Budak

302 21 3
                                    

"Aku akan mengirim lokasinya padamu nanti. Telepon aku jika terjadi sesuatu." Marco memeluk Bertholdt sebelum naik ke bus.

"Ya. Sampaikan salam ku untuk Jean." Dia melambai saat Marco duduk dan melambai balik kepadanya melalui jendela.

Bertholdt terus memandang bus itu sampai menghilang di belokan. Menghela napas panjang, berbalik untuk menghadapi Reiner yang duduk di kap depan mobilnya.

"Kalian dekat." katanya dengan dingin, melipat tangan didepan dadanya.

Dia menjawabnya dengan mengangkat bahu. "Mereka sering berkunjung di rumah sakit."

"Sepatu itu," Reiner melirik sneaker hijau tua milik Bertholdt, "Bukan aku yang membelikannya jadi cepat buang."

"Eh? Jean membelikannya, aku tidak mungkin membuang apa yang orang berikan padaku." Dia mencoba tersenyum untuk meyakinkan Reiner, tapi sepertinya pria itu justru semakin tidak senang karena matanya berkilat.

"Lepaskan."

"Tunggu, Reiner---"

"Kamu boleh menyimpannya tapi lepaskan! Kita beli yang baru." tegas Reiner, bangkit dan masuk lebih dulu ke dalam mobil dengan bunyi pintu terbanting cukup keras.

"Ba-baik..." Dia masuk ke mobil setelah melepas sepatu itu, dia menaruhnya di jok belakang agar tidak mengganggu Reiner.

Reiner menelpon seseorang sebelum menyalakan mesin, dia menyambungkan nya ke headset bluetooth dan menjalankan mobil.

"Hei, Yelena. Bisa tolong pesankan kamar hotel?.... Ya, apapun.... Tentu, aku sangat menghargai mu. Terimakasih." dia menutup telpon itu dengan melempar headset ke dasbor.

"Siapa?" tanya Bertholdt, memandang pria itu dengan aneh karena dia terlihat senang berbicara dengan orang disebrang sana.

Yelena... Dia perempuan?

"Babu." jawabnya singkat, mengambil botol mineral dan meminumnya. "Karena aku akan mengembalikanmu besok, tidak keberatan kalau hanya di hotel,'kan?"

"Tidak. Itu lebih dari cukup." dia memandang keluar jendela, mereka berada dipusat kota sekarang. Gedung-gedung menjulang tinggi dan mobil sangat ramai. Dia memeluk boneka kelincinya dengan erat, menggosokan pipi ke kepalanya yanf besar.

"Kau menyukainya ?"

Bertholdt menoleh, menjawab dengan alis menyatu, "Aku sudah bilang kami hanya teman!"

Reiner ikut menoleh menyadari ada kekesalan di nada pria itu. "Maksudnya? Aku bertanya tentang boneka itu."

"Eh? Begitukah?" dia kembali menghadap ke jendela untuk menyembunyikan malunya.

Bertholdt, apa yang kamu pikirkan? Kamu pikir dia bertanya tentang siapa...

"Ya... Kurasa begitu. Dia lembut." Bertholdt sangat ingin membenturkan kepalanya ke jendela sekarang.

"Disini..." Reiner meraih tangan Bertholdt, menaruhnya diatas selangkangannya "Juga masih lembut."

Bertholdt menoleh dengan panik. Gelagapan, dia mencoba menarik tangannya tapi segera berhenti saat Reiner memperingatkan nya.

"Jika kamu membuat gerakan, itu akan menjadi keras dan kamu tidak akan menyukainya lagi."

.

"Kamu ingin itu?"

Bertholdt terkejut saat Reiner tiba-tiba muncul di sampingnya saat dia sedang menatap sepatu boot kulit pendek. Dia tidak menjawabnya, mengecek bandrolnya lebih dulu dan segera menggeleng. "Tidak, mungkin tidak ada ukuranku."

The Season I Want to Die [End]Where stories live. Discover now