Tarik Itu

302 26 9
                                    

Bersama untuk waktu yang lama adalah janji Reiner dan Bertholdt. Atau hanya Bertholdt yang berpikir begitu, karenya nyatanya sejak malam itu Reiner tidak lagi kelihatan. Saat bangun Bertholdt hanya sendiri, dia melakukannya seperti biasa. Memasak dan membersihkan rumah, berharap Reiner pulang dan memujinya. Tapi tidak, pria itu tidak pulang lagi sejak hari itu. Dia juga tidak bisa pergi untuk bertanya kepada Pieck atau Porco, dia tak tahu mereka dimana.

Suara ketukan di pintu membangunkan Bertholdt yang sedang tidur siang. Dia tertidur di meja makan setelah menyiapkan sarapan.

Dia mengusap wajahnya dan bersiap mengabaikannya. Mengambil mangkuk berisi sup dingin dan memasukannya ke kulkas. Ketukan terus terdengar, Bertholdt kira itu bukanlah Pieck ataupun Porco karena mereka pasti akan memanggil namanya. Dia bisa menebak siapa yang ada di balik pintu itu karena orang yang sama melakukannya selama seminggu terakhir.

"Permisi... Apa Anda masih di dalam? Apa Anda kekasih Tuan Braun? Saya hanya ingin menjenguk anjing itu. Bisakah?"

Bertholdt menghela napas, lama-lama merasa kasihan juga dengannya. Dia menghampiri anjingnya, mengusap pelan rambut-rambut yang tertidur itu.

"Apa kamu ingin melihatnya? Brutus?" bisiknya. Dan tentu saja anjing itu diam saja.

Dia mendekati pintu, "Dia sedang tidur, kamu bisa membangunkannya jika terus begitu."

"Ah! Syukurlah Anda didalam, jadi bisa saya menemuinya? Kumohon, saya yang menemukan dan memberikannya pada Tuan Braun."

Suaranya yang bergetar sedih membuat Bertholdt juga bergetar. Dia ingin membukanya, tapi takut kalau Reiner tahu dan kembali memukulnya.

"A-aku tidak bisa."

"Kenapa? Saya janji akan cepat pergi. Lagipula Tuan Braun mengundang saya untuk mampir, apa Anda akan mengusir tamu undangan?"

Akhirnya setelah beberapa pertimbangan, akhirnya Bertholdt membukakan pintu. Dia bersembunyi dibalik daunnya saat orang itu masuk.

"Oh, terimakasih." itu adalah pria berambut cokelat terang yang disisir ke belakang, dia memakai pakaian santai dengan mantel tebal berbulu untuk mengimbangi cuaca diluar. Dia tersenyum lebar dan melambai.

Bertholdt menutup pintu dan menghadapi orang itu. "Dia di dan, cepatlah sebelum Reiner pulang."

"Jean, Petugas Jean Kristein. Namamu?"  Jean mengulurkan tangannya.

"Bertholdt Hoover." Bertholdt berdiri bersandar pada tembok dan menolak menjawab uluran tangan itu namun tetap tersenyum.

"Ah, baiklah." Jean menarik tangannya, berjalan mendekati Brutus yang tertidur. Meskipun dia bilang itu untuk menemuinya, itu tidak sepenuhnya benar. Dia melirik Bertholdt sejenak dan menilai penampilannya, "Anda laki-laki?"

"Iya..."

"Tapi kaki Anda terlihat sangat kurus dan cantik." Jean melihat-lihat sekeliling rumah itu meskipun Bertholdt terlihat mencurigainya dan akhirnya duduk di kursi meja makan. "Wahh... Sepertinya udara di sini dingin sekali ya?"

"Apa yang ingin kamu minum? Teh atau Kopi?" tanya Bertholdt yang mengerti kalau Jean menginginkan sesuatu yang hangat.

"Teh manis tolong."

Bertholdt menghampiri pantry untuk memasak air. Dia tetap berdiri disana untuk menghindari Jean. Namun sebaliknya, dengan begitu Jean bisa menilainya dengan lebih baik dan lama.

"Ngomong-ngomong apa jaman sekarang masokis* itu trend? Apa Tuan Braun salah satunya?"

*Masokis atau masokisme seksual adalah penyimpangan seksual dimana penderitanya menjadikan kekerasan sebagai sumber kepuasan seksual. Seseorang yang masokis, hanya bisa mencapai puncak kepuasan dengan dipermalukan atau dibuat menderita. Klimaks ini bisa terjadi baik dengan kata-kata (verbal), menyakiti pasangannya dan disakiti dengan pukulan, hingga dilecehkan secara fisik.

The Season I Want to Die [End]Where stories live. Discover now