14

397 34 7
                                    

 "Yang bener aja dia. Seengaknya mikirin perasaanku lah"

Shanju mengerutkan dahinya dengan perasaan sedih. Hari-hari yang menyebalkan malah tiba disaat hubungan mereka mulai dekat. Jujur, Shanju sangat tidak suka sikap cuek Beby yang seperti ini. Seakan ia telah melakukan kesalahan, padahal semuanya juga sudah terlihat jelas kalau ada sesuatu yang membuat mereka harus menjaga jarak

Meski begitu, ia sadar diri. Desy berkata benar. Ia menganggap bahwa formalitas dan pandangan anak-anak mengenai dia jauh lebih penting di banding memikirkan perasaan Beby. Namun, untuk sekarang ia terlalu gengsi untuk bertemu lagi.

***

Hari mulai petang, namun semburat jingga yang tenang masih setia menemani langkah gadis berambut pendek yang sedang berjalan pulang. Dalam keheningan ini, dia memandang kosong rerumputan di pinggir jalan dengan bosan. Berharap hari ini segera berlalu dan pagi menyambutnya dengan cepat.

 "A-Aku nggak sengaja kok. Tadi ada yang pengen handle acara ini, katanya aku udah bekerja cukup keras"

"Yang harusnya tanya itu aku, maksud kamu sebenernya apa. Kamu bilang bolos tuh enak, mana ada! Ini malah makan waktu"

"Kamu lihat handphone yang di bawanya itu selalu gerak bareng sama kakinya? Dia itu gak tenang dan pasti lagi buru-buru banget"

Sial. Ucapnya kesal dalam hati. Ingatan soal Shanju tiba-tiba muncul mengusiknya. Dan lagi-lagi membuatnya heran dan bingung mengapa hal itu selalu terjadi.

 "Stop muncul di pikiranku. Kamu ga penting"

Ia uring-uringan sendiri karena entah mengapa ia kagum saja dengan perempuan itu. Iya, tanpa sebab yang jelas. Dan itu mengesalkan baginya. Ia sudah lama tak percaya orang lain lagi. Bahkan orang-orang terpenting baginya pun begitu. Ah, dia lupa kalau tidak ada orang penting menurutnya sekarang. Siapa? Orang tuanya? Mereka mengingat dirinya?

Jalanan yang sepi kini mulai beranjak ramai karena sekarang Beby sudah berada di perbatasan kota. Toko-toko kecil mulai menghidupkan lampu mereka untuk menerangi gelapnya jalan. Ia yang melamun tak sengaja melihat seseorang yang tengah memperhatikannya.

 "Apa aku mengenalnya?"

Gadis berambut pendek mengenakan kacamata tipis yang hampir tak terlihat karena saking bertabrakannya warna dengan lampu yang menyorotinya, ia berada di pojok toko berdiri memandangnya cukup aneh. Beby menautkan alisnya mencoba membalas tatapan itu. Tetapi, dengan segera orang itu mengalihkannya ke tempat lain.

 "Aneh"

Celetuknya agak takut karena, ya.. sebenarnya itu menakutkan karena ia tidak mengenali orang tersebut. Tatapan tadi seolah memberikan ia sesuatu yang heran dan sedikit muram. Beby tetap berjalan menuju angkutan umum yang tersedia di depan mall.

Angin malam mulai membuat tubuhnya menggigil kedinginan. Seragamnya terlalu tipis untuk di kenakan. Ia yang duduk di paling belakang kendaraan hanya memangku dagunya dengan bosan. Badannya mulai lelah dan keinginan untuk beristirahat sangat kuat dalam hatinya. Lalu, angkutan pun mulai berjalan meninggalkan mall.

 "Ibuuu aku mau yang coklat"
 "Adel, kamu sudah makan 2 eskrim hari ini"

Percakapan tadi menjadi terdengar keras karena di dalam angkutan hanya ada mereka bertiga termasuk gadis berlesung manis itu. Ia mendesah malas melihat anak kecil yang memperlihatkan wajah sedih dan kemudian tak sengaja berpandangan dengannya.

 "Besok lagi ya? Hari ini kita pergi ke rumah nenek dulu. Disana ada nasi goreng kesukaan Adel loh"

Namun, hal tersebut tak membuat si Adel ceria dengan tanggapan Ibunya yang akhirnya menyerah dengan bujukannya. Anak kecil itu masih memandangi Beby dengan raut muka kecewa dan sangat sedih. Beby tak tau dia harus berlaku apa, toh ia risih dengan suara anak kecil yang merengek manja seperti tadi.

Pemberhentiannya tiba, ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu angkutan. Anak kecil tadi masih setia menatapnya bahkan sampai mendongak. Mau tak mau ia akhirnya berdiam diri sejenak dan mengambil sesuatu di dalam kantong celananya. Sebuah permen coklat di berikannya kepada si anak kecil tersebut.

 "Ini ada permen. Janji ya, jangan nakal pada ibumu"

Anak kecil bernama Adel itu spontan sangat bahagia menerima hadiah darinya yang padahal hanya sebiji saja. Itupun ia memberikannya dengan ekspresi yang malu-malu ragu. Sang ibu menghela nafas mengusap-usap kepala anaknya.

 "Makasih kakak cantik!"

Perempuan bertubuh jangkung itu terkejut mendengar ucapan terimakasih dari sang anak kecil. Baru saja kakinya melangkah keluar dari angkutan, suara itu langsung terngiang-ngiang di telinganya. Iya, dirinya tak menyangka bahwa ada seseorang yang menyadari bahwa dirinya perempuan padahal belum pernah bertemu sebelumnya.

*SKIP*

 "Aku pulang"

Gema dari teriakannya menggantung dalam ruang tamu miliknya. Meski bayangan semu dari lampu kecil di atas kepalanya menandakan ada seseorang di rumah, nyatanya tak seorang pun menjawab salamnya.

Ia melepas sepatunya dan menaruhnya di belakang pintu. Kemudian berjalan menyusuri lorong ruang tamu menuju dapur. Disana nampak wanita paruh baya sedang memotong sesuatu dan keheningan yang sedari tadi muncul perlahan di robohkan oleh suara itu. Lalu, wanita itu membalikan badannya dan memberikan senyuman yang kaku.

 "Boby, anak mama udah pulang"
 "Sini biar aku aja yang mot-"
 "Jangan sentuh!"

Tangan Beby yang tadinya menyahut pisau yang berada di atas talenan, sontak di jatuhkannya dengan segera ketika mendengar suara wanita yang lebih tepatnya adalah mamanya itu. Nafas yang berlomba menderu keluar dari lubang hidung mamanya.

 "Ini pekerjaan perempuan. Tunggu sebentar, sup akan matang. Kamu ganti baju dulu"

Lirih mamanya sambil mencoba tersenyum lagi meski yang kali ini seakan memberikan isyarat yang buruk kepada Beby. Gadis itu menelan ludahnya dan berbalik menuju kamarnya untuk segera membersihkan diri meski hawa dingin menusuk tulang membuatnya malas untuk berendam. Ia masuk ke dalam kamar dengan wajah merah hampir menangis.

*****

Pagi yang indah menyambut perempuan yang memiliki kismis di sekitar bibirnya tersebut dengan sempurna. Shanju membuka mata menatap langit-langit kamarnya dan merasakan cahaya matahari yang masuk melewati kaca jendelanya yang memantul. Hangatnya terasa agak berbeda kali ini. Ia mengecek handphone-nya yang sedari tadi berbunyi.

 "Setengah 8? Ugh, kepalaku pusing sekali"

Ia terlambat bangun ternyata. Panggilan masuk dari Saktia membom log panggilan. Serta spam chat yang tak henti-hentinya muncul bahkan sampai ia memegang hapenya. Seorang perempuan datang membawa sebaskom air hangat ke kamarnya.

 "Pagi sayang. Mama sudah izinkan kamu ke kepala sekolah. Sejak tadi malam kamu demam tidak turun-turun"

Baru saja sang mama duduk di bibir kasur, suara telepon rumah berdering khas yang letaknya berada di bawah tangga. Shanju menggeleng sambil menggenggam tangan mamanya. Itu pasti dari Saktia. Pesan dan teleponnya tak di angkatnya sedari tadi. Akhirnya ia membalas pesan dari gadis cerewet nan berisik tersebut.

 "Kamu istirahat beberapa hari dulu gimana?"

 "Gabisa ma, mama tau  kan kalau tugas OSIS-"

 "Ini karena kamu kecapean sayang"

Tbc...

HAIII APA KABAR SEMUANYAA ADA YANG MASI INGET?
Maaf baru muncul ya T_T
Beneran baru bisa ngelanjutin sekarang:(
Semoga ini terbayarkan ya, makasih yang udah nungguin!

Tell Me What Is LoveWhere stories live. Discover now