10

24.9K 1.4K 95
                                    


Di sinilah Abel berada, tepatnya di apartemen milik Abi.

Orang tua Abi yang telah membelikan apartemen ini untuk mereka berdua, yang bermaksud supaya mereka berdua bisa mandiri.

"Ambilin air dong! Gue haus," suruh Abel sambil mendudukan dirinya di sofa, rasanya begitu melelahkan.

"Lo punya tangan? Punya kaki? Ambil sendiri! Gue sibuk," balas Abi dengan melangkah memasuki kamar yang hanya ada satu.

"Gak ada kasian-kasiannya lo sama gue, GUE ISTRI LO YA, ABI!" teriaknya berharap Abi dapat mendengarnya.

"Gue gak pernah ngakuin lo sebagai istri gue," balasnya ketika membuka pintu kamar.

"Lucu lo, tau gitu gak usah lo nikahin gue, biar di kata manusia paling bertanggung jawab, heh." ucapnya dan berlalu dari sana menuju dapur.

Sedangkan Abi hanya memandang datar Abel.

"Ada yang mau gue omongin!" ucap Abi ketika di dekat Abel.

"Penting? Kalo gak penting mending jangan buang-buang suara emas lo deh,"

Abi menghela napasnya pelan, "tentang pernikahan ini,"

Abel hanya diam saja menunggu apa yang akan Abi katakan lagi.

"Gue mau setelah anak itu lahir, kita cerai!"

"Uhuk, uhuk! Gak salah denger gue?" tanya Abel dengan alis yang naik sebelah.

"Gue gak pernah bercanda,"

Mendengar balasan dari Abi sontak Abel tertawa seakan-akan apa yang di ucapakan Abi adalah suatu hal yang lucu.

"Sumpah, gue gak ngerti sama jalan fikiran, lo. Tapi oke gue setuju, gue gak masalah lo mau cerain gue nanti, atau lebih baik sekarang aja! Gue lebih ikhlas,"

"Nanti. Gue gak mau lo ketauan hamil tanpa ada suami,"

Lagi-lagi Abel tergelak dengan ucapan Abi.
"Lo ngomong apa? Sejak kapan lo peduli sama gue? Perasaan dari dulu gosip miring tentang gue udah gue telen, dan sekarang gue masih sehat walafiat,"

Abi menghembuskan napas beratnya. "Terserah. Dan satu lagi, gue gak mau Citra sampe tau!"

Ketika mendengar nama Citra, sontak Abel mengeratkan cekalannya pada gelas. "Secinta itu lo sama dia? Tapi it's oke, gue juga gak perduli,"

"Ah iya. Berhubung kamarnya cuma ada satu, lo harus tidur di ruang tamu! Gue sih ogah tidur seranjang sama, lo," sambungnya.

"Lo fikir gue mau seranjang sama, lo? Ogah. Dan ... lo aja yang tidur  di ruang tamu!" balas Abi dengan datar.

Abel memandang sinis Abi, "lo tega sama gue? Pokoknya gue gak mau tau, lo harus tidur di ruang tamu dan gue tidur di kamar!"

"Gak bisa. Oke, gini aja, lo sama gue tidur di kamar aja. Lo tidur di kasur lantai, gue di ranjang, deal?" usul Abi.

Prak!

Abel meletakkan gelas di tangannya dengan keras, kemudian memandang Abi sinis, "gue gak setuju. Gue yang tidur di ranjang dan lo tidur di kasur lantai." ucapnya mutlak, kemudian berlalu meninggalkan Abi sendirian di dapur.

"Oke, fine." batin Abi pasrah.

Abi pun berjalan menyusul Abel yang sudah masuk ke kamar.

Ketika Abi membuka pintu, dapat dia saksikan bahwa Abel sudah terlelap dalam alam mimpinya.

Abi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat posisi tidur Abel, sangat tidak aestetick.

Kepala yang di ujung ranjang, rambut yang menutupi wajahnya dan jangan lupakan dengan kaki yang berada di atas bantal. Apa benar ini Abel?

A2(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang