09

22.1K 1.4K 60
                                    

"Maaf, om. Saya akan menikahinya!"

"Memang harusnya begitu!" balas ayah Abel dengan sarkas.

Abel melebarkan matanya tak terima. "Aku nggak mau!"

"Kita duduk dulu, ya nak. Mari pak, bu, nak. Silahkan duduk!" ucap ibu tirinya dengan memegang pundak Abel dan mempersilahkan Abi dan kedua orang tuanya untuk duduk.

"Gak usah pegang-pegang!" sinis Abel pada ibunya.

Dengan napas pasrah ibunya melepaskan cekalannya pada pundak Abel.

"Sebelumnya saya beserta keluarga meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kelakuan anak saya, Abi," kata ayah Abi memulai pembicaraan.

"Saya tidak menyangka Abi akan bertindak sejauh itu, saya benar-benar minta maaf pak, bu!" sambung bunda Abi.

Ibu tiri Abel mengangguk mengerti, sedangkan ayah Abel hanya diam seribu bahasa.

"Tolong maafkan anak saya pak, bu, Abel! Saya benar-benar merasa bersalah dengan adanya insiden ini," ucap bunda Abi.

"Saya berjanji akan membuat anak saya mempertanggung jawabkan kesalahannya. Untuk itu biarkan anak saya menikahi putri dari bapak dan ibu," tambah ayah Abi.

Ayah Abel menghela napas beratnya.
"Baiklah, saya akan mengizinkan Abi untuk menikahi Abel, dengan satu syarat! Saya tidak mau melihat anak saya menderita!" tegasnya.

Sedangkan Abel sudah duduk dengan tegak ingin menyanggah ucapan ayahnya.
"Abel gak mau! Abel nggak akan nikah sama dia, Abel akan urus anak ini sendiri tanpa bantuan kalian!"

"Abel! Ayah nggak mau punya anak hamil di luar nikah, kamu mau membuat nama keluarga ini tercoreng? Ayah tidak mau tahu, kamu akan tetap menikah dengannya!" tegas ayahnya tanpa bantahan sedikit pun.

Abel hanya bisa menertawakan nasibnya dalam hati, sebegitu menjijikannya kah Abel hingga ayahnya malu? Ingin menangis pun rasanya sangat menjijikan.

Bunda Abi yang mendengar penolakan dari Abel sontak mendekat ke arah Abel kemudian menggenggamnya lembut.
"Tolong menikah dengan anak tante ya, nak. Tante benar-benar minta maaf atas kesalah Abi, tolong menikahlah dengannya,"

Oh ayolah, Abel tidak suka tatapan memohon itu! Dia tidak dapat menolaknya.

Akhirnya mau tidak mau Abel pun mengangguk singkat membuat semua orang tersenyum lega kecuali Abi.

"Terima kasih ya, nak?" ucap bunda Abi dan di balas dengan anggukan pelan oleh Abel.

"Kapan pernikahannya di gelar?" tanya ayah Abi.

"Besok. Pernikahan hanya akan di lakukan di KUA," balas ayah Abel.

Ayah Abi mengangguk setuju.

"Apa tidak terlalu cepat?" tanya Abi dengan hati-hati.

"Saya tidak mau masalah ini terdengar oleh orang lain, dan membuat nama keluarga saya tercoreng. Tapi, jika kamu tidak ingin pernikahnnya besok, saya tidak masalah. Saya akan mencari lelaki lain untuk menjadi suami Abel."

Abi menggelengkan kepalanya dengan cepat, tentu saja dia tidak setuju dengan apa yang ayah Abel katakan. "Saya akan menikahinya besok,"

Ayah Abi mengusap pundak anaknya. "Lebih cepat lebi baik, Bi,"

Abi pun hanya bisa mengangguk lirih.

"Berhubung permasalahan ini sudah selesai, saya dan keluarga pamit pulang!" pamit ayah Abi dan diangguki oleha ayah Abel dan ibunya.

Ayah Abi kemudian berdiri di ikuti Abi dan istrinya. Begitu pun dengan Abel dan kedua orang tuanya.

"Sekali lagi saya minta maaf dengan kejadian ini, Assalamu'alaikum,"

A2(Abel x Abi) ||ENDING||Where stories live. Discover now