadian Abi dan Abel bertengkar kemarin, mood Abel benar-benar tidak bagus. Belum lagi dengan surat yang di berikan pihak sekolah padanya, membuat mood Abel benar-benar hancur.

Dan posisinya saat ini sedang berada di ruang tamu di temani dengan cemilan juga tv.

"Kak?"

Abel menoleh pada orang yang memanggilnya. Dia hanya memutar bola matanya malas.

"Aku boleh duduk di sini, gak?" tanya Citra dengan ragu.

Lagi-lagi Abel mengabaikan pertanyaan dari Citra membuat Citra tersenyum sedih.

"Yaudah kalo gitu, Citra ke ka--"

"Duduk," ketus Abel membuat senyum indah Citra kembali terbit.

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Citra segera duduk di samping Abel.

"Kak? Citra boleh nanya?"

"Hmm," gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Mmm, kak Abi ngasih Citra cincin, menurut kakak bagus gak?"

Abel sama sekali tak menanggapi pertanyaan konyol dari Citra. Sedangkan Citra sudah merasa terbiasa dengan sifat cuek kakanya.

"Kak Abi kemarin ngasih Citra cincin katanya supaya kak Abi punya alasan buat cemburu sama aku! Sosweet banget'kan?"

Cukup. Abel sudah jengah dengan apa yang Citra bicarakan. Dia malas sekali mendengar segala ocehannya.

"Maksud lo apa sebenernya? Gue gak punya banyak waktu buat nanggepin omongan sampah," sarkasnya kemudian berlalu menuju kamarnya.

Terdengar sadis memang, tapi inilah Abel, Abel bukan wanita yang baik di depan dan buruk di belakang. Jika dia tidak suka dengan orang itu, dia akan mengutarakannya secara blak-blakan tidak perduli jika orang itu sakit hati karena ucapannya.

Menurut Abel, untuk apa bersikap baik di depan orang yang tidak ia sukai? Biar di kira humbel? Biar di sebut orang paling baik? Cih, menjijikan.

"Kapan kakak bisa nerima aku?" lirih Citra dengan memandang kepergian Abel.

_________________________

Dua bulan kemudian

"Bel?" panggil Laura dengan menyenggol lengan Abel.

"Apa sih? Gue lagi minum ini!" kesal Abel yang di balas dengan cengiran oleh Laura.

"Sekarang lo kalo gue ajak main ke club selalu nolak, kenapa?"

Abel mengangkat bahunya tidak tahu.

"Aneh, biasanya juga lo kalo gue ajak pergi langsung gercep."

"Gue juga gak tahu, akhir-akhir ini gue gak mood buat kemana-mana!"

Laura mengangguk mengerti.

Dari tempat Abel dan Laura duduk, mereka bisa melihat bagaimana perhatiannya Abi pada Citra.

"Liat deh, menurut lo mereka berdua cocok gak?"

"Cocok, sama-sama penjilat."

Laura memukul lengan Abel gemas. "Semua orang lo sebut penjilat, Bel!"

"Ya emang gitu kenyataanya," balasnya.

"Terserah."

"Eh, Bel? Liat deh si ketua osis! Menurut lo kenapa dia lari sambil nutup mulut?" tanya Laura pada Abel.

Abel mengikuti kemana arah mata Laura, dan ternyata benar, Abi yang berlari dengan menutup mulut di susul oleh Citra di belakangnya.

"Mana gue tahu," balasnya acuh.

A2(Abel x Abi) ||ENDING||Onde histórias criam vida. Descubra agora