7

759 68 4
                                    

Matahari seperti membiarkan mereka berdua berteduh di rerindangan pohon yang besar dan menjulang tinggi tersebut. Masih dengan Shanju yang sedih dan Beby yang penasaran. Beberapa detik sebelumnya, gadis dengan kismis manis di samping bibirnya itu berkata bahwa dirinya sebal. Bahkan ia sampai tak sadar kalau yang di ajaknya bicara adalah Beby, orang yang menjadi pokok permasalahan sebenarnya.

"Sama siapa? Pacar?"
"Gak punya pacar!"

Sahut perempuan yang masih tenggelam akan kemarahannya itu spontan. Namun, tiba-tiba ia kaget saat menyadari Beby memancingnya ke arah sesuatu yang aneh. Yang menjelaskan selama ini kalau fakta dari Desy itu benar. Ya, dia sering menggombal tidak jelas.

"Lagi gak mood di gombalin, please. Bisa gak sih bantu sesuatu gitu.. males banget nih mau masuk kelas"

Gerutu Shanju yang terdengar jelas di telinga gadis berambut pendek tersebut. Beby hanya mengernyitkan dahi sembari menyipitkan matanya melirik perempuan sang Ketua OSIS itu sedang gundah gulana. Dalam hati ia penasaran dengan keadaan diri Shanju, namun di sisi lain ia tetap ingin merahasiakan perasaan itu. Benar, Beby sudah tau kalau Shanju menganggap dirinya laki-laki.

"Bantu gimana?"

"Ya apa kek gitu!"

"Ehm, 'ya apa' itu kayak gimana?"

"Tau ah ngeselin"

Gadis dengan ciri khas kismis manisnya itu menekuk senyumnya yang biasa terlontar kini berubah masam. Beby menghela nafas bingung melihat tingkah laku gadis yang memiliki sikap keras kepala ini. Jujur saja, perempuan berambut pendek itu tidak suka keterpaksaan.

"Emang ribet ya jadi cewek"

Celetuknya tak sadar saking jengkelnya kepada Shanju yang sedari tadi membuatnya bingung. Sambil mastiin aja kalau dia percaya aku cowok. Cih, jadi sebal lama-lama lihat tingkahnya yang bebal. Batin Beby sambil memanyunkan mulut kesal. Itu adalah kebiasaannya jika merasa tidak suka atau melihat seseorang tak berhak berperilaku seperti itu kepadanya.

"Apa kamu bilang?!"

Nada bicara Shanju naik 2 oktaf. Beby langsung terperanjat kaget mendengar suaranya yang menggelegar dan fix ciri khas dari sang Ketua OSIS. Perempuan berambut pendek itu memandang Shanju dengan waspada serta tiba-tiba merasa takut akan kemarahannya.

"Emangnya kamu tau apa tentang cewek? Gak pernah jadi cewek sih. Makanya jangan sok tau. Nih ya, asal kamu tau. Belum pernah 'kan merasa gak di percaya waktu jadi cewek? Kamu gak bakalan tau rasanya itu. Tolong jangan tiba-tiba menyangkut-pautkan soal gender. Cowok tanpa cewek ya gak bakal bisa nikmatin life goals"

Beby mengalihkan tatapan matanya ke arah lain. Kali ini hatinya benar-benar kesal melihat Shanju yang ternyata marah soal dirinya yang tak sengaja merutukinya soal jenis kelamin. Yah, sebetulnya ia juga ingin menjawab kalau dirinya itu juga perempuan. Namun di sisi lain ia tampak bahagia melihat Shanju yang sekarang benar-benar terjebak dalam permainannya.

"Ya ya deh yang serba bener. Terus gimana nih? Moodnya udah balik belum. Kok jadi tiba-tiba bahas gender, sih?"

Ucap gadis berambut pendek dengan penampilan yang lebih cool dari sebelumnya itu sambil memandangi Shanju yang sepertinya terkejut karena ia tiba-tiba saja dengan mudahnya melupakan masalah yang sedang di hadapinya tersebut. Ia tersenyum kecut.

"Udah mendingan sih. Debat sama kamu bikin adem juga sih ya"
"Dari mana asalnya debat bikin adem?!"

Shanju memanyunkan mulut dengan artian 'entahlah' dalam benaknya tersebut. Tapi sekarang ia benar-benar merasa lebih baik setelah sekian menit bersamanya. Moodnya sudah kembali lagi dan ini saatnya untuk ia kembali ke kelas. Dengan ucapan yang sebenarnya sedikit kasar, ia pamit pergi masuk ke kelas meninggalkan Beby yang menikmati jam kosongnya.

*****

"Shanju akhir-akhir ini semakin keras kepala. Dia lebih mementingkan fans daripada kita"

"Masalahnya, Ve. Yang di cari tuh Beby. Dan gue tau maksud dia dari awal kenapa cari tuh anak. Dari niat yang ingin menjatuhkan, eh malah jatuh cinta sama mangsa sendiri"

Lamunan itu berhenti saat mengetahui jam pulang telah membangunkannya. Saktia mengambil nafas lega pelajaran jam terakhir berakhir dengan sempurna dan ia tidak merasa terbebani seperti biasanya. Ya, yang menjadi bebannya saat ini adalah Shanju.

"Kenapa coba lu bikin gue nebak-nebak, Nju"

Gumam Saktia sambil berjalan malas menuju gerbang sekolah. Hari ini Kinal dan Veranda pulang duluan karena ingin menghadiri acara penting di klub sastra yang mereka ikuti. Menghampiri Shanju? Tidak mungkin. Setelah kejadian tadi siang, gadis itu tak mungkin dengan cepat memaafkan dirinya serta teman-temannya. Saktia menjadi gelisah mendapati permasalahan ini.

"Coba aja bukan lo yang bikin gue berubah, Nju. Pasti kita hidup dengan tenang gak ada masalah kayak gini"

Yang sebenarnya gadis berwajah lonjong pikirkan itu adalah perasaannya. Sebuah perasaan yang seharusnya tidak boleh terjadi diantara setiap umat manusia yang hidup. Ia tau kalau suka sesama jenis itu sangat dilarang. Sayangnya, Shanju telah merubah semua jalur hidupnya.

"Sebenarnya yang mau gue omongin itu.. Beby cewek, dan bukan cowok. Gue takut kalau Shanju terlanjur jatuh cinta sama Beby. Gak mungkin 'kan"

Perkataan Kinal membuatnya sadar akan suatu hal. Awalnya ia mengira saingannya adalah para lelaki yang merupakan fans-nya, tetapi sekarang ada perempuan yang berwujud lelaki membuat Shanju tertarik ingin mencari tau. Ada rasa cemburu dan tak mengerti mengapa Shanju harus seperti itu padanya. Ada dua rasa 'tak mengerti' Saktia, yaitu..

"Kenapa coba lo bisa suka sama cewek yang bakalan jadi sainganku, dan kenapa juga coba gue gak bisa berhenti buat suka sama lo. Please, Nju. Gue gak tau harus ngapain lagi. Yang ada di hati gue cuma iri, iri dan iri. Hanya gue yang boleh milikin lo, titik"

Gerutunya pelan sambil berjalan menuju parkiran motor yang merupakan kendaraannya saat berangkat dan pulang sekolah. Saktia dengan cepat langsung mengenali motor kesayangannya itu dan menaikinya untuk bergegas pulang ke rumah. Di perjalanan ia melamun lagi.

*Flashback On*

"Kamu kuat, Saktia. Kamu pasti bisa. Orang kayak gitu gak perlu di pertahanin. Masih banyak orang yang peduli sama kamu. Jangan putus asa karena dia"

"Nju, cuma lo yang bisa bikin gue bangun lagi. Kenapa, 'Nju? Kenapa gue tiba-tiba nyaman kalo lo peduli sama gue"

"Jangan aneh-aneh deh, Sak.."

"Ini serius, Nju! Gue juga gak tau kenapa gue ngerasa aneh tiap deket lo. Gue yakin, gue 100% normal! Tapi kehadiran lo bikin gue ragu, 'Nju.."

"Ini gak bener, Sak. Gak boleh"

"Terserah apa kata kamu, Nju. Intinya perasaan ini nyata"

*Flashback Off*

Tbc..

Heiho! Perasaannya jadi rumit kek author (paansi gaje:v) Ikuti terus kisah menarik 'Tell Me What Is Love' ya!!! Semangat~!

Tell Me What Is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang