8

660 71 7
                                    

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Shanju berangkat sekolah untuk menghadiri rapat penting yang diadakan oleh OSIS. Bu Haruka yang selaku Penanggung Jawab Kesiswaan dan tentunya pimpinan tertinggi di organisasi tersebut sudah mengkoordinasikannya dengan gadis berkismis manis tersebut semalam. Dengan segera Shanju berjalan cepat menuju koridor sekolah dan menuju ruang OSIS.

"Selamat pagi, Bu"
"Selamat pagi, Shanju. Hmm.. memang ya. Murid teladan itu beda"

Puji perempuan dengan rambut pendeknya yang ala-ala jaman dulu dengan klimisnya. Bu Haruka bisa terbilang guru paling dekat dengan perempuan cantik tersebut. Ya, biasanya Shanju akan bercerita empat mata soal sistem sekolah dengannya.

"Selamat pagi, Bu, Shanju"

Seseorang datang lagi dengan senyumnya yang manis dan membuat siapapun tak akan mungkin melupakannya. Namanya Shani Indira Natio. Panggilannya Indira, karena panggilannya mirip sekali dengan Shanju dan akhirnya ia memutuskan untuk disebut Indira saja. Di sisi lain untuk membedakan, tetapi pada sisi gadis manis tersebut yakni menghormati leadernya yang supergalak itu.

"Kerja bagus, Indira. Kamu sudah beritahu semua anggota soal proposal yang akan diajukan hari ini, 'kan?"
"Siap! Sudah bu ketua!"
"Hei jangan formal begitu. Aku merasa aneh"

Indira hanya terkekeh menyadari tingkahnya yang sama sekali tak lucu itu. Entah mengapa setiap sikap yang Shanju berikan seperti menunjukkan ketakutan pada orang yang melihatnya. Walau sebenarnya perempuan dengan kismis khasnya itu tidak se-mengerikan yang orang-orang kira.

"Selamat pagi semuanya~"

Lalu semuanya pun datang dengan perlahan dan tepat waktu sebelum jam rapat di mulai. Shanju dan Bu Haruka memberikan intruksi yang sudah mereka bicarakan semalam di chat Line. Rencananya 4 bulan ke depan akan diadakan acara perayaan besar-besaran untuk mengingat hari ulang tahun sekolah setiap tahunnya. Tetapi, dengan segala informasi yang di berikan guru ramah tersebut mengatakan bahwa event tersebut bertabrakan dengan acara lain yang juga sama pentingnya.

"Jadi intinya, event ini akan dimajukan 2 bulan lagi. Persiapan proposal, anggaran, dan lain-lain untuk acara tersebut harus terpenuhi satu bulan ke depan, mengerti?"

Semuanya menjawab serentak kecuali Bu Haruka yang tersenyum melihat ketegasan dan kerapihan Shanju dalam memimpin organisasinya. Inilah yang membuat namanya menjadi terkenal dan tak mungkin satu orangpun tak mengenalnya. Mungkin saja Beby yang hidupnya seperti hanya di goa saja(?)

"Baiklah. Terimakasih atas waktu dan kerjasamanya. Kita bertemu di rapat selanjutnya"

Dan rapat pun selesai setengah jam kemudian setelah perjanjian terjadi. Masih ada waktu untuk kembali ke kelas dan orang-orang mulai ramai memenuhi sekolah. Gadis berambut panjang tersebut berjalan pelan melewati koridor menuju kelasnya yang terlihat mulai dipenuhi oleh murid. Tak sengaja ia melihat ketiga temannya sedang melintas dan tidak menyadari kehadirannya. Ia tersenyum kecut mengingat permasalahan kemarin.

"Kinal, Ve, Saktia!"

Seru Shanju dengan lantangnya seraya menekuk senyumnya yang sudah diusahakan untuk menampilkan yang terbaik itu. Teman-temannya pun menoleh ke sumber suara yang mereka kenal tak lain adalah perempuan cantik dengan kismis manisnya.

"Hei, Nju. Abis rapat pagi ya?"

Tanya Kinal lebih dulu saat sampai dihadapan Shanju yang akhirnya bisa menahan senyumnya yang kentara sekali di buat-buat. Veranda yang masih takut dengan sikap kasar gadis didepannya tersebut hanya bisa menunduk malu tak berani menatap balik sahabat dekatnya. Sedangkan Saktia, ikut membalas senyum dari perempuan yang merupakan orang paling membingungkan baginya itu.

"Iya nih. Emm- aku mau minta maaf sama kalian soal kemarin. Mungkin kata-kataku berlebihan dan.. ya pasti menyakiti hati kalian, 'kan? Maaf banget ya. Maaf Ve udah bikin kamu kecewa. Lain kali aku akan intropeksi diri aku sendiri"

Veranda mendongak penasaran melihat raut wajah Shanju yang tulus dan penuh arti tersebut. Ia langsung menghela nafas lega akhirnya semua masalah terpecahkan. Dengan sifat dewasanya, ia langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundaknya pelan.

"Kita semua harus intropeksi kok, Nju. Kami juga minta maaf soal penuduhan yang gak ada bukti dan mungkin malah menambah beban permasalahan kamu. Sekarang, anggap aja ini masalah yang buat kita dewasa dan kedepannya gak ada lagi egois diantara masing-masing"

Saktia memandang Veranda yang berkata lancar seperti itu dengan pilu. Ia kesal mengapa gadis berpipi tembam itu bisa memahami hati Shanju sedangkan dirinya sendiri tidak. Ia hanya berdeham menyetujui dan langsung mengalihkan pandangannya saat perempuan berkismis tersebut kembali menatapnya. Kinal menarik nafas kuat lalu melepaskannya dengan senang hati.

"Yah, betul itu. Semangat ya, ketua OSIS! Jangan patah semangat. Masih ada kita"

Perkataan Kinal menjadi akhir dari obrolan singkat itu. Mereka pun berjalan ke arah kelas masing-masing tanpa ada yang berbalik, kecuali Saktia yang terus menerus menatap punggung Shanju yang perlahan menghilang dari pandangannya.

*****

Gadis berambut panjang sebahu tengah asik berbincang dengan para temannya yang juga menikmati cerita yang ia bahas sedari tadi. Sesekali tawa menggelegar darinya dan langsung disambut oleh teman-temannya yang mendengarkan. Hal itu tak sengaja membuat hati seorang gadis dengan ponytail-nya menggeram kesal.

"Beby, aku mau bicara sama kamu"

Sahutnya dengan tatapan mata tajam seolah-olah hampir membunuh jantung gadis berambut sebahu yang bernama Beby tersebut. Semua temannya langsung membalas sinis tak suka dan langsung menarik Beby untuk tidak menuruti perkataannya.

"Kalo kamu gak mau juga gak papa. Disini sekalian aja. Yah, kamu dan semuanya juga harus dengar sih. Aku gak butuh apa itu perhatian dari kamu walau sekecil apapun, Beb. Aku hanya butuh kamu di samping aku buat nenangin diri aku yang lagi gak tau harus bernaung sama siapa. Kamu boleh punya temen banyak, tapi jangan sampe lupain aku juga. Aku kecewa, Beby"

Pandangan perempuan berponytail itu memburam perlahan sebab airmata yang memupuk ingin jatuh. Tetapi ia langsung menahannya agar tidak membuat perempuan dihadapannya itu khawatir kepadanya.

"Maksud kamu apa, Gaby? Kamu gak suka aku bareng mereka? Aku gak mungkin 'kan temenan cuman sama kamu aja. Nanti kita di kira gak bisa akrab!"
"Oh? Jadi itu yang kamu pikirin? Kamu lebih mentingin fans daripada orang yang pernah membantumu dimana saat kamu sakit?! Mereka pernah tau kamu menderita? Mereka pernah tau kamu jatuh sakit?! Mereka pernah ngerelain semuanya demi kamu?!"

Nafas gadis berambut panjang yang dipanggil Gaby tadi terlihat tak beraturan seiring airmatanya yang jatuh dengan kasarnya. Beby langsung membelalakan mata tak percaya seolah ia baru mengerti apa yang telah dirasakan Gaby.

"Bukannya aku mau ngeluh soal perhatian aku. Tapi, aku pengen kamu gak egois dalam hal ini. Makasih udah pernah jadi prioritas aku"

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Beby terbangun dengan basah kuyup dari keringat dinginnya yang menetes dengan deras di tubuhnya. Lalu tak lama airmatanya ikut jatuh saat mengingat soal masalalunya yang tiba-tiba menyusup dalam mimpinya. Ia sudah berusaha melupakan semua kenangan pahit waktu sekolah menengah, tetapi rasanya sia-sia dia menghindar tanpa alasan.

"A-Aku.. aku takut. Aku takut kembali egois, Gaby"

Lirihnya tak kuasa menahan deras tangisnya yang posisinya sekarang ada di UKS tengah beristirahat karena hari ini sepertinya ia kurang enak badan. Namun, saat ia membuka mata-- lukanya bertambah sakit saat masalalunya kembali.

Tbc..

Selamat malam pembacaku yang tampan dan cantik (eak). Udah pada ngantuk belom? Jangan ngantuk dong:'v nanti mimpi Nju sama Beby tau rasa loh (bukannya malah seneng ya?) Hehe, intinya selamat menikmati! Happy satnite~

Tell Me What Is LoveWhere stories live. Discover now