15

269 31 11
                                    

Shanju hanya menatap raut muka sang mama sambil melemahkan kembali punggungnya dan tidak jadi beranjak pergi dari kasur. Di tatapnya jendela kamar yang tertutup gorden berwarna putih emas dengan gambar flamingo yang bervariasi.

"Ma"
"Iya, sayang?"
"Apa aku ga berguna ya?"

Mama melihat air mata perlahan turun ke pipi tembam anak semata wayangnya itu. Shanju menatap wajah mamanya sambil mencoba tersenyum tipis meski sangat sulit dilakukannya. Di rengkuh lah tubuh anak gadisnya sembari mendengar isak tangis yang tak tertahankan tersebut. Shanju menangis dalam pelukan mamanya.

"Apa aku masih kurang ya ma? Apa aku ga worth it buat mereka?"

Wanita paruh baya itu merasakan kesedihan yang mendalam saat putrinya mengatakan hal yang membuat ia menangis. Sang mama mengusap pucuk kepala Shanju yang begitu dekat dengannya bak malaikat, sangat lembut.

"Kamu lebih dari itu, sayang. Kamu lebih lebih memberikan yang terbaik sesuai dengan tugasmu"

"Tapi, kenapa aku merasa semua orang membenciku?"

"Shanju.. kamu tau kenapa hidup terasa berat? Kalo kamu sendiri tidak mampu menahan bebannya, bagaimana kamu mau membawanya? Semua masalah, semua cobaan itu selalu ada maknanya"

"Ma, aku ga sanggup"

"Ada mama, sayang. Kamu bisa lakuin apapun yang kamu mau"

Shanju tak kuasa lagi membendung air matanya hingga suara nafasnya mulai sesenggukan tak beraturan. Pada saat yang mengharukan tersebut, suara dering telepon mulai terdengar kembali memecah suasana yang muram itu. Dengan pelan Shanju mencoba melepas pelukan sang mama kemudian mengecek handphone-nya.

Shanju: Iya halo

Saktia: LO GAPAPA?

Shanju: Jangan teriak, aku gapapa

Saktia: Mama di rumahkan? Ntar sore gue bareng anak-anak jenguk lo

Shanju: Gausah, aku cuma demam kok

Saktia: Nju? Minta di ceramahin Kinal?

Shanju: (menghela nafas sebentar) yaudah iya

Saktia: Yaudah, udah dulu ye. Mo istirahat dulu

Shanju: Iya, makasih sak

Saktia: Kayak ape aje lo. Dah ah

Saktia menutup teleponnya dan panggilan pun berakhir. Shanju memandang mamanya yang tersenyum kepadanya dengan mimik muka yang aneh baginya. Perempuan dengan kismis di samping bibirnya itu mengerutkan dahi.

"Kenapa?"
"Tuh ada yang perhatian"
"Ini Saktia, maaa"

Wanita paruh baya tersebut terkekeh lalu berdiri dari ranjang tidur Shanju dan melangkah pergi menuju dapur. Shanju kesal karena tingkah mamanya yang membuat dirinya salah tingkah. Tapi, memang Saktia sepeduli itu kepadanya tentang kesehatan dirinya. Meski akhir-akhir ini jarang berkabar karena kejadian beberapa waktu lalu.

*****

Sore hari yang indah dengan hawa sejuk yang terasa mulai tinggi saat awan mendung muncul menutupi langit biru. Anin, murid kelas satu yang rajin sekali membersihkan ruangan UKS setiap sore padahal jam pulang sudah terlewat daritadi.

"Rajin bener neng geulis tiap sore"

Seorang gadis dengan rambutnya yang di kuncir gaya ponytail dengan kacamata bulat besar datang dan duduk di ranjang kosong untuk murid yang sakit disana. Ia adalah Stefi, teman sekelasnya sekaligus dekat dengan Anin. Anin adalah anggota PMR di sekolah yang memiliki tugas agak berat ditanggungnya.

"Mau-mau aja lu di boongin kak Laili, kalo waktunya pulang mah pulang aja"

"Sekalian modus gue mah ngeiyain ini"

"Lah? Modus ngapain?"

"Biasanya ada kakak kelas 2 A yang sering mampir kesini minta paracetamol. Jadi sekalian nunggu, sayangnya dia ga hadir hari ini"

"Waduh udah tau jatuh cinta aja lu, Nin! Ga ngeh gua"

Anin hanya terkekeh mendengar candaan dari Stefi yang membuatnya kembali berdebar-debar. 2 hari yang lalu Beby mengunjungi UKS untuk minta obat paracetamol, itu membuatnya kembali kepo dengan perempuan tersebut.

