36

21.7K 1.3K 139
                                    

Hay! Kangen gak sama aku>< pasti nggak lah ya:(

Jangan lupa vote+comen ya beb:))

Aku baca komenan kalian yang suruh Abel nyerah-kan, nah di sini bisa kalian baca apa Abel bakal nyerah atau mungkin nggak><

Tanpa banyak cingcong lagi, mending langsung baca aja kuy!

I live you guys<3



*

"Kak, udah siang mending kita pulang!" usul Citra pada Abi yang sedari tadi fokus pada ponselnya.

Abi menengok ke arah Citra dan mengangguk singkat.

"Gak mau ke mall dulu?" tanya Abi yang di balas gelengan oleh Citra.

"Oke."

Mereka berdua sudah menghabiskan hari libur dengan jalan-jalan ke taman, pantai, juga tidak lupa ke warung ayam geprek langganan.

Setelah di rasa Citra sudah siap, Abi pun membawa motornya ke rumah Citra.

Beberapa saat berlalu, tak terasa motor Abi pun berhenti di depan rumah Citra.

"Pasti gak mau mampir lagi!" ucap Citra ketika turun dari motor Abi dan melepaskan helmnya.

Abi tersenyum menanggapi ucapan Citra.

"Aku langsung pulang, ya!"

Citra mengangguk lesu, dan tanpa mereka sadari ada orang lain yang melihat interaksi mereka berdua dengan tatapan khawatir.

"Hati-hati!" pesan Citra yang di balas anggukan singkat.

Citra menghela napasnya pelan ketika melihat Abi sudah menghilang dari pandangannya.

Berbeda dengan Abi, dia sedari tadi sedang cemas dengan keadaan Abel, dia bingung kenapa Abel belum mengabarinya.

Setelah sampai di parkiran apartemen, Abi pun lari ke unit apartemen miliknya.

Dia menekan digit dengan terburu-buru. Ketika pintunya di buka, pandangannya menyusuri seluruh ruangan, namun orang yang di cari tak kunjung ketemu.

Dia merogok sakunya dan mengambil ponsel kemudian menekan nomor milik istrinya.

"Nomor yang an--"

Abi berusaha menghubungi lagi namun hasilnya sama, nomor Abel tidak aktif.

Dia pun melangkah ke jendela, tangannya terkepal ketika melihat Abel keluar dari mobil milik Abu.

Dia yang ketar-ketir memikirkan Abel, malah si pelakunya sedang senang-senang dengan orang lain, pikirnya.

Abi pun kembali duduk bersandar di sofanya hingga suara pintu terbuka.
"Bagus, jam segini baru pulang!"

"Abi," gumam Abel ketika melihat punggung Abi yang bersandar di sofa.

"Kamu udah pulang?"

Pertanyaan yang seharusnya tidak perlu di tanyakan oleh Abel, jelas-jelas Abi ada di depan matanya, namun karena terlalu gugup, pertanyaan itulah yang dia lontarkan.

"Gak usah basa-basi, kenapa baru pulang jam segini? Kenapa handpone lo gak aktif? Terlalu seneng sama pacar lo sampe lupa kalo lo udah punya suami?" tanya Abi dengan panjang lebar.

"A-aku pergi ke rumah Abu dulu, Bi!"

Abi terkekeh sinis, "murahan banget jadi cewek. Di bayar berapa lo sampe main ke rumahnya?"

Abel menatap Abi dengan kecewa, "kenapa kamu gak pernah dengerin penjelasan aku dulu, sih? Menurut kamu aku semurahan itu, hah?"

"Lo emang murahan. Bahkan gue gak yakin anak yang lo kandung itu anak gue!"

Tangan Abel terkepal erat, emosinya mulai naik ke ubun-ubun.

"Atas dasar apa lo ngomong kaya gitu?"

Kosa kata yang di gunakan Abel sontak membuat Abi tertegun.

"Dengan kelakuan lo yang kaya gini mampu buat gue berspekulasi tentang lo! Mungkin sebelum lo tidur sama gue lo udah pernah tidur sama cowok lain di luar sana!" ucapnya dengan enteng.

Mata Abel kian panas mendengar semua kata yang keluar dari mulu Abi.

"Sehina itu gue di mata lo, Bi? Untuk lo ganteng, kalo nggak udah gue gorok lo dari dulu! Gue ingetin sama lo, ya. Gue gak seburuk apa yang ada di otak lo dan gue gak sesuci apa yang gue omongin! Kalo lo pinter, lo bisa faham apa yang gue ucapin!"

"Dan, gue juga merasa aneh sama lo! Lo seakaan-akan cemburu ngeliat gue jalan sama Abu, terus apa kabar sama lo sendiri? Lo dengan entengnya ngomong lo bakal jalan sama Citra, gue mohon-mohon supaya lo bisa anterin gue ke dokter, tapi apa? Gue cuma dapet penolakan dari lo! Lo lebih milih si Citra dari pada gue yang jelas-jelas istri lo!"

Napas Abel naik turun menahan emosi.

Sedangkan Abi, dia sedang mencerna setiap kata yang di ucapkan Abel padanya.

"Lo pikir gue gak sakit hati? Gue sakit hati, Bi! Dimana lo saat gue butuh? Haha yang pasti lo lagi jalan sama pacar lo, right? Dan ya, lo mau gue perjuangin bukan? Tapi lo sama sekali gak perjuangin gue balik. Apa itu adil? Tentu saja itu adil untuk lo, dan gak adil untuk gue!"

Abel menarik napasnya berat, dia memejamkan matanya sekilas kemudian menatap Abi dengan serius.

"Gue nyerah! Gue gak kuat lagi! Sekarang gue serahin semuanya sama lo, gue tunggu surat cerai dari lo, Abi!" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Abi yang mematung.

Abel keluar dari apartemen dengan perasaan campur aduk, dirinya ingin pergi dari Abi, namun hatinya selalu menolak. Namun untuk saat ini pikiran dan logikanya lah yang sedang bekerja, dia lebih memilih pergi dari Abi.

"Arrgg!" erangnya dengan mengacak rambutnya frustasi.

Abi pun bangkit dan mengerjar Abel yang sudah keluar.

"Bel! Gue minta maaf!" teriak Abi membuat orang-orang yang ada di sana heran.

Abel sama sekali tak perduli, dia terus melangkah dengan cepat.

"Bel, gue minta maaf!" ucapnya ketika dapat menyusul Abel, dia mencekal lengan Abel namun dengan cepat Abel menepisnya.

"Mau apa lagi?! Lo mau hina gue lagi, hah?!" teriaknya membuat Abi menggeleng dengan cepat.

"Gak gitu, Bel. Gue tau apa yang gue omongin salah! Gue minta maaf, ayok balik!"

"A-apa? Maaf? Kayanya kata maaf cuma kata yang gak bermakna sama sekali, ya? Lo udah sering minta maaf sama gue, tapi lo selalu ngulangin ke salahan itu! Lo kira gue terima anak gue gak di akuin bapaknya?! Gue gak terima!" teriaknya lagi kemudian berlalu setelah memberhentikan taxi yang lewat.

Tok! Tok!

"Bel! Gue minta maaf! Bel!!" ucapnya Abi sembari mengetuk kaca mobil.

"Jalan pak!" suruh Abel pada pak supir.

Supir tersebut pun mengangguk dan melajukan mobilnya.

"Bel!!" teriak Abi dengan mengejar mobil yang Abel tumpangi namun sama sekali tidak terkejar.

"Arrggg!"

Abi benar-benar frustasi, dia merutuki mulutnya yang tidak dapat di kontrol! Dan yang pasti, dia tidak ingin kehilangan Abel!

"Brengsek," lirih Abel dengan mengusap air matany kasar.

Dia hanya ingin pergi, dia menyerah. Dia tidak bisa bersama Abi lagi, jika dia tetap bertahan pun akan percuma, Abi tidak akan bisa menerima dirinya.

Entah akan kemana dia sekarang, yang pasti dia tidak akan pulang ke apartemen Abi atau pun rumah orang tuanya.

Abel melihat jalanan yang padat dari balik kaca mobil, pikirannya melang-lang buana entah kemana.

Dia memejamkan matanya singkat dan menghembuskan napas beratnya berulang kali.

Bersambung ....

A2(Abel x Abi) ||ENDING||Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon