33

17.8K 1.1K 76
                                    

Aku rajin update ya>< sebenernyasih pengen cepet-cepet tamat, tapi kayanya bakalan ngabisin waktu lama deh:(

Untuk itu aku butuh banget suport dari kalian semua:))

Dan, aku cuma mau ngingetin, aku gak terlalu nyaman di panggil Thor! Aku mau kalian panggil aku Aii! Bisa?

Cuap-cuapnya udah kali ya, sekarang kalian baca ajalah, maaf kalo dikit:))

Happy reading! I love you guys<3











*

"Bi, kamu bisa nemenin aku cek kandungan besok?" tanya Abel sembari duduk di tepi ranjang.

Abi melirik Abel sekilas kemudian beralih pada ponselnya lagi.
"Gue gak bisa."

"Kenapa? Besok aku harus cek kehamilan anak kita loh, Bi!" ucapnya dengan memelas.

"Gue ada janji sama Citra,"

"Please, Bi! Buat besok aja, aku mau kamu yang temenin aku cek kehamilan!"

"Bukannya bulan kemarin gue yang nemenin, lo?" tanya Abi dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Ya, ya aku mau di temenin kamu lagi! Mau ya, Bi?"

Helaan napas terdengar dari mulut Abi, "gue gak suka lo kaya gini, lo mending pergi sendiri aja, atau ... sama temen-temen lo aja! Citra lebih penting dari pada lo!"

Sesak, sakit, dan perih yang Abel rasakan, sebegitu tidak berharganyakah dia sampai Abi menganggapnya tidak penting?

Abel memalingkan wajahnya mencoba menyembunyikan matanya yang mulai me-merah, tangannya terkepal erat, dia tidak suka seperti ini.

"Please, Bi! Gak lama kok, palingan satu jam udah beres!"

Abi berdecak singkat, kemudian menatap mata Abel. "Gue gak bisa." tekannya.

"Kamu udah janji buat buka hati kamu buat aku loh, Bi!"

"Kapan gue buat janji sama lo? Dan ya, gue bolehin lo berjuang bukan berarti lo bisa seenaknya! Gue masih Abi milik Citra, bukan lo!"

Setiap kata yang di ucapkan Abi benar-benar membuat Abel kalah telak, dia hanya bisa terdiam dengan mata berkaca-kaca.

"Mending sekarang lo minum susu! Kasian anak lo!" suruh Abi tanpa menatap Abel.

"Bodoh!" rutuk Abel dalam hati, dia menertawakan kebodohannya sendiri, mau bagaimana pun dia berjuang, meskipun dia jungkir balik atau mengorbankan jiwanya pada Abi, mungkin dia tidak akan perduli sama sekali.

"Kalau kamu butuh apa-apa, kasih tau aku aja!" ucap Abel kemudian berlalu ke luar kamar.

Abi menatap Abel yang mulai menghilang, helaan napas dia lepaskan dengan berat seperti banyak beban yang dia pikul.

"Gue tau lo kuat, maaf," gumamnya.

Abel melangkah ke meja dapur kemudian menyeduh susu ibu hamil, dia meminumnya dengan pelan-pelan. Susu itu benar-benar tidak enak, namun Abel akan tetap meminumnya demi kesehatan sang janin.

"Apa gue harus berhenti ngejar dia?" monolognya dengan menopang dagu.

Tangannya mengelus perutnya dengan pelan, rasa sesak di dada kian menerpa tanpa bisa di cegah.

"Maafin bunda, ya nak! Bunda belum jadi ibu yang baik buat kamu,"

Buliran bening tak terasa meluncur begitu saja, dia menangis tanpa suara, membiarkan buliran-buliran itu keluar.

A2(Abel x Abi) ||ENDING||Where stories live. Discover now