16

230 32 6
                                    

Haiii ih udah setahun aja ya ff ini nganggur :(

Kangen lanjutin bebnju tapi lagi sibuk banget (re: ff yang lain nganggur juga aslinya mager😃)
Hehe

Mau lanjut lagi ah buat ngobatin kangen
Happy reading!

*****

Pagi yang cerah akhirnya kembali menyambut Shanju yang datang ke sekolah setelah beberapa hari tidak berangkat karena sakit. Semua adik kelasnya mengerumuninya dan menanyakan hal yang sama soal keadaannya.

"Gapapaa.. nanti acara perkemahan kalian harus ikut ya. Kakak gamau lihat ada yang bolos"

Senyum merekah di wajahnya karena banyak yang mengkhawatirkan dirinya. Bahkan tatapan serta ucapan semangat dari fansnya menenangkan dirinya. Hanya saja.. ia masih memikir seseorang yang sempat menjadikannya bahan pikiran tidak muncul di hadapannya. Shanju menggelengkan kepala berusaha untuk berhenti memikirkan Beby.

"Kak Shania nanti ada acara pentas seni lagi?"

"Ada dooongg, ikut ya! Kalian kan pinter dance"

"Ih kak kita gabisa nari!"

"Loh bukannya kemarin dari kelas kalian ada yang menang lomba dance?"

"Kelas sebelah! Kelas sebelah! Yang menang kelas sebelah!"

Semangat anak-anak di depannya itu terus membuatnya tersenyum hingga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 7 yang artinya bel masuk sudah berbunyi untuk memulai pelajaran yang pertama.

"Ayo udah bel, gaboleh ada yang bolos jam pelajaran ya!"
"Ih kak Shania waktu itu kan pernah bolos pas acara ulang tahun sekolah sama kak Beby"

Shanju terdiam. Ah, nyebelin. Celetuknya dalam hati. Kemudian, semua adik kelasnya memandang perempuan yang sempat menyinggung Shanju. Mereka memberikan isyarat bahwa ucapannya tidak perlu dibicarakan di depan ketua OSIS mereka tersebut. Gadis dengan kismis khas di samping bibirnya itu tersenyum kecil.

"Maaf ya, kakak ga akan ulang lagi"

Dia meninggalkan kerumunan dengan muram. Guru dari kejauhan mulai berjalan menuju kelasnya untuk segera memberikan bahan ajaran sesuai mata pelajaran hari ini.

"Ah temen gue udah sembuhh"

Seorang gadis berseru saat Shanju memasuki kelas yang langsung di tatap banyak orang. Teman-temannya berbasa-basi menanyakan kondisi tubuhnya beberapa hari yang lalu. Serta mereka tak akan lupa insiden memalukan hari itu, sehingga itu membuat Shanju agak kesal dan memilih menghindari pertanyaan-pertanyaan yang membuat moodnya jelek.

"3 hari gue aman tanpa coklat di bangku lo"
"Desy! Ka- eh, apa kabar"
"Kangen tu ngomong, ntar kalo udah gabisa ngomong kangen nyesel loh"

Desy memang menyebalkan, tapi ucapan dia ada benarnya. Sontak ia melihat ke arah jendela yang otomatis mengarah ke kelas sebelah dan tepat pada orang yang di pikirkannya sekarang.

Jantungnya berdegup kencang tiba-tiba melihat wajah samping orang itu, ya dia adalah Beby. Seragamnya yang oversize malah menambah keren tampilannya. Angin yang berhembus melalui jendela yang terbuka di samping Beby membuat orang itu menoleh dan memperhatikan Shanju yang menatapnya dari jendela seberang. Hal itu sontak membuat perempuan dengan rambut panjangnya tersebut.

"PLEASE PENGEN TENGGELEM AJA KALO GA MENGHILANG DARI MUKA BUMI INI"

Shanju langsung mengalihkannya ke arah lain dan perlahan menundukkan kepalanya agar tidak terlihat bahwa ia sedang mengamati Beby. Ia merasa bahwa Beby terus melihatnya.

"Baik, selamat pagi anak-anak"
"Selamat pagi pak guru"

Guru matematikanya sudah datang dan segera Shanju mengambil bukunya dalam tas dan berusaha fokus untuk belajar hari ini. Ia menjadi salah tingkah karena merasa Beby menyadari bahwa ia memperhatikannya dari jauh tadi. Ia mencoba untuk menatap ke arah jendela lagi untuk memastikan apakah Beby masih menatapnya atau tidak. Namun, ia kebingungan ketika melihat orang itu tidak ada disana.

"Permisi, izin memanggil Shania Junianatha"

Suara itu mengagetkannya secara tiba-tiba membuat Shanju menoleh dan melihat Beby ada di ambang pintu kelas menemukan dirinya dengan meninggalkan tatapan serius sebelum berbicara kembali dengan guru yang mengajar disana.

"Tu-Tunggu.. ini gila", Shanju merasakan detak jantungnya menjadi tak karuan melihat Beby senekat itu.

"Ada perlu apa?"
"Maaf saya kurang tau, katanya di panggil ke ruang guru"
"Oh baik, silahkan. Shania"

Desy menyenggol bahu gadis berkismis itu dengan nakal karena ia tau seperti apa kelanjutan mereka nanti. Dan, ya.. semua teman-temannya pun berbisik-bisik saat Shanju mulai beranjak dari kursi dan mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum melangkahkan kaki keluar kelas menemui Beby yang membelakanginya. Shanju berdehem.

"Ada a-"
"Urusan penting. Lebih penting dari guru"

Beby menarik tangan Shanju. Belum sempat perempuan berambut panjang itu bertanya, ia sudah kembali menatap punggung belakang Beby kembali. Entah mengapa degupan di dadanya sudah mulai tidak dapat dikondisikan.

"Di.. taman?! Beby kamu becanda!"

Taman belakang sekolah dimana mereka pernah bertemu sebelumnya dan kejadian yang membuat Beby jadi memikirkan Shanju terus menerus. Ia melihat pohon besar yang menjadi ikonik sekolah karena umurnya yang sangat tua dan menjadi saksi semua yang pernah terjadi di tempat itu.

"Ngga, kamu sibuk. Gaada waktu dan ga akan sempat aku ketemu sama kamu"

Ujar Beby yang sebenarnya malu untuk jujur, jadi dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Meskipun, ia tau bahwa gadis disampingnya itu juga memerah wajahnya akibat perkataannya.

"Istirahat..? Ah, tapi kan ga perlu bikin aku bolos lagi. Kamu ga inget pas waktu-"
"Inget. Makanya mau lagi"

Suasana menjadi hectic karena respon Beby yang terlalu barbarly (💅) sehingga, mereka berdua hanya terdiam membisu tak tau harus membahas apa. Shanju menatap wajah samping Beby yang mengisyaratkan bahwa seseorang yang dianggapnya pria itu sedang menunjukkan kejujurannya tanpa sadar. Wajah sendunya membuat Shanju mulai memahami maksud Beby.

"Aku kan disini sekarang. Lihat aku"

Shanju mencoba tersenyum ketika Beby mulai meliriknya dan mengetahui kalau perempuan cantik di sampingnya itu menunggunya berbalik dan menatap kedua matanya.

"Ngapain liat orang jelek"

Tetapi, Beby tetaplah Beby. Yang menyebalkan pada satu waktu meski sebelumnya bertingkah manis dan lucu. Jujur, Shanju tidak bisa kesal karena ia terlalu bahagia akhirnya bisa mengobrol kembali dengan orang yang menyita banyak pikirannya akhir-akhir ini. Serta, pikiran mengenai tanggapan orang-orang soal hubungan mereka sudah diabaikannya. Ia jadi menyukai Beby dengan tiba-tiba. Namun, bagaimana dengan Beby?

"Becanda. Kamu sakit ya kemarin?"

Beby tidak menatap Shanju lagi, ia menunduk mengamati kakinya yang sedang bermain di bawah kursi, mungkin karena terlalu nervous? Mereka berdua orang dingin yang kebingungan dengan topik.

"Kalo aku bilang iya juga kamu ga peduli kan, hadeh"

"Kata siapa?"

"Oh jadi emang peduli ya?"

"Ngga sih, siapatau aku mau kirim bunga sebelum waktunya"

"BEBY!"

"Cakep, iya aku tau"

"Pede banget, gaada yang suka kok pede"

"Emang kamu ga suka?"

Tbc..

Pengen lanjut tapi pegel tangan :(
Cek ombak dulu, kalo pada mau lanjut auto lanjut ah

Tell Me What Is LoveWhere stories live. Discover now