"Cakep ya? Namanya siapa?"
"Kak Beby, lu gatau?"
"Heh! Yang bener aja mau ngedeketin kak Beby. Dia kan pacaran ama ketos kita!"

Raut muka Anin langsung berubah seketika. Seingat dia ketua OSIS mereka itu perempuan dan Anin juga tau kalo Beby itu perempuan. Namun, orang-orang mengira bahwa Beby itu laki-laki karena setiap harinya memakai celana, bukan rok seperti siswi pada umumnya. Ia langsung menoleh dan menatap temannya dengan seksama.

"Kak Shanju sama kak Beby pacaran?"

"Iya, lu gatau?"

"Kak Beby kan cewek"

"Ngaco! Sembarangan bener lisan temen gue"

"Kak Beby beneran cewe, Stef"

"Ya kalo dia cewe, terus lu ngapain suka sama dia?"

Ucapan tersebut langsung membuat Anin seketika terdiam sambil menelan ludahnya karena ia baru menyadari bahwa ia tak berhati-hati dalam bicara. Sesungguhnya, ia menyukai Beby sebagai perempuan. Bukan laki-laki seperti yang mereka kenal.

"Ya.. karena dia kaya cewe, emang lu gasuka?"
"Emm, suka sih. Cuma, bukan tipe gue aja. Hehehe"

Anin langsung merasa patah hati mendengar kabar tersebut karena sejatinya ia tak pernah tau kalo ketua OSIS di sekolahnya dekat dengan idolanya. Meski begitu, Beby tak pernah tau bahwa Anin menyukainya sebagai seorang perempuan. Dalam pikirannya, ia menilai bahwa Beby di mata Shanju itu seorang pria. Tapi, tunggu..

"Kita ada event lagi kapan ya.."

Pancing gadis berambut pendek itu sambil menata barang yang hampir selesai dibereskannya. Ia melihat ekspresi muka Stefi yang manggut-manggut sambil berpikir. Anin merasa ada yang salah dengan Beby. Ya, dia tau jelas kalau Beby juga sama sepertinya.

"Pesta akhir tahun? Kira-kira OSIS ngadain lomba ga ya"

Ide bagus! Dalam hati Anin berseru sempurna. Ia ingin melakukan pendekatan melalui itu dan berharap dengan ancaman yang ia beri, Beby bisa berubah pikiran untuk memutuskan Shanju. Meski itu termasuk rencana yang konyol, Anin tau kalau Beby membohongi seluruh warga sekolah mengenai gender-nya. Dan ia sungguh yakin Beby itu perempuan.

"Idih, diem-diem bae ni anak"

"Pulang yuk!"

"Wei, tadi gua ngomong kagak lu dengerin?"

"Denger tuan putri Stephanie Pricilla Indarto Putri juga"

"Asli, lu minta gua ruqyah?"

Anin hanya tertawa renyah melihat kekesalan Stefi yang sampai menaruh kedua tangannya di pinggang. Sambil memanggul tas, Anin menaruh sapu ke lemari yang telah disediakan bersama dengan peralatan kebersihan lainnya.

"Nin, ngutang eskrim tempat lo ya"
"Aduh, bund. Utang ciki kemarin belom di bayar yaa"
"Dih.. minggu depan deh gua bayar"

Mereka berjalan keluar dari ruangan UKS menuju koridor kelas yang sudah sepi bahkan guru-guru mulai bersiap untuk pulang. Mereka pulang bersama menaiki angkutan umum untuk sampai di daerah rumah Anin yang dekat dengan kompleks kota. Biasanya Stefi menginap di rumahnya, atau bahkan sekedar mampir untuk jajan di tokonya.

Akhirnya, sampailah mereka di rumah gadis cantik dengan seragamnya yang basah ketumpahan es yang di bawa Stefi di jalan tadi. Stefi yang berniat mengambil eskrim di toko di tinggalkan Anin yang menuju depan toko untuk mengambil kursi karena langit mulai menurunkan hujan. Ia bergumam sebentar saat melihat jalan raya yang mulai ramai.

"Hmm, hari ini kemana kamu kak?"

Tbc...

Hallo sobat BebNju!!! Ada yang kangen ga sie:(
Ada dong ada dong
Gaada ya?
Maaf lama ngilang, balik-balik malah nagih perasaan. Jiakhhh
Semoga ngobatin kangen yang hilang ya Y_Y

Tell Me What Is LoveWhere stories live. Discover